Tiga Puluh Satu

1930 Kata

Pukul lima petang, Anjani naik ke lounge dan memesan beberapa buah mini burger serta es capucino. Masih belum ada tanda-tanda dari Kai. Ponselnya hening sedari siang, kecuali beberapa telpon keluar terkait bisnisnya. Bila kondisi ini terus berlanjut sampai tengah malam nanti, lihat saja, Anjani akan mengabaikan Kai untuk selamanya. Persetan dengan pria itu! Baru saja Anjani hendak menandaskan isi gelas minuman, ponselnya berdering. Anjani segera menyambarnya. Bukan nama Kai yang muncul di layar. Mukanya ditekuk kecewa. "Ya, Om?" sahutnya. "Kamu sudah bertemu dengan Kai?" "Sudah, Om." "Gimana?" "Anyep." "Anyep gimana? Kamu apain anak orang?" "Gak diapa-apain. Dia sibuk kerja." "Tuh, kan. Om bilang juga apa. Kamu aja yang ngeyel." "Hmm." "Ya sudah. Ngobrol baik-baik dengan Kai. Ka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN