THREE

3000 Kata
Kini mereka berdua sedang berada di apartemen milik Dean yang belom lama ini ia tempati seorang diri setelah perceraiannnya dengan Mischa. Kiara tidak mengeluarkan sepatah katapun sejak Kiara bersama Dean di mobil tadi. Wanita berparas cantik itu hanya menurut dengan perlakuan Dean yang sepertinya tidak akan melepaskannya untuk saat ini. Mungkin sampai Dean mengutarakan semua yang akan dia katakan. Semenjak turun dari mobilnyapun Dean enggan melepaskan cengkraman tangannya di pergelangan tangan Kiara. Dan Kiara merasa sedikit kesakitan karna cengkramannya lumayan kencang. Karna percuma saja jika berontakpun Dean akan semakin mencekramnya. Tiba di lantai 12 Dean langsung menekan beberapa angka di digital lock board yang terpapampang di pintunya. Dan Kiara terkejut karna Dean memasukkan angka ulang tahunnya di sana. ‘Ya Tuhan, apa-apaan ini!’ katanya dalam hati setengah kesal. Setelah pintu terbuka Kiara melihat sekeliling ruangan yang ada di sana dengan mata yang agak terbelalak. Ada beberapa foto dirinya dan Dean sewaktu mereka masih bersama. Terpampang jelas di ruang tv foto mereka berdua sedang berpelukan yang Dean cetak lumayan besar juga di tempelkan di dinding ruang tv. “Kamu mau minum apa?” tanya Dean setelah melepaskan tangan Kiara. “Ga usah. Aku ga haus.” Jawab Kiara berusaha untuk santai. “Aku buatkan es coklat kesukaan kamu, ya.” Katanya lagi tanpa menunggu persetujuan Kiara. Kiara tetap berdiri mematung. Dean yang melihat Kiara dengan kekikukannya langsung pergi menghampirinya dan langsung menyuruhnya untuk duduk di sofa ruang tv yang berukuran lumayan luas untuk ukuran seorang single seperti Dean, sang mantan kekasih. “Nih.” Kata Dean sambil menyodorkan segelas es coklat favorit mereka berdua. “Terima kasih.” Jawab Kiara sopan, mencoba untuk bersikap biasa saja walaupun sebenarnya dia sangat ingin sekali cepat pulang dari apartemen Dean itu. “Apa yang kamu ingin bicarakan sampai repot-repot menyeretku kesini?” sambungnya dengan nada sedikit sarkas. “Wow! Sejak kapan kamu jadi to the point seperti ini Aikkoku?” dengan senyum sinisnya. “Kio, Please aku ingin pulang ... aku ga ingin Hito sampai tau. Kalau sampai dia tau, aku disini berdua saja denganmu. Apa yang akan dikatakannya.” Pintanya dengan nada memohon Cup Dean meraih tengkuk Kiara agar ia lebih mudah memperdalam ciuman mereka. Dean menyatukan bibirnya pada bibir ranum mantan kekasihnya yang begitu ia rindukan. Lalu meluknya agar Kiara tak semakin memberontak. Kiara mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan kecupan kerinduan Dean yang terasa begitu memabukkan untuknya. Bibir itu, bibir yang dirindukannya juga. Tapi sayangnya tenaga Kiara kalah dengan Dean yang punya kekuatan lebih darinya. Dean melepaskan ciumannya yang sama sekali tidak dibalas oleh Kiara. “Maafkan aku, Aikko!” katanya sambil menyandarkan kepalanya di sofa dan memegang tangan Kiara yang mulai agak bergetar. “Kenapa harus seperti ini Kio? Aku ga ingin mengkhianati Hito. Kenapa kamu datang untuk mengganggu hubungan kami yang sedang baik-baik saja. Kenapa?” mulai menitikkan air matanya. “Jangan menangis Ai, aku rindu kamu, Aikko.” Jawabnya lembut. “Lalu, setelah hubunganku dan Hito hancur kamu akan tinggalkan aku lagi? seperti yang selalu kamu lakukan dulu, meninggalkan aku? begitu? Kamu tau Kio, Hito sangat baik padaku. Dan aku tak ingin mengkhianati dia.” Dengan tatapan emosinya. “Aku tau, Aikko. Tapi aku ingin kita seperti dulu lagi. Apa aku salah? Aku sangat mencintaimu. Bahkan apa kau tau, dalam 3 tahun pernikahanku dengan Mischa. Aku coba untuk mencintainya. Aku berusaha. Bukan aku tak ingin. Tapi aku tidak bisa. Begitupun dengan Mischa. Kami bahkan masih sama-sama mencintai pasangan kami masing-masing sebelum kami menikah. Aku mencintaimu masih sama rasanya seperti saat kita berpisah dulu. Kami sudah bercerai. Putuskan pertunanganmu dengan Hito. Kalau perlu aku yang akan bicara pada Hito dan keluarganya.” Mulai berlutut di hadapan Kiara yang masih menatap sinis mantan kekasihnya itu dengan berlinangan air mata. Plak~ Suara tamparan tepat di pipi kiri Dean terdengar begitu nyaring di ruangan yang hening itu. Kiara menangis sejadi jadinya setelah menampar Dean. Sementara Dean memegang pipinya yang terasa kebas karna tamparan yang baru saja Kiara layangkan dipipi kirinya. “Maafkan aku, Ai!” ucap Dean yang kini sudah menunduk dalam dan memegang tangan Kiara. “Berhenti meminta maaf, Kio. Kamu tau betapa terlukanya aku begitu kamu tinggalkan aku? Apa kamu tau betapa aku merasa di dunia ini aku tidak layak merengkuh kebahagianku sendiri? Apa kamu pernah memikirkan perasaanku ketika kamu menikah dengan Mischa yang jelas-jelas pilihan alm. Ibumu? Tapi itu semua sudah berlalu karna aku sudah mengikhlaskan semuanya yang terjadi kepadaku dan itu semua bisa terlampaui dengan support dari ibuku juga Hito yang selalu berada di sampingku hingga akhirnya kami saling menyayangi dan hatiku mulai terbuka untuknya. Kami sedang bahagia, Dean. Tapi kenapa saat kami sedang bahagia seperti ini, kenapa kamu muncul lagi?” tak berhenti menangis dan menaikkan nada suaranya. Dean terdiam sesaat. Ia kemudian menyeka air mata yang jatuh tanpa henti dari mata indah Kiara. “Yang aku inginkan hanya kamu, Ai. Aku bersumpah tidak akan meninggalkanmu lagi. Aku mohon, kamu mau ya kembali sama aku. Aku janji akan menikahimu secepatnya setelah ibumu memberikan restu pada kita. Apapun yang kamu minta aku akan berusaha mengambulkannya.” “Sungguh kamu akan mengabulkan apapun semua permintaanku?” “Iya!” jawabnya mantap. “Apapun itu?” “Iya! apapun itu selama yang kamu inginkan bisaku penuhi akan aku penuhi.” “Baiklah.” Dean tersenyum mendengar jawaban Kiara. “Apa itu artinya kamu mau kembali padaku?” “Permintaaku adalah untuk kamu tinggalkan aku dan Hito bahagia bersama. Jangan dekati kami lagi! Biarkan kami saling mencintai satu sama lainnya!” Mendengar jawaban Kiara, Dean langsung terduduk lemas di lantai. Kiara kemudian mengambil tasnya dan kemudian pergi dari hadapan Dean dengan tergesa-gesa dan setengah menangis. ** Kiara sampai di rumahnya disambut oleh ibunya. Ibunya melihat hal yang tak biasa dari putrinya itu. Ibunya mencoba untuk bertanya tapi tak satupun cerita dari bibirnya keluar. Hanya saja Kiara menjawab sedang lelah. Suara bel rumah berbunyi dengan kencangnya dan hanya ada Kiara dan Ibunya yang sedang ada dirumah. Tapi ibunya sedang sibuk di dapur. Kiara mencoba untuk mengumpulkan tenaganya dan berdiri melangkahkan kakinya ke arah pintu depan. Cekrek- Ternyata Dean berdiri tegap di sana dengan kaos berwarna biru laut dan celana jeans biru dongker juga dengan sepatu sneakers berwarna putih. Style ini yang selalu disukai oleh Kiara. Dean berusaha untuk tersenyum hingga akhirnya Kiara mencoba menutup pintunya kembali dan coba ditahan oleh Dean yang berusaha menerobos ke dalam rumahnya. Karna sedang lemas, usahanya sia-sia. Hingga akhirnya Kiara menyuruhnya untuk stay di luar. “Mau apa lagi Kio?” tanyanya dengan nada yang sarkas. “Aku mohon, Ai. Aku hanya ingin bertemu dan membicarakan semuanya baik-baik.” Jawabnya cepat. “Pergilah Kio! Aku ga mau bertemu denganmu lagi!” dengan nada kasar. “Kiara! Apa yang kamu lakukan? Ga sopan seperti itu bicaranya!” tiba-tiba ibunya keluar dan memarahinya karna mendengar keributan dari dalam. Ibunya menghampiri mereka berdua dan kemudian melerai mereka berdua. “Aku ga ingin bicara sama Dean, Ibu. Aku mohon usir dia dari sini!” Kata Kiara seraya meninggalkan ibunya dan Dean di luar rumahnya. Setelah Kiara pergi meninggalkan mereka berdua, ibunya dan Dean duduk di ruang keluarga. Dean mulai membicarakan semuanya dengan ibu Kinanti, ibu Kiara. “Dean, ibu bukannya ga mau. Tapi kamu harus tau apa yang terjadi dengan Kiara sebelum kamu datang-datang lagi ke sini beberapa minggu ini. Setelah putus denganmu Kiara seperti tak punya tujuan hidupnya. Ibupun merasa sedih dengan semua itu. Tapi sudah berlalu. Biar bagaimana Kiara itu anak ibu dan sampai kapanpun ia akan tetap menjadi anak ibu kan? Ibu dampingi dia dengan sangat kehati-hatian. Kiara rapuh Dean. Ibu mohon jangan sakiti Kiara lagi seperti dulu. Tinggalkanlah Kiara. Biarkanlah dia hidup berbahagia dengan Hito.” Pinta ibu Kinanti dengan nada lembut. “Dean minta maaf atas terjadinya semua ini, Bu. Dan Ibupun pasti sudah tau kenapa waktu itu Dean seperti itu. Dean juga ga mungkin tinggalkan Kiara Bu. Kalau bukan alm. ibu Dean yang inginkan itu semua terjadi. Dean minta maaf pada Ibu karna sudah mengingkari janji untuk menjaga dan menyayangi Kiara dengan baik.” Dean tertunduk dalam. “Itu sudah janji kamu yang keberapa kali Dean? Dan ini pun bukan pertama kalinya kamu meninggalkan Kiara. Ibu ingat betul ketika kamu mengambil studymu di luar negeri. Kamu pun meninggalkan kenangan buruk. Bahkan 2 kali kamu melakukannya, kamu berselingkuh. Tapi kamu pulang dan meminta maaf atas kesalahanmu. Apa Kiara tidak memaafkanmu? Jelas dia memaafkanmu dan berusaha untuk mempercayaimu lagi walaupun pasti rasanya sangat sakit dan enggan untuk menjalin hubungan lagi dengan pria yang sudah membohongi dia berkali-kali. Pada saat itu ibu berdoa agar kalian tidak kehilangan satu sama lainnya lagi. Tapi setengah tahun kemudian hal itu terjadi lagi. Bahkan lebih parah dari yang sebelumnya. Ibu mohon Dean, sudah lupakanlah Kiara. Cari saja wanita yang bisa menerima segala kekurangan dan kelebihanmu. Kamu tampan dan pasti banyak sekali wanita yang ingin bersamamu. Ibu mohon, tinggalkan Kiara dan biarakan dia bahagia dengan Hito.” Pinta ibunya lagi. ** Sudah beberapa hari ini Kiara tidak melihat Dean di hadapannya bahkan pesan singkat yang setiap hari dikirimkannya tidak pernah muncul lagi di ponsel Kiara. Ada sedikit rasa kehilangan di hatinya. Permintaannya benar-benar dilakukan oleh mantan kekasihnya itu. Entah mengapa Kiara lebih senang di kamarnya sendiri dibandingkan keluar dan bertemu dengan Hito yang beberapa kali mengajaknya keluar tapi tak pernah digubrisnya setelah kepulangannya dari rumah sakit. Di suatu pagi ketika weekend. Hito datang dengan beberapa bungkusan di tangannya. Terlihat Hito agak kerepotan karna dia juga tak lupa membawakan 1 bouquet mawar merah untuk kekasihnya itu. Setelah di bukakan pintu oleh Bi Onah, Hito dipersilahkan duduk di ruang keluarga. Ibu juga ada duduk santai di sana. Kiara turun dengan dress tidur berwarna pink abu abu dengan panjang di atas lututnya. Kiara kemudian membawakan coklat hangat untuk Hito dan menaruh gelasnya di meja tepat di depannya. Kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Hito, Hito mencium pucuk kepala Kiara dengan sayang. Penampakan seperti itu sudah tidak asing lagi di depan ibu. Ibu lebih sering melihat pemandangan itu dibanding melihat pemandangan mereka berdua bertengkar. Malah semenjak mereka berdua menjalin hubungan hingga sampai Kiara dan Hito memutuskan untuk bertunangan tak pernah ibu mendengar mereka berdua bertengkar. Hito benar-benar menjadikan anaknya itu sebagai ratu dan benar-benar menuruti segala keinginan Kiara. ** Kiara dan Hito memutuskan untuk pergi keluar untuk menyewa beberapa DVD untuk ditonton di rumahnya. Kiara dan Hito sering menyewa DVD di tempat itu, Bahkan mereka berdua menjadi member tetap selama setahun. Kiara dan Hito lebih suka seperti itu karna mereka lebih suka dengan suasana private. Hari ini mereka memutuskan untuk menonton film before sunset tentang seorang penulis buku yang menceritakan kehidupan masa lalunya ke dalam sebuah buku. Begitu bukunya selesai di release sang penulis buku nyatanya malah tidak sengaja bertemu dengan sang mantan kekasih dan menghabiskan waktu bersama. Namun sayangnya, kehidupan mereka tidak bisa bersatu karna memang nyatanya mereka berdua memanglah sudah berbeda visi untuk hubungan mereka. Ting nong ting nong~ Bunyi bel menggema ketika Hito dan Kiara sedang asyik menonton film itu. Dirumah sedang tidak ada orang. Jadi Kiara membuka pintunya sendiri. Dan terkejut melihat mantan kekasihnya ini tiba-tiba muncul dan tersenyum. Dean membawakan sebouquet mawar merah. Kiara langsung menutup pintu rumahnya dan kemudian menarik tangan Dean tanda untuk menjauh dari sana. “Gila kamu, Mas. Beraninya kamu datang ke sini sementara kamu tau ada Hito di sini.” Katanya dengan nada tinggi setelah menjauh dari pintu rumahnya. “Aku akan membuktikan padamu bahwa aku serius dengan ucapanku Kiara.” Jawabnya santai. “Hah? Serius apa? Serius ingin menciptakan badai antara hubunganku dengan Hito? Aku mohon sekali lagi, Mas. Jauhi aku dan Hito. Aku mohon!” katanya sambil merapatkan tangannya tanda memohon pada lelaki yang berada di depannya itu. “Kamu kok lam-a …” kata Hito yang tiba-tiba menyusul Kiara keluar dan melihat ada Dean di sana dengan lengkap membawa satu bouquet mawar merah untuk kekasihnya itu. Kiara dan Dean langsung menoleh kearah datangnya suara. Mereka berdua terkejut karna Hito sudah berdiri memperhatikan mereka. Kiara langsung buru-buru berlari ke arah Hito dan memeluknya. “Please, jangan salah faham Ay.” Jelas Kiara kepada Hito yang sepertinya sedang menahan emosinya pada kaka angkatnya itu. “Ga apa-apa Sayang aku tau siapa dalangnya.” Sambil tersenyum menyentuh pipi kenyal Kiara dengan sayang, “Mau ngomong apa lo Bang?” tanya Hito dengan sinis sambil melipat tangannya di depan d@d@. “Gw cuma mau bicara sama Kiara.” “Tentang apa lagi? Penjelasan kenapa loe ninggalin dia bahkan kenapa loe bisa bercerai sama Mischa?” tebak Hito. “Bukan urusan lo lah It. Gw mau ngomong sama Kiara.” “Sayang kamu masuk ya. Jangan keluar dulu. Aku ada urusan sama Kaka tersayangku ini,” Kiara menurut dengan perintah Hito dan segera masuk ke kamarnya yang berada di lantai 2 rumah itu. ** Persiapan pernikahan Ben dan Astrid hanya tinggal beberapa hari lagi. Seperti yang sudah diperintahkan oleh kakanya, Astrid sudah tidak lagi masuk ke kantor. Jika ada hal mendesak Astrid diperbolehkan hanya mengurus pekerjaannya lewat telpon dan em@!l. Hito sudah memerintahkan staffnya untuk menghandle pekerjaan calon kaka iparnya itu. Ben juga sudah mengurangi beberapa meeting dengan beberapa clientnya dan Kiara pun harus pintar-pintar mengatur jadwal Ben untuk persiapan pernikahannya. Kini Kiara sedang bersama Ben, hari ini Ben terakhir masuk ke kantornya dan akan cuti selama 2 minggu kedepan. Ketika sedang asyik mengetik dan menyelesaikan beberapa tugasnya Kiara dikagetkan dengan Dean yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Kali ini bukan untuk menemuinya. Tapi untuk menemui Ben, sahabat yang dia anggap seperti sodaranya sendiri. Kemudian dengan sedikit grogi Kiara mempersilahkan untuk Dean duduk di sofa tepat di depannya. Semenjak kejadian Dean datang ke rumahnya terakhir kali, Kiara sudah tidak pernah mendengar kabarnya sama sekali. Bahkan untuk mengirimkan pesan kepadanya saja tidak. Sejujurnya Kiara agak kehilangan. Karna memang Deanlah yang sejujurnya ia rindukan saat ini. Entah mengapa di balik penolakan yang dilakukannya, Kiara sebenarnya sangat merindukan Dean, lelaki yang selalu mengisi relung hatinya yang terdalam. Dean tau jika sudah menyangkut urusan kantor, Kiara takkan bisa diganggu gugat. Kiara tau Dean memang orang yang professional dan dia tidak mau melibatkan masalah pribadi apalagi membicarakan masalah pribadi di tempat yang tepat. Tapi diam-diam sambil menunggu dipersilahkan masuk ke ruangan Ben, Dean memperhatikan Kiara yang sedang sibuk dengan beberapa pekerjaannya. Deanpun iseng, mengambil beberapa foto candid Kiara yang sedang serius bekerja. “Pa, ada Mas Dean sedang menunggu,” kata Kiara melalui line telpon. “Baik, Pa.” Kemudian Kiara menutup telponnya dan segera menghampiri Dean yang sedang memainkan ponselnya. “Mas, silahkan masuk Pa Ben sudah selesai dengan telponnya.” Kata Kiara berusaha seformal mungkin. “Terima kasih, Ai …” kata Dean keceplosan, “ehmm … Kiara maksud saya.” Sambungnya sambil tersenyum. Kiara tidak merespon kata-kata Dean dan lebih memilih memimpin jalan untuk mengantarkan Dean masuk ke dalam ruangan Ben. “Mau minum apa Mas?” tanya Kiara berusaha ga salting, karna sedari tadi Dean tidak melepas pandangannya dari Kiara. “Coklat hangat, seperti biasa.” Jawabnya sambil duduk di sofa ruangan Ben. “Baik.” Kemudian undur diri dari ruangan bossnya itu. ** Waktu makan siang, Kiara dan Wanda langsung menuju tempat dimana kios milik mas Bejo berada. Seperti biasa, di sana tidak pernah sepi oleh pengunjung yang ingin merasakan menu andalan yang dijual oleh laki-laki itu. Setelah memesan makanan dan minuman untuk santap siang mereka berdua, Kiara dan Wanda langsung mencari tempat duduk yang nyaman bagi mereka. Dan benar saja, setiap kali mereka kesana. Pasti mereka mendapatkan tempat di bawah kipas sesuai kesukaan Kiara. Baru beberapa menit mereka duduk, mas Bejo mengantarkan makanan yang mereka pesan dan menghidangkannya di atas meja yang mereka tempati. “Silahkan Mba,” mas Bejo mempersilahkan. “Terima kasih ya, Mas!” seru mereka berdua berbarengan. Mas Bejo kemudian pergi dari hadapan mereka. Mereka berdua langsung menyantap makanan yang mereka pesan. “Ra, tadi aku liat Dean di ruanganmu.” Kata Wanda sambil menyuapkan bakso ke mulutnya. “Iya Mba, tadi dia datang. Aku kangen Mba sebenarnya sama mas Dean. Tapi aku ga bisa bilang apa-apa. Aku juga ga bisa lepas dari Hitokan. Hito itu tunanganku.” Kata Kiara yang polos menceritakan isi hatinya di depan Wanda. “Aku tau kok gimana perasaanmu. Apalagi kan sekarang kalian sudah kembali di kota yang sama. Lagi juga Dean kan sebenernya juga ga salah-salah banget, Ra. Atas apa yang terjadi tentang pernikahan dia dan Mischa. Sudahlah jangan kalian terus-terusan seperti ini.” “Aku sih mau saja Mba, kalau harus memaafkan mas Dean. Tapi aku masih belum siap mental untuk selalu berdekatan dengannya.” Jawabnya lagi. “Kamu kangen Dean?” selidik Wanda pada Kiara. “Sangat Mba. Aku kangen sekali.” Katanya jujur dan terus bercerita. Tanpa sadar ternyata Dean berdiri di belakang Kiara dan mendengar pengakuan jujurnya itu. Wanda yang mendengar pengakuan Kiara dan melihat kedatangan Dean yang kini berdiri berhadapan dengannya langsung terdiam. Ia merasa bersalah. Kemudian mas Bejo yang melihat kedatangan Dean, langsung menyambutnya. Kiarapun berhenti berbicara setelah mendengar nama Dean dan Ben disebut oleh laki-laki berusia 30 tahunan itu. Kiara langsung melihat kearah sumber suara yang ternyata Dean dan Ben tepat berdiri di belakangnya. “Kok Mba ga bilangin aku, kalau ada mas Dean di belakang?” kata Kiara sedikit berbisik. “Aku juga kaget ngeliat dia, sampe ga bisa ngomong apa-apa ke kamu.” Katanya membela diri. “Ra, gw duduk sini ya.” Ucap Ben unformal “Silahkan, Bang!” Kiara mempersilahkan dan bicara unformal juga kepada calon kaka iparnya itu. “Kayanya urusan kalian berdua belom kelar deh. Mendingan kalian berdua ngomong baik-baik. Walaupun Hito itu adik gw. Tapi kalo kalian berdua saling sayang dan saling membutuhkan gw ga akan larang kalian kok.” Kata Ben berbisik ke Kiara yang duduk bersebelahan dengannya. Kemudian Dean duduk tepat di depan Kiara. Sejak kedatangannya dan mendengar pengakuannya tadi, matanya tak lepas memandang wanita itu dengan penuh harap. “Pa, saya duluan ya.” kata Wanda merasa tidak enak karna ada Ben dan Dean yang pasti butuh bicara dengan Kiara. “Ga apa-apa Wanda. Kamu disini aja. Kasian nanti Kiara pulang sendirian.” Jawab Ben santai sambil tersenyum. **
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN