Lily benar-benar mengayomi tukang jahitnya dengan baik. Pagi-pagi sekali, mereka akan datang ke kontrakan Lily untuk menjahit, dan untuk masalah makan, dia sendiri yang menanggungnya. Sungguh beruntung bagi mereka yang bekerja dengannya, dan termasuk juga denganku. Ketika selesai sholat subuh, aku membantunya membuatkan sarapan untuk tiga orang tukang jahitnya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana pusingnya Lily mengurus budget yang harus dia keluarkan selama sebulan itu. Pasti sangat banyak, belum lagi dengan gaji pokok tukang jahitnya. "Mbak Ajeng sarapan saja dulu. Aku mau solat Dhuha dulu, baru nanti aku mulai mengajar mbak menjahit. Gimana, mbak?" Tanya Lily kepadaku. Aku mengangguk dan tersenyum melihatnya, "iya. Nanti setelah mbak solat Dhuha, nanti aku juga mau solat. Tapi, m

