BAB 1

2989 Kata
“sayang kau perlu bercinta.” Grace alexander tersentak ketika mendengar suara selena yang terlalu keras di sebuah kafe kecil di new Orleans di mana mereka duduk, menghabiskan makan siang mereka yang terdiri atas kacang merah dan nasi. Malang untuknya, suara selena bisa terdengar jelas di tengah - tengah angina topan sekalipun. Dan suara itu diikuti dengan keheningan mendadak di ruangan yang ramai. Melirik meja – meja di dekat mereka, grace menyadari bahwa para pria telah berhenti mngobrol, dan membalikkan badan untuk memandangi mereka dengan ketertarikan yang jauh lebih besar daripada yang ia inginkan. Ah, sial! Kapan selena mau belajar untuk memelankan suaranya? Lebih parah lagi, apa yang akan ia lakukan selanjutnya, menanggalkan pakaian dan menari diatas meja? Lagi. Untuk kesejuta kalinya sejak merka pertama kali bertemu. Grace berharap selena bisa merasa malu. Tapi sahabatnya yang flamboyang dan sering kali berlebihan itu tidak tahu arti kata tersebut. Grace menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menghiraukan para penonton yang penasaran. Keinginan untuk mengendap – endap kebawah meja, didikuti dengan keinginanan yang lebih besar lagi untuk menendang temannya, berkecamuk di dalam dirinya, “mengapa kau tidak bicara lebih keras sedikit, lanie?” bisisknya “kurasa para pria di kanada tidak bisa mendengarmu”. “Oh, kura bisa,” kata pelayan tampan berambut cokelat saat berhenti di meja mereka. “malah mungkin mereka sedang menuju keselatan selagi kita bicara.” Hawa panas menjalari pipi grace ketika pelayan yang jelas seorang anak kuliahan itu memberi seringai nakal kepadanya. “ Apa ada lagi yang bisa aku ambilkan untuk kalian, ladies?” tanyanya, kemudian menatap grace dengan tajam. “ atau lebih tepatnya, apa ada yang bisa aku lakukan untukmu, ma’am?” Bagaimana dengan kantong plastic untuk menutupi kepalaku, atau tongkat untuk memukuli lani? “ Kurasa sudah cukup,” jawab grace, pipinya terasa seperti terbakar. Ia benar – benar akan membunuh selena untuk ini. “ Kami hanya perlu bonnya.” “ Baiklah, kalau begitu,”kata si pelayan, menarik bon mereka dan menuliskan suatu di bagian atas kertas itu. Ia meletakkannya di depan grace. “Hubungi saja aku kalau layananku dibutuhkan.” Setelah si pelayang pergi, barulah grace melihat nama dan nomor teleponnya di bagian atas bon. Selena melihatnya sekilas dan tertawa keras. “ Tunggu saja kau,” kata grace, menahan senyum sambil menghitung bagian yang harus ia bayar dengan palm pilot miliknya. “aku akan membalasmu.” Selena tidak menhiraukan ancaman itu ketika ia mengaduk – aduk tas manik – maniknya untuk mencariuang. “ Yah, terserah kau saja. Kalau aku jadi ka, aku akan meneleponny. Pria itu lumayan juga.” “Pria muda,” grace mengoerksi. “ Dan kurasa aku akan melewatkannya. Hal terakhir yang kubutuhkan adalah dipenjara karena memberi kontribusi kepada kenakalan remaja yang sepele.” Selena melayangkan pandangannya ke tempat dimana si pelayan menyandarkan sebelah pinggul di bar. “Yah, tapi Mr. mirip brad pitt yang disana itu mungkin sepadan. Aku penasaran apa dia punya kakak lelaki?” “Aku ingin tahu berapa Bill mau membayar informasi tentang istrinya yang menghabiskan seluruh jam makan siang untuk bermain mata dengan seorang bocah ingusan?” Selena mendengus ketika meletakkan uangnya di atas emja. “Aku tidak bermain mata dengannya untuk diriku sendiri. Aku bermain mata dengannya untuknu. Lagi pula, kehidupan seksmulah yang sedang kita diskusikan.” “ Well, kehidupan seksku baik – baik saja, dan bukan urusan orang – orang di restoran ini.” Melempar uangnya ke meja, grace mengambil sepotong keju terakhir  berbentuk dadu dan berjalan menuju pintu. “jangan marah,” kata selena, mengikuti temannya keluar ke Jackson square yang dipenuhi dengan turis dan orang – orang yang biasa berlalu – lalang.  Suara saksofon tunggal yang memainkan music jazz mengalahkan suara – suara, kuda – kuda dnamesin – mesin mobil yang hiruk pikuk sementara gelombang panas Louisiana begitu menyengat. Berusaha sebisa ungkin untuk tidak menghiruakan udara yang begitu menyesakkan sehingga nyaris tidak dapat dihirup, grace mengarah ke keramaian, dan kos – kios pedagang yang berada di depan pagar besi yang mengelilingi jakson square. “kau tau itu benar,” ujar selena saat berhasil menyusul grace. “maksudku, ya ampun, grace, sudah berapa lama? Dua tahun?” “empat” sahut grace acuh tak acuh. “tapi, siapa yang menghitung?” “empat tahun tanpa seks?” ulang selena keras – keras dengan nada tidak percaya. Beberapa orang berhenti untuk mengamati mereka penasaran. Tidak sadar, seperti biasa, akan perhatian yang mereka dapatkan, selena melanjutkan tanpa berhenti, “Jangan bilang kau sudah lupa bahwa ini zaman elektronik. Maksudku, sungguh, apa pasienmu ada yang tahu sudah berapa lama kau berhubungan seks?” Grace menelan kejunya dan memelototi selena dengan muak. Apa selena setiap berniat untuk meneriakkannya keras – keras supaya setiap manusia – dalam hal ini, yang ada  - di Venux Carre – bisa mendengar? “pelankan suaramu,” sergah Grace, kemudian menambahkan dengan datar, “kurasa bukan urusan pasienku apakah seorang perawan yang dilahirkan kembali atau bukan. Dan mengenai Zaman Elektronik, aku benar – benar tidak mau mengakrabkan diri dengan sesuatu yang di sertai dengan label peringatan dan baterai.” Selena mendengus. “Yah, sebenarnya, mendengarmu berbicara seperti itu, sebagian besar pria seharusnya memiliki label peringatan.” Ia mengangkat kedua tangan untuk membingkai kalimat selanjutnya. “mohon perhatian, peringatan kejiwaan. Saya, pria perkasa, rentan terhadap perubahan suasana hati yang menyebalkan, suka berlama – lama merajuk, dan memiliki kemampuan untuk berkata jujur kepada seorang wanita mengenai berat badannya tanpa peringatan.” Grace tertawa. Selena sudah melontarkan ejekan tentang pria yang memerlukan label peringatan itu berkali – kali. “Aku, aku mengerti, Dr. seks,” kata selena sambil meniru aksen Dr. Ruth. “Ku hanya duduk disana dan mendengar mereka memuntahkan detail – detail intim mengenai pengalaman seksual mereka sementara sudah hampir seumur hidup kau menjadi anggota club celana dalam tak tersentuh.” Menanggalkan aksennya, selena menambahkan, “Aku tidak percaya setelah segala sesuatu yang kau dengar dalam begitu banyak sesimu itu, tidak ada satu pun yang berhasil membangkitkan hormonmu.” Grace melemparkan tatapan konyol kepada selena. “yah, begini, aku adalah seorang terapis seks. Tidak akan membantu pasienku kalau aku mengalami la petitemort sementara mereka memuntahkan masalah mereka. Maksudku, aku bisa kehilangan izin praktikku, Lanie.” “Yah, aku tidak mengerti bagaimana kau bisa menasihati mereka kalau kau tidak pernah dekat – dekat  dengan pria.” Meringis, Grace mendahului temannya ke sisi lain alun – alun, berseberangan dengan pusat informasi turis dimana kios kartu tarot dan tafsir telapak tangan selena berada.  Begitu Grace sampai meja kecil yang dilapisi dengan secarik kain ungu tua, ia menghela napas. “Kau tahu, aku mau berencan kalau bisa menemukan pria sepadan dengan pengorbananku. Tapi kebanyakan pria begitu menghabiskan waktuku sehingga lebih baik aku duduk dirumah dan menonton siaran ulang Hee Haw.” Selena menyeringai jengkel kepadanya. “apa yang salah dengan Gerry?” “Napasnya bau.” “Jamie?” “Kegemarannya mengorek hidung. Khususnya saat makan malam.” “Tony?” Grace hanya menatap selena. Selena mengangkat tangan. “ Oke, mungkin punya sedikit masalah berjudi. Tapi dipikir lagi, semua orang butuh hobi.” Grace memelototi selena. “Hei, madam selena, baru dari makan siang?” Tanya sunshine dari kios sebelah yang memajang sketsa – sketsa dan barang – barang tembikar. Beberapa tahun lebih muda dari mereka, sunshine memiliki rambut hitam yang penjang dan selalu mengenakan pakaian yang mengingatkan Grace kepada putri dari negeri dongeng. Kostum sunshine hari ini adalah rok putih tipis yang pasti sudah kelihatan tidak senonoh kalau bukan karena celana ketat merah mudah dibaliknya dan blus bergaya tradisional yang cantik. “Ya,”sahut selena sambil berlutut untuk membuka pintu gerobak berodanya yang setiap pagiia kaitkan ke pagar besi dengan rantai sepeda, “Apa ada pelanggan untukku selama aku pergi?” “Dua orang pria mengambil kartu namamu dan berkata akan kembali lagi setelah makan.” “Terima kasih.” Selena menaruh tasnya di dalam gerobak, kemudian mengeluarkan kotak cerutu biru tua yang ia gunakan untuk menyimpan uang, kartu tarotnya yang ia bungkus dengan secarik syal sutra berwarna hitam, dan sebuah buku bersampul kulit yang tipis tapi berukuran sangat besar, yang belum pernah dilihat grace sebelumnya. Selena mengenakan topi jerami berpinggiran lebar atas kepala, kemudian membalikkan badan dan berdiri. “Apa barang – barangmu sudah di labeli semua?” Tanya selena pda sushane. “Ya,” jawab sushane sambil mengambil tasnya. “Aku masih berpendapat itu membawa sial. Tapi setidaknya kalau ada orang yang ingin mengetahui harga dari barangku selagi aku pergi, dia hanya perlu melihat labelnya.” Seorang pengendara motor berpenampilan urakan berhenti di trotoar. “Hei, sunshine,” teriaknya, “ayo kita pergi. Aku lapar.” Sunshine mengibaskan tangan dengan tak acuh. “jaga kelakuanmu, harry, dan jangan berisik atau kau harus makan sendirian,” katanya sambil menghampiri pria itu pelan – pelan. Ia naik motor pria itu. Grace menggelengkan kepala kea rah mereka berdua. Sunshine jauh lebih membutuhkan bantuan dalam berkencan ketimbang dirinya. Ia memperhatikan ketika mereka melewati Café du Monde. “Ooo, kurasa beignet enak juga untuk makanan penutup.” “Makanan tidak bisa menggantikan seks,” kata selena sambil menyusun kartu – kartu dan buku di mejanya. “Bukankah itu yang terus kau katakana kepada…” “Baiklah, kau benar. Tapi kenapa tiba – tiba kau begitu tertarik dengan kehidupan seksku? Atau lebih tepatnya, minimnya kehidupan seksku?” Selena menyerahkan buku besar itu kepada Grace. “Karena aku mendapat ide.” Sekarang sesuatu yang dingin merambat di tulang grace, di tengah – tengah udara yang sangat panas sekalipun. Padahal grace tidak mudah takut. Yah, kecuali bila selena dana salah satu ide konyolnya dilibatkan. “Bukan pemanggilan arwah, kan?” “Bukan, yang ini lebih baik.” Dalam hati, grace merasa ngeri dan bertanya – Tanya apa yang sedang ia lakukan saat ini kalau memiliki teman sekamar yang normal pada tahun pertaamanya di Tulane, bukannya selena yang suka bertingkah itu. Satu hal yang pasti, ia tidak mungkin mendiskusikan kehidupan seksnya di tengah – tengah jalanan yang ramai. Pada saat itu juga, sepenuhnya menyadari perbedaan mencolok di antara mereka. Ia berdiri di udara panas yang lembap dengan mengenakan gaun sutra Ralph Lauren yang tak berlengan dan tipis, rambut gelapnya dibentuk menjadi sanggul yang berkelas, sementara selena mengenakan rok hitam ala nenek sihir dan tank top ketat warna ungu yang nyaris tidak menutupi dadanya yang montok. Rambut cokelat keriting selena yang panjangnya mencapai bahu diikat dengan syal sutra hitam bercorak macan tutul, dan anting perak besar berbentuk bulan menggantung sampai ke bahunya. Belum lagi gelang – gelang yang bergemerencing setiap kali ia bergerak. Orang – orang selalu memperhatikan perbedaan fisik mereka, tapi grace tahu selena menyembunyikan kecerdikan dan kegelisahannya dibalik  cara berpakaiannya yang “ Ekasotis ”. di dalam, mereka berdua jauh lebih mirip daripada yang dikira orang. Kecuali kepercayaan ganjil selena terhadap alam gaib. Dan nafsu seksnya yang tak terpuaskan. Beranjak untuk berdiri di sebelah grace, yang enggan. Grace berusaha semampu  mungkin untuk tidak menjatuhkannya. Atau memutar mata. “Aku menemukan buku ini  beberapa hari yang lalu di toko buku tua yang ada di Wax Museum. Tertutup segunung debu. Aku sedang mencari buku tentang psikometri waktu menemukannya, dan voila!” selena menunjuk sebuah halaman dengan penuh kemenangan. Grace menunduk untuk melihat gambarnya, kemudian terkesiap. Belum pernah ia melihat sesuatu yang seperti itu. Pria di gambar itu menaril, dan detail – detail gambarnya benar – benar mengguncang. Kalau bukan tanda – tanda impresionisme mendalam pada halaman di mana gambar tersebut dilukiskan, grace berani bersumpah bahwa gambar itu merupakan sebuah foto asli dari sebuah patung yunani. Bukan, ia mengoreksi dirinya sendiri – sesosok dewa Yunani. Tentunya tidak ada pria fana yang bisa terlihat setampan itu sampai kapan pun. Berdiri dengan agung dan telanjang bulat, pria itu memancarkan kekuasaan, otoritas, dan sensualitas hewani yang kasar. Walaupun posenya santai, ia tampak seperti sesosok predator tangkas yang siap beraksi dalam sekejap mata. Pembuluh darahnya menonjol dari tubuh yang diciptakan sempurna, yang menjanjikan kekuatan dahsyat dan mutlak, yang dirancang murni demi kenikmatan feminism. Dengan mulut kering, mata grace menjelajahi otot – otot pria itu, yang bertonjolan dengan proporsi sempurna sesuai dengan tinggi dan berat badannya. Grace menelusuri otot – otot ramping dank eras itu dari atas lekukan dalam yang membelah d**a pria itu, turun ke perut serata tripleks yang medambakan sentuhan wanita. Ke pusar. Kemudian ke … Yah, tidak ada yang repot – repot memasang daun pohon ara disana. Dan untuk apa mereka repot – repot? Orang berakal sehat mana yang mau menutupi sebuah paker maskulin yang sebagus itu? Terlebih lagi, siapa yang membutuhkan benda berbaterai kalau sudah punya itu di rumah! Menjilat bibir, grace kembali mengarahkan pandangan ke wajah pria itu. Selagi memandangi sosok tajam dan tampan yang menyunggingkan senyum nakal itu, ia membayangkan angina memainkan sejumput rambut yang diwarnai kuning kecoklatan oleh sinar matahari dan mengikal di leher yang diciptakan untuk di cumbu itu. Membayangkan mata biru yang laksana baja memancarkan intensitas yang menikam ketika pria itu mengangkat sebilah tombak tinggi – tinggi dan berteriak. Grace merasakan desiran udara yang panas dan menyesakkan di sekililingnya, desiran yang entah bagaimana membelai kulitnya yang tidak tertutup. Ia hampir dapat mendengar suara pria itu yang berat, merasakan lengan yang kuat mendekap dan menariknya ke d**a yang sekokoh karang sementara napas yang hangat menggelitik telinganya, merasakan tangan – tangan yang kuat dan lihai menjelajahi tubuhnya, memberinya kenikmatan sementara mencari – cari titik ditubuhnya yang paling pribadi. Hawa dingin menjalar di punggungnya, dan tubuhnya berdenyut di tempat – tempat yang belum pernah ia ketahui dapat berdenyut. Rasa nyerinya merupakan rasa nyeri tajam dan menuntut yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Mengerjap, Grace mendongak dan memandang selena untuk melihat apakah temannya itu juga terpengaruh sepertinya. Kalaupun iya, selena tidak menunjukkan tanda apa – apa. Pasti aku berhalusinasi. Pasti begitu! Piker Grace. Rempah – rempah dari menu kacang merah yang tadi akhirnya meresap kedalam otaknya dan mengubah otaknya menjadi bubur. “Apa pendapatmu mengenai dirinya?” Tanya selena,akhirnya membalas tatapan Grace. Grace mengangkat bahu sebagai usaha untuk memadamkan kebakaran kecil ditubuhnya. Tetap saja, pandangannya masih tertuju ke bentuk tubuh pria itu yang sempurna. “Dia mirip seperti klien yang kutemui kemarin.” Yah, tidak sepenuhnya benar – pria yang ia temui kemarin memang sangat menarik, tapi sama sekali tidak seperti yang ada di gambar itu. Ia belum pernah melihat apa pun yang menyerupai pria itu seumur hidupnya! “Benarkah?” mata selena berubah gelap dengan cara yang memperingatkan Grace bahwa ia akan memulai ceramahnya mengenai takdir dan pertemuan yang kebetulan. “Yah,” timpal Grace, sesudah memotong selena sebelum temannya itu sempat mulai. “Dia bilang padaku bahwa dia adalah seorang lesbian yang terperangkap dalam tubuh pria.” Grace mengangkat sebelah alisnya. “Jangan katakana,” kata selena sambil duduk di kursinya yang biasa di belakang meja. Ia meletakkan  buku itu di sebelahnya. “Kuberitahu kau, ini … ,” ia mengetuk bagian tengah buku itu dua kali, “adalah jawaban untukmu.” Grace memandangi temannya itu, berpikir betapa seriusnya penampilan Madam Selena, yang mengaku sebagai Moon Mistress, duduk dibelakang kartu – kartu terot dan meja ungunya dengan buku rahasia di bawah tangannya. Ketika itu, ia hampir dapat memercayai bahwa selena adalah seorang Gipsi mistis. Kalau ia percaya terhadap hal – hal semacam itu. “Oke,” kata Grace, menyerah. “Jangan berbelit – belit dan katakana padaku apa hubungannya buku dan gambar itu dengan kehidupan seksku.” Wajah selena berubah serius. “Pria yang kutunjukkan kepadamu itu … Julian … adalah seorang b***k cinta yunani yang sepenuhnya dikendalikan oleh, dan mngabdikan diri kepada, siapa pun yang memanggilnya.” Grace tertawa keras – keras. Ia tahu itu kasar, tapi ia tidak tahan lagi. Bagaimana mungkin seorang lulusan Rhodes dengan gelar Ph.D. dalam bidang sejarah kuno sekaligus fisika, bahkan yang memiliki keanehan seperti selena, memercayai sesuatu yang konyol seperti itu? “Jangan tertawa, aku serius.” “Akua tahu kau serius, itulah yang membuatnya sangat lulcu.” Berdeham, Grace menenangkan diri. “Oke. Apa yang harus aku kulakukan? Menanggalkan pakaian dan menari bugil ditengah malam?” sudut bibirnya terngkat bahkan ketika mata selena berubah gelap penuh peringatan. “Kau benar, aku memerlukan seks, tapi kurasa bukan dari seorang b***k yunani yang tampan.” Buku itu terjatuh dari meja. Selena melonjak sambil memekik dan kembali duduk cepat – cepat. Grace terperanjat. “Kau mendorongnya dengan sikumu, bukan?” Dengan mata yang membelalak sampai sebesar piring, selena menggelengkan kepalanya perlahan sebagai jawaban tidak. “Akui saja, Lanie.” “Aku tidak melakukannya,” tukas selena, wajahnya teramat serius. “ Kurasa kau membuatnya tersinggung.” Menggelengkan kepala saat mendengar omong kosong itu, Grace mengeluarkan kacamata hitam dan kunci dari tasnya. Yah, ini persis seperti waktu di kampus ketika selena membujuknya untuk menggunakan papan Ouija dan membuat papan itu menyatakan bahwa ia akan menikah dengan seorang dewa yunani saat berusia tiga puluh tahun mendapat enam orang anak dari suaminya itu. Sampai hari ini, selena tidak mau mengakui bahwa ia sudah mengakali papan kayu itu. Dan sekarang, berdebat di bawah sinar matahari bulan agustus rasanya terlalu panas. “Dengar, aku harus kembali ke kantor. Aku punya janji pukul dua sekarang ini dan aku tidak akan terebak macet.” Grace mengenakan Ray – Ban miliknya. “Apa kau tetap datang mala mini?” “Baiklah kalau begitu, kita bertemu kembali lagi pukul delapan nanti.” Grace diam cukup lama sebelum melanjutkan, “Sampaikan salam dan terimakasih ku kepada Bill karena mengizinkanmu datang untuk merayakan ulang tahunku.” Selena memperhatikan temannya menjauh, lalu tersenyum. “Tunggu saja sampai kau melihat hadiah ulang tahunmu,” bisiknya, mengambil buku tadi dari tempatnya terjatuh. Ia membersihkan sedikit kotoran yang ada. Kembali membuka buku itu, selena memandangi gambar indah tadi, memandangi mata yang digambar dengan warna hitam namun entah bagaimana memberi kesan warna biru kobalt yang gelap. Kali ini, mantranya pasti berhasil. Ia yakin akan hal itu. “Kau akan menyukainya, Julian,” bisik selena kepada pria itu sambil menggerakkan jari diatas tubuh sempurnanya. “Tapi aku harus memperingatkanmu, dia akan bertingkah layaknya orang suci. Dan menembus pertahanannya sama sulitnya dengan menembus benteng troya. Tapi, menurutku kalau ada orang yang bisa membantunya menemukan dirinya sendiri, orang itu adalah kau.” Dibawah tangannya, selena merasakan buku itu berubah hangat dan secara naluriah ia tahu bahwa itu adalah cara sang pria menyetujuinya. Grace menganggapnya gila karena keyakinannya, tapi sebagai putri ketujuh dan dengan darah gipsi yang mengalir kental di nadinya, selena tahu bahwa ada beberapa hal dalam hidup yang tidak dapat dijelaskan. Energy – energy rahasia yang surut dan mengalir di luar kesadaran, menunggu seseorang untuk menyalurkannya. Dan malam ini adalah malam bulan purnama. Kembalinya menyimpan buku itu di gerobakny yang terkunci, ia yakin bahwa takdir telah mengantarkan buku tersebut ke tangannya. Ia merasakan buku itu memanggil – manggil dirinya ketika ia mendekati rak di mana buku tersebut tergeletak. Karena sudah menikah dan hidup bahagia selama dua tahun terakhir, ia tahu buku itu bukan ditakdirkan untuknya. Buku itu hanya menggunakannya untuk mencapai tujuan. Yakni Grace. Senyumnya semakin mengembang. Bayangkan  saja memiliki seorang b***k cinta yunani yang luar biasa tampan dan akan memenuhi segala keinginan selama sebulan penuh … Ya, ini benar – benar ulang tahun yang akan dikenang oleh Grace di sepanjang hidupnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN