bagian 1

590 Kata
ibu supiya berlari menuju ruang rawat.iya mengetahui dari tetangganya yang mengabari dan membawanya. "ya Allah nduk kamu gak papa? tanyanya penuh cemas. ""tentu saja, melihat ibu saja rasanya lukanya udah sembuh, ibu tau kan aku ini polwan luka segini kecil buat tifa bu "jawab tifa Luka yang tifa alami hanya luka ringan sebab itu dokter membolehkan tifa untuk pulang. Dalam perjalanan ibu supiya bercengkrama ia meminta tifa untuk berhenti dari pekerjaanya. kepergian menantunya menyisakan kekawatiran pada putrinya yang sama sama bertugas mengabdi pada negara. ia takut apa yang menimpa pada menantunya pun terulang kembali. mereka memasuki rumah sederhana.Halamanya penuh tanaman bunga. Ibu supiya menyuruh atifa beristirahat sedang ia berkutat di dapur menyiapkan opor ayam kesukaan putrinya atifa.Setelah lauknya selesai ibu supiya menyusunnya dimeja. Ia menemui atifa menuju kamar. "fa makan dulu,ibu udah masakin opor ayam kesukaanmu." tuturnya dari depan kamar .Disusul atifa di belakang ibu supiya. ia menghepaskan bobotnya di kursi "wah enaknya masakn ibu yang paling terter cantik"tanganya meraih opor belum sempat opornya ia raih tangannya lebih dulu terkena pukulan ibu supiya. "bok ya baca bismillah dulu fa kamu ini tok, kaya anak gadis aja mesti ibu nyanyiin"ibu supiya mendelik. atifa makan dengan lahap.selseai makan ia atika membereskannya. Ibunya hendak mencuci piring namun dilarang putrinya "Bu mau ngapain? "tanyanya "cuci piring dulu sebentar nduk." jawabnya "jangan bu. Ibu jangan cape-cape biar tifa aja. tifa lebih kuat dari ibu"tangabya menunjukan otot ototnya yang sama sekali tak berotot. "biasanya juga gitukan nduk, badan ibu juga kalo gak di gerakin sakit. yasudah kalo gitu ibu tidur duluan."ia berlalu menuju pembaringan. * * * Nadanya datar. Tapi sorot matanya bagai elang. Rambutnya rapi. lengan kemeja biru ia gulung sampai siku. celana hitamnya menampakan kaki panjangnya. Berjalan memasuki polsek. ia disambut oleh ketua pimpinan dan rekan lainnya kecuali atifa ia terdiam untuk beberapa saat . ada sorot kebencian dinetranya. merekapun bergegas masuk ke ruang meeting. "hari ini ada perubahan jadwal patroli untuk atifa sekarang satu tim dengan hilman" tutur sapri dengan tegas . "tapi pak!"tolak atifa "gak ada tapi tapi ya ini sudah jadi keputusan saya jawab sapri duda berkepala empat. sebenarnya sapri tipikal orang yang senag bercanda. Tapi jika sudah masalah kerja dia sangat tegas. sapripun mengakhiri mitingnya. mereka keluar dari ruang miting yang tak lain . Ruangan supri. Tepat pntu keluar terdapat meja inpektur hilman. sedang atifa berda didepan meja hilman. hari ini atifa dan hilma patroli sip pagi. selesai miting keduanya bergegas menuju mobil dinas yang biasa di gunakan untuk berpatroli Atifa yang menyetir. Mereka hanya terdiam. Tak ada suara apapun. Bahkan mereka seperti bertahan untuk tidak kedengaran bernafas. Wajahnya masih datar. Atifa memberanikan membuka suara. Sejak keberangkatannya atufa sydah gatal menahan untuk tida membuka obrolan. "ka hilman gak mau nanya aku gitu "atifa ngengir kuda meperlihatkan giginya yang gingsul menambah ayu wajah manisnya. hilman hanya menoleh lalu membuang muka .seakan tak suka."ah bodohnya!! "rutuk hati atifa "memangya kamu mau saya nanya apa?"jawabnya "hehe bukan gitu ka, aneh aja kan kita partner. Satu tim itu harus kompak" bibirnya tersenyum sambil mengedip-ngedipkan mata. "atifa tolong fokus! "titahnya sekilas wajah datarnya berubah memandangku jijik tangannya melipat d**a. Hening "ka nanti istirahat makan nasi bakar kayanya enak ya?"netranya mengedarkan padangan keluar mencari cari tempat berustirhat. "Saya bilang fokus yah atifa! " ketusny Hening lagi "ka..! "tangan kiri atifa menutup mulut. Hilman memotong lebih dulu ucapan atifa wajahnya melotot sebal. seperti burung elang yang memangsa buruanya. "ATIFA!! "pekik suara hilman. Benar-benar menyebalkan dasar Hilman.suara atifa. Ia hilang kesabarannya . ia membanting stir secara mendadak.Hilman terhentak kedepan. Badannya kurang siap menahan keseimbangan serangan rem dadakan tifa.. Hilman menoleh netranya tajam. Tak ingin kalah atifa menatap tajam hilman dengan bahu turun naik. Giginya bergemelatuk, kekesalannya membuat atifa hilang kendali. tangannya meraih leher helman. " "
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN