Jamal Mulai Beraksi

1358 Kata
Mereka berempat mempercepat langkah hingga lelaki itu tertinggal jauh, semua mata memandang ke arah mereka dengan bingung. Bertanya-tanya ada apakah gerangan sampai seperti orang kejar-kejaran. "Hei, tunggu!! Anak-anak tunggu!!" teriaknya. Jamal masih setia bergelayut manja di kaki lelaki itu hingga membuatnya berat untuk melangkah. Sampai di tempat yang agak sepi, lelaki itu mempercepat langkahnya agar sejajar dengan empat anak itu yang saling pandang dan tersenyum puas. Tiba-tiba lelaki itu sudah berada tepat di belakang Tata. "Tunggu!" cegahnya mencekal tangan Tata. "Aduh, Om! Sakit!" keluhnya meringis. "Om! Lepas! Jangan sakiti adikku!" bentak Rey masih tetap bersandiwara. "Jangan macam-macam, Om! Kami bisa teriak!" tegas Iko semakin membuat lelaki itu kalap. "Om, teriakan kami pasti akan didengar dan Om pasti akan di hajar oleh semua orang!" gertak Ara membuat lelaki itu melepas cekalannya pada Tata. "Oke, maaf." "Mau apa, sih, Om? Aku 'kan tadi sudah minta maaf atas ucapan adikku, lalu kenapa sekarang Om kejar-kejar kami seperti ini? Hah? Malu tahu, gak! Kami berasa penjahat!" teriak Rey. "Sorry! Aku butuh info kalian," ucapnya lirih. "Info apaan, sih? Gak jelas amat, Om!" ketus Iko. "Info anak kecil yang katanya sedang bersamaku." "Kenapa?" tanya Ara dingin. "Kalian benar-benar melihatnya?" "Kami bertiga saja, Ara tidak!" jelas Rey dan di angguki oleh Ara. "Ba-baik. Bagaimana ciri-cirinya anak lelaki itu?" tanyanya hati-hati. "Kenapa Om penasaran banget? Bentuknya sudah tak bisa dijelaskan, apakah Om mengenalnya?" tanya Iko dengan suara lantang. Lelaki itu membeku, menoleh ke kanan dan ke kiri berharap tidak ada yang mendengar ucapan Iko lalu menatap tajam Iko yang berada di hadapannya. "Hei, anak kecil! Jangan lancang, kau! Aku tak menabraknya! Jangan menuduh!" "Menabrak? Sepertinya aku tidak menuduh Om yang menabrak? Kok aneh?" tanyanya menatap tajam dengan memiringkan kepala lalu tersenyum sinis. "Atau … jangan-jangan Om memang yang menabraknya?" tanya Rey dengan suara datar namun terdengar mengerikan. "Ya! Om yang sudah menabrak anak lelaki itu! Om meninggalkannya dan lari dari tanggung jawab!! Om tidak tahu, bukan? Bahwa anak itu sedang meregang nyawa tetapi masih berharap dan percaya bahwa Om itu orang baik dan akan menolongnya! Tapi yang Om lakukan adalah sebaliknya! Om kabur dan tidak tanggung jawab!" sentak Tata lantang. "A-apa?" "Tenang saja, kami tak akan berbuat apa-apa, Om. Lagian, itu urusan Om dan anak tersebut! Kami tak akan ikut campur, sekalipun kami lapor polisi juga tak akan didengar karena tak ada bukti!" jelas Rey. "Jadi, Om tidak usah khawatir, tenang saja ya. Rahasia Om, aman!" lanjut Iko dan justru kata-katanya itu membuat lelaki frustasi. "Tapi, ingat Om, ada bocah lelaki itu yang akan selalu ada di sekitar, Om! Dia tidak akan pernah pergi dari sisi Om. Tidak percaya? Mari kita buktikan saja dalam beberapa waktu kedepan," tantang Tata. Mereka berbalik arah dan mulai melangkah dengan pasti. Mereka berempat saling menatap satu sama lain lalu tersenyum lepas dan puas karena misi awal sudah berhasil. Selanjutnya, Jamal yang beraksi, ia akan menakut-nakuti lelaki itu setiap waktu dan setiap saat. Mereka kembali pada tujuan awal yaitu menonton bioskop, ternyata lelaki itu juga menuju bioskop dan sudah bersama seorang wanita cantik. Lelaki itu menatap keempat anak yang sudah berurusan tadi dan dibalas senyuman penuh arti oleh mereka berempat. Lelaki itu menggandeng wanita cantik tersebut dan menghindari Tata cs. Mereka justru terkikik melihat kelakuan lelaki itu menjauh dan ternyata mereka menonton dalam satu teater yang sama. Lagi-lagi Tata cs tersenyum penuh arti, lelaki itu gelisah. Tata cs padahal tersenyum pada Jamal tetapi lelaki itu salah arti. Mereka duduk tak beda jauh hanya beda 2 bait tempat duduk. Tata sebelum duduk menatap kebelakang, lalu tersenyum miring sambil memainkan dagunya menunjuk ke arah kanan lelaki itu. Lelaki itu menatap ke kanan tanpa berkedip, sedangkan sang wanita masih sibuk sendiri. "Duduk, Dik. Mau mulai!" perintah Rey. "Baik, Abang." Tiba-tiba Tata terkekeh sendiri membuat yang lainnya bingung. "Kamu kenapa, Ta?" tanya Ara heran melihat sahabatnya itu terkekeh sendiri. "Lucu." "Apanya?" tanya Iko. "Itu Om lucu amat mukanya ketakutan gitu, dan Jamal semakin gangguin Om itu. Haha," tawanya. "Hus. Sudah ketawanya nanti lagi, Dik. Kita nonton dulu ya, nikmati pilemnya." "Iya Abang, Sayang." Mereka kembali fokus pada layar lebar di hadapan mereka saat ini. Tertawa bersama melihat tingkah konyol di dalam pilem tersebut tanpa mereka sadari lelaki yang sudah di usilin tadi sejak merasa gelisah sepanjang pilem tersebut di putar. Berkali-kali merubah posisi duduknya dan selalu melihat ke arah kanan karena memang merasa ada yang memperhatikan. Jamal benar-benar berhasil membuat lelaki itu gelisah tak menentu dan diselimuti oleh rasa takut yang sangat dalam. Selama pilem berlangsung, Jamal tak henti-hentinya menjahili, hingga tiba-tiba lelaki itu teriak dengan sangat kencang saat pilem sudah selesai dan lampu menyala. "Aaaagghhrrr …!" "Yank kenapa? Ini cuman nyala lampu doang! Kok kamu teriak kayak lihat hantu! Bikin malu saja!" "Ha-hantu? Ma-mana? Di-dimana?" "Apa, sih, Yank! Gak jelas kamu itu! Sudah ayo keluar! Malu tuh banyak diliatin sama bocah! Ish! Bikin malu aku saja! Pilemnya lucu malah kamu teriak-teriak begitu!" "Ayo buruan!" ajaknya menarik lengan lelaki itu dengan kasar. Pasangan kekasih itu bergegas turun dengan terburu-buru, lelaki itu menoleh kembali ke belakang, dan keempat bocah tersebut melambaikan tangan dengan tersenyum manis. *** Sejak kejadian di mall waktu itu, dua hari berturut-turut Om itu terus saja merasa gelisah karena diganggu oleh Jamal. Bocah lelaki itu seakan tak pernah puas mengganggu sebelum Om itu menemui keluarga Jamal dan juga menyerahkan dirinya pada polisi. Malam pertama setelah kejadian di mall, setibanya dia di kamar dan merebahkan diri di ranjang, tiba-tiba kursi terlempar dengan sendirinya. Om tersebut terkejut sampai terjaga kembali, lalu matanya melotot sempurna melihat ke arah cermin ada tulisan "KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB!!" Tubuhnya yang lelah tak bisa dibawa untuk istirahat, sebab pikiran dan hatinya terus saja gelisah. Ia beringsut turun dari ranjang, dan menyambar kunci mobil lalu melajukannya menuju salah satu klub malam di kota tersebut. Menghabiskan waktu dengan melihat para wanita yang seksi juga meneguk beberapa botol yang membuatnya melayang. Setelah puas menenangkan pikirannya dengan minuman keras, ia kembali ke rumah dalam keadaan mabuk. Tiba-tiba dijalan merasa oleng dan menabrak sesuatu, seketika langsung tersadar dan buru-buru turun dari mobil melihat apa yang ditabrak olehnya namun nihil. Menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu yang ditabrak olehnya tapi sama sekali tak ada. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri dan klakson mobil bunyi dengan sangat kencang membuatnya terlonjak kaget. Tergesa-gesa kembali melihat ke arah mobil, mengintip dalam mobil dari jendela pengemudi. Lalu ada sebuah wajah yang nongol dari dalam tepat di jendela dimana ia mengintip, membuatnya terhuyung kebelakang karena terkejut. Jamal menunjukkan dirinya dengan wajah penuh darah dan sangat mengerikan. Om membuka pintu mobil dengan keberaniannya yang paling terakhir berencana ingin menghabisi hantu Jamal. "b******k, kau! Kemari, kau! Akan aku bunuh, kau! Dasar setan!" teriaknya dengan sangat lantang. "Ha ha ha … ha ha ha …." Jamal hanya tertawa terbahak-bahak melihat wajah Om yang pucat pasi memaksa membuka pintu mobil. Pintu terbuka dan Om bergegas masuk ke dalam, mencari keberadaan Jamal yang tadi sempat meledeknya namun tak ada. "s**l! Dasar bocah b******k! Beraninya kau menakut-nakutiku! Siapa kau sebenarnya, b******k!" makinya dengan penuh amarah. "AKU ADALAH ANAK KECIL YANG KAU TABRAK!!" Tulisan tersebut muncul tepat di kaca depan mobil tersebut. "b*****h! Kau sudah mati! Mana bisa menggangguku!" makinya lagi. "AKU AKAN TETAP MENGGANGGU SAMPAI KAU BERTANGGUNG JAWAB, DASAR PEMBUNUH!!" "Bocah gak ada otak! Kau mengancamku? Hah? Iya? Silahkan, kalau bisa! Aku tunggu permainanmu!" teriaknya. "HA HA HA, KAU SUDAH TERLIHAT TAKUT SEPERTI ITU DAN MASIH SAJA SOMBONG? HAH? KAU INGIN SESUATU YANG MENGEJUTKAN? IYA?" teriak Jamal dengan suara menggema. "Tunjukan dirimu, b******k! Kau beraninya bersembunyi!!" "KAU YAKIN INI MELIHAT WAJAHKU? APA KAU TIDAK AKAN TAKUT? ATAU PINGSAN? ATAU JUSTRU LARI? HAHAHA." Suara tawanya semakin menggema. Om sudah merasa takut, terlihat sekali dari wajahnya yang sudah pucat pasi. Tetapi, masih berusaha tenang agar tidak terlihat takut. Gengsi untuk takut pada hantu, begitu pikirnya. Tiba-tiba suara mesin mobil menyala dan mobil melaju tanpa di sentuh oleh Om, itu semakin membuatnya takut dan justru hilang kendali. Jamal juga secara tiba-tiba, muncul tepat di hadapannya dengan wajah yang rusak dan senyum menyeringai membuatnya berteriak tak menentu. Keadaan di dalam mobil sangat kacau, Om berteriak terus-menerus meminta tolong untuk menghentikan mobil tersebut tetapi Jamal justru tertawa terbahak-bahak melihat pelaku yang sudah menabraknya itu ketakutan seperti ini. Brakkk. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN