Mencari Tahu

1644 Kata
Sebuah rumah besar bergaya klasik menjulang tinggi di tanah seluas delapan ratus meter persegi itu. Warna putih gadingnya amat sepadan dengan kolom tiang yang berukiran rumit bergaya Yunani. Di sekelilingnya ada beberapa air mancur dengan taman berbunga aneka warna. Sangat damai dan tenteram, terlebih ketika ditingkahi bunyi percikan air dan cicit burung. Wanita yang tengah duduk di salah satu kursi-kursi di taman itu rupanya berpikiran sama. Leona Seymour, satu-satunya pewaris rumah tersebut, duduk bersandar di kursi sembari memejamkan mata. Secangkir kopi racikan Italia terhidang di meja di depannya, dengan segelung koran dan sebuah novella –novel ringan dan tipis. Matanya perlahan membuka tatkala terdengar bunyi ketak-ketuk sepatu pantofel datang mendekati. Leona sudah menduga kalau itu adalah bunyi sepatu kepala pelayan rumahnya, Tom Ruskin. Tom Ruskin dan istrinya, Anna Ruskin, sudah dianggap Leona seperti keluarga sendiri sejak kematian kedua orangtuanya akibat kecelakaan tunggal sepuluh tahun lalu. Ia bagaikan anak mereka sendiri. Saat kecelakaan itu terjadi, Leona masih berusia lima belas tahun –begitu rentan dan tidak stabil. Semenjak itu Leona pun diasuh dengan amat telaten dan penuh kasih oleh pasangan tersebut. Berkat ketulusan keduanya menemani Leona kecil, kesedihan yang merundungi gadis remaja itu perlahan berkurang, berganti dengan rasa sayang teramat dalam bagi mereka. Mereka sudah menjadi dunia kecil nan berharga bagi Leona, ditambah pelayan, koki dapur, dan tukang kebun yang sudah bertahun-tahun bekerja pada keluarganya. Di luar musibah yang dialami orangtuanya, kehidupan Leona sangat berkecukupan, mulus, tak bercela, dan teratur. Keuangan Leona dipegang oleh pengacara keluarga sejak kepergian orangtuanya hingga Leona genap berusia dua puluh satu tahun. Selama masa itu Leona pun tidak menyia-nyiakan waktu. Ia menempuh pendidikan dengan nilai yang baik, lalu melanjutkan kuliah di Administrasi Bisnis seraya mengambil tambahan mata kuliah di beberapa bidang Ekonomi. Libur semesternya dia gunakan untuk mengikuti kursus singkat hukum. Karena ketekunannya itu, perusahaan yang dulunya dipegang sementara oleh pengacara dan bawahan kepercayaan ayahnya kemudian mulai dialihkan ke dalam kontrol Leona, walau Leona masih dimentori oleh tangan kanan ayahnya dan pengacara keluarga. Kecakapan dan keluwesannya ternyata di luar dugaan, bahkan bisa dibilang persis seperti kecakapan ayahnya mengurusi perusahaan. Semuanya berkembang dengan baik sehingga Leona hanya perlu meninjau beberapa kali dalam seminggu tanpa harus menghabiskan siang dan malamnya agar roda perusahaan itu bergerak. Dan disinilah Leona Seymour saat ini –di rumahnya bersantai, bergelimang uang. Leona tahu persis bahwa kondisi tidak akan terus-terusan membuatnya berada di atas. Hidupnya begitu membosankan, tanpa tantangan. Leona tak pernah perlu bekerja keras dalam apapun yang dicapainya beberapa tahun terakhir. Kadang-kadang, ia mulai bertanya-tanya: apakah ini hidup yang semua orang inginkan? Bahkan untuk mendapatkan pria pun ia tidak perlu bersusah payah, meskipun latar belakang hidupnya terlalu ‘fantastis’. Betapa tidak? Kecakapan berbisnis, kekayaan yang dimiliki, dan kecantikan ningrat Leona semestinya membuat banyak pria minder. Namun lelaki yang satu ini –yang lebih tua lima tahun darinya –memiliki tekad kuat dan kemampuan yang membuat Leona kagum. Tekad, ambisi, kepintaran, dan kelembutan cukup membuat wanita seperti Leona luluh. “Nona Leona,” Tom Ruskin si kepala pelayan menyapanya dengan penuh hormat, “Ada surat untuk Nona. Sebenarnya… ah, lebih baik Nona saja yang mengeceknya terlebih dahulu” Leona kali ini benar-benar tersentak dari pikiran tentang lelaki yang akan dinikahinya itu dan menerima amplop coklat besar dari Tom. Dia sama sekali tidak memperhatikan keraguan dan keengganan Tom saat menyerahkannya. Setelah berterimakasih dan membiarkan Tom pergi terlebih dahulu, Leona membalik amplop coklat itu dengan halus dan anggun. Nama penerima dan pengirim amplop itu membuat gadis itu menaikkan alis penuh keheranan. Leona Seymour mengerutkan kening. Pengirim amplop coklat itu adalah Bagian Administrasi Pengadilan Kota, yang mengalamatkan dokumennya pada Roger Wright –calon suaminya. Apa yang telah dilakukan Roger sampai-sampai Pengadilan Kota mengiriminya dokumen? Apakah Roger tersangkut kasus tertentu? Apakah ini salah kirim? Tapi alamat yang ditujukan adalah alamat kediamannya –kediaman keluarga Seymour, dengan nama jelas tertera nama Roger. Ia memang telah tinggal bersama Roger selama dua minggu terakhir, dan Roger meminta izin agar semua surat-suratnya dialihkan pada alamat Seymour. Tanpa keraguan lagi, Leona gadis anggun itu mengeluarkan dokumen dari dalam amplop dan membacanya dengan cepat. Sebuah pernyataan… dokumen keterangan penyelesaian perceraian… penyerahan hak asuh anak… saksi investigasi pembunuhan berencana… untuk sekedar diketahui bersama… permintaan tanda tangan Roger dengan materai… Leona menatap kertas pernyataan itu tak percaya. Ada beberapa kertas lagi di bawahnya yang memberikan rincian lebih jelas. Butuh waktu tiga puluh menit penuh baginya untuk membaca semua dokumen itu dengan teliti dan memahami situasi yang terjadi. *** Pagi ini rasanya sedikit membingungkan bagi Tom Ruskin. Di hari bersantai Nonanya, Tom dan istrinya, Anna hanya akan dimintai barang-barang yang biasa: koran pagi, kopi racikan Italia, dan buku bacaan yang sedang Leona baca. Tom dan Anna sudah terbiasa membantu Leona menjalani rutinitasnya yang teratur dan bahkan mereka menikmati melakukan itu semua. Di hari-hari gadis itu ke perusahaan, Anna Ruskin akan membantu mempersiapkan pakaian yang mesti gadis itu pakai. Bila perlu ia akan menanyai apakah hari itu Leona ada rapat atau tidak, apa dia menginginkan semiformal atau tidak, dan sebagainya. Lipatan pakaiannya diperlakukan ekstra hati-hati, dan pakaian yang hendak dipakai hari itu biasanya diberi semprotan tambahan berupa wewangian kombinasi sandalwood dan bunga sakura. Di hari bersantai, Tom Ruskin menggiling biji kopi untuk kopi pagi Leona dengan ketepatan dan kehalusan sempurna, dengan ekstra, meletakkan gulungan koran di meja pada posisi yang mudah diraih dan dibuka. Ah, betapa pengabdiannya Tom dan Anna. Jika ada seseorang yang ingin mendefinisikan apa itu pengabdian yang sebenarnya, Tom dan Anna adalah contoh dari definisi terbaik, karena begitu berbakti mencurahkan hidup mereka pada orang yang mereka hormati, terutama karena Tom dan keluarganya telah mengabdi pada keluarga Seymour sejak zaman kakeknya dulu. Namun kali ini kebiasaan Leona, satu-satunya pewaris Seymour, terganggu oleh sebuah amplop coklat yang diantarkan petugas pos pagi ini. Tom yang baru saja hendak meninggalkan Leona berkonsentrasi pada amplop itu, tiba-tiba dipanggil kembali oleh Nona majikannya agar membawakan pisau lipat pembuka surat. Tom jadi bertanya-tanya. Apakah isi amplop itu berupa dokumen penting? Setelah mengantarkannya ke taman tempat Leona berada, Leona kembali memanggil Tom, atau lebih tepatnya memencet remot. Keluarga Seymour yang merupakan keluarga berdarah biru memiliki etika khusus dalam memanggil siapapun, bahkan ketika memanggil pekerja mereka sekalipun, baik itu koki, pelayan, ataupun tukang bersih-bersih. Para pekerja dibekali gawai kecil seukurang genggaman tangan. Anggota Seymour juga memiliki gawai sama, hanya saja milik mereka dilengkapi sebuah tombol –mirip seperti kunci mobil anti maling –yang apabila tombolnya dipencet oleh majikan, maka gawai para pekerja akan bergetar. Nah, pagi itu, tak lama setelah Tom mengantarkan pisau pembuka surat, Leona memanggilnya lagi karena gawai di kantong celananya bergetar. “Ya, Nona?” tanya Tom sopan seraya membungkuk. Wajah Leona yang masih serius dan berkerut, menoleh pada Tom Ruskin. “Tolong bawakan aku tablet, ya. Ada di meja dalam ruang kerja.” Setelah membungkuk lagi, Tom bergegas ke ruangan kerja Leona. Tidak biasanya Leona meminta tabletnya, sebab Leona lebih suka membaca berita pagi lewat koran, bukan lewat jelajah internet. Ada apa sebenarnya? Untuk kesekian kali, Tom menghampiri Leona di kursi taman. Setelah tugasnya selesai, Tom berdiri mematung yang disadari Leona setelah beberapa menit kemudian. “Ada apa, Tom? Ada yang ingin ditanyakan?” Tom menggeleng sopan. “Tidak, Nona. Saya hanya ingin menunggui Nona sebentar, barangkali ada barang yang ingin Nona minta lagi, jadi Nona tidak perlu bersusah payah memanggil saya lewat gawai.” Leona mengangguk. Tablet itu sudah ia nyalakan, dan dengan cepat ia membuka browser, mencari berita tertentu dalam rentang waktu satu bulan. Tak lebih dari sepuluh menit kemudian, setelah membaca cepat berita-berita tersebut, Leona menoleh pada Tom. “Kau benar, Tom, ternyata aku masih membutuhkanmu. Tolong panaskan mesin mobilku yang Bentley, ya? Setelah itu kamu bisa tunggu aku di depan kamar sambil membawakan kunci mobil itu. Kau bisa kembali melanjutkan tugas-tugasmu seperti biasa, karena aku akan bepergian dulu.” *** Rasa haru dan sedih bergemuruh dalam hati Benedict Loski, begitu tak tertahankan sampai-sampai sekujur tubuhnya gemetar. Ia tak pernah membayangkan wanita yang telah menjadi suatu bagian penting dalam hidupnya akan meninggal seperti ini. Selain tiga orang petugas pemakaman, dia sendiri, dan sipir wanita kepercayaan Jackie yang bernama Rita, tak ada lagi orang yang menghadiri pemakamannya. Pemakaman khusus terpidana mati ini sungguh amat sunyi. Begitu orang-orang pergi meninggalkan Ben sendirian, lelaki berambut keriting itu tak kuasa lagi menahan air matanya. Ia biarkan dirinya meraung di pelataran makam. Ia tak perlu malu mengeluarkan tangisnya, sebab ia=a benar-benar sendirian. Andai saja aku berterus terang kalau aku mencintaimu sejak dulu, sesal Ben. Hatinya begitu perih, sakit seakan-akan dirobek dengan brutal. Jika waktu bisa diputar kembali, ia tidak akan membiarkan dirinya mencari pacar lain karena terlalu pengecut untuk mengajak Jackie berkencan di kali pertama. Ia tidak akan membiarkan Roger mendekati Jackie. Ia akan memberanikan diri mendekati Jackie sejak masa sekolah dulu. Ia akan menyatakan perasaannya, dan meskipun ditolak Jackie, ia tak akan menyerah –terus, lagi, dan lagi menyatakan perasaan hingga Jackie menyadari kesungguhannya. Jika saja itu yang terjadi, tentu Jackie tidak akan bersemayam dalam tanah merah sekarang. Tentu Jackie yang ceria dan riang akan terus hidup dengan semangatnya yang biasa. Jackie akan tersenyum padanya. Mungkin si kembar yang telah pergi akan tetap di sini dengan separuh DNA dari dirinya… Dan dengan nama yang berbeda… Ben mengusap matanya yang basah, mendapati dirinya telah berlutut di depan kubur Jackie. Di sampingnya tergeletak map plastik yang diberikan sipir wanita tadi. Dia bilang, itu semua adalah catatan-catatan Jackie. Ben menguatkan perasaan, lalu mulai membuka map itu. Ia mengeluarkan bundel catatan itu sedikit, mendapati halaman depan yang putih bersih kecuali hanya satu kalimat yang tertera di atasnya: Untuk Temanku Tersayang, Benedict Loski Sebuah perasaan hangat menyelimuti Ben begitu ia melihat tulisan tangan Jackie yang rapi dan meliuk-liuk. Sebuah pikiran memasuki kepalanya. Ben memasukkan bundel catatan itu kembali ke dalam map, menutupnya dengan rapi, lalu beranjak berdiri. Ia merasa perlu untuk membaca catatan Jackie sesegera mungkin. Jackie pasti merasa itu penting, sebab bila tidak, tentu Jackie tidak akan menghabiskan waktu terakhirnya untuk membuatnya. Ben bergegas meninggalkan kawasan pemakaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN