Dua jam telah berlalu, dan pesan Arkan belum juga berubah menjadi centang biru. Aktor tampan itu sampai tidak bisa fokus melakukan adegan syuting, dan harus mengambil gambar sebanyak 25 kali adegan yang diulang untuk hal yang sama.
Bagi aktor profesional seperti Arkan, ini jelas adalah hal yang tidak biasa dan membuat semua orang di lokasi syuting kehilangan kata-kata. Belum lagi tersisa 2 episode sebelum drama web series itu berakhir.
“CUT!”
Sutradara berteriak sambil berdiri dari kursinya, membanting topi yang dikenakannya ke tanah, dan mengeluh entah kepada siapa.
“Sudahlah! Kita tunda saja syuting hari ini! Rabu nanti baru kita lanjutkan lagi! Pokoknya drama ini harus selesai sebelum pertengahan bulan depan! Aku tidak mau semuanya berantakan lagi seperti dulu! Menunggu tokoh utama prianya pulang dari Amerika dan menunda jadwal tayang episode berikutnya adalah bencana di depan mata! Sekarang saja sudah sangat kacau!”
Sutradara Nicholas yang berumur sekitar 35 tahun tampak mengusap wajahnya kesal, ingin meledak marah, tapi tidak bisa meluapkan perasaannya karena tokoh utama pria drama web series yang sedang dikerjakannya adalah superstar nomor satu di negeri mereka, dan sangat takut mengacaukan semuanya seperti sebelumnya yang tiba-tiba saja Arkan ingin mundur dari kru produksi mereka.
Arkan yang baru saja pulih dari lamunannya, segera mengerutkan kening. Tampak berpikir menimbang-nimbang hal itu. Tidak begitu peduli dengan suasana hati sang sutradara yang kini sibuk berbicara dengan seseorang.
Sebelum Arkan membuka mulut, Garvin segera maju dan membawa air untuknya.
“Kak Arkan ada apa, sih, hari ini? Pikiran kakak sedang terganggu? Bukankah skandal Kakak sudah selesai? Keburukan model wanita itu sebagai simpanan seorang pria tua kaya juga bocor ke publik, kan, tadi malam? Apa lagi yang membuat Kakak tidak puas? Masih bertengkar dengan Kak Lisa, ya?”
“Berisik! Jangan bicara lagi! Cepat bersiap untuk pulang!” balas Arkan tak sabaran, meraih botol minum di depannya, dan bergegas menuju kursi pantai dengan payung besar melengkapinya.
Garvin menggelengkan kepala, berjalan mengikutinya di belakang.
Web series yang dilakukan oleh Arkan memiliki 8 episode, dan juga durasi setiap 1 episodenya tidak sampai 30 menit. Seharusnya, syuting bisa diselesaikan dalam waktu dekat jika saja tidak ada masalah beberapa minggu lalu dengan aksi mogok kerjanya yang mengejutkan semua orang.
Terpaksalah mereka tetap merilis web series itu meski semua episodenya belum selesai diambil gambarnya dan harus melakukan sisanya sambil kejar tayang. Tidak lain dan tidak bukan, tentu saja ada campur tangan Arkan yang mendesak semuanya seperti itu.
Jika harus mengulang semua episode yang sudah diambil, maka mereka jelas akan mengalami kerugian yang sangat besar. Jalan satu-satunya adalah nekat dengan terus maju sambil menuruti kemauan Arkan. Itulah enaknya menjadi superstar yang ditakuti oleh banyak orang di dunia hiburan. Kekuasannya sangat berpengaruh. Belum lagi ketika latar belakang Arkan telah bocor ke publik, membuat mereka semakin tidak berani menyinggungnya.
Sutradara Nicholas awalnya sangat tegas dan juga keras kepala, tapi begitu mendengar Arkan akan mundur dan mengganti rugi biaya yang sudah keluar, Nicholas langsung panik!
Biaya bukanlah masalah yang dipikirkan oleh Nicholas dalam pembuatan drama tersebut, tapi juga energi dan waktu yang sudah terbuang banyak selama berminggu-minggu! Dia tidak bisa mundur begitu saja!
“Arkan, ehem, bisa kita diskusikan sisa adegan yang ada?” tanya sang sutradara dengan wajah keringat gelisah.
Dia mengetahui skandal Arkan baru-baru ini, dan jelas siapa pun yang berada di posisi itu pasti akan marah dan sangat tertekan. Bagaimanapun, reputasi baiknya tercemar oleh wanita tidak tahu malu. Tidak peduli jika dia adalah seorang playboy atau tidak.
Arkan yang duduk di kursi pantai sedang mengusap mulutnya usai meminum air pemberian Garvin, raut wajahnya sedikit tidak nyaman.
“Apakah masih banyak? Bukankah tinggal 2 episode lagi sebelum semuanya selesai?”
“Benar. Benar,” balas Nicholas gugup, segera meraih kursi terdekat dan duduk di sebelahnya. “Karena kamu sepertinya kurang sehat, bagaimana kalau kamu libur saja dulu selama 3 hari? Biarkan yang lainnya syuting bagian yang perlu dulu, bagianmu bisa setelah 3 hari itu. Tapi, tentu saja kamu harus melakukan beberapa adegan sekaligus. Apa kamu tidak keberatan? Aku hanya berharap kita bisa selesai sebelum kamu berangkat ke Amerika bulan depan bersama Lisa.”
Arkan mengerutkan kening dalam. “Sungguh?”
Nicholas mengangguk cepat. “Sungguh! Asalkan kamu tampil maksimal, aku yakin hanya sekali ambil, semuanya pasti tidak perlu diulang lagi berkali-kali seperti hari ini. Aku mengerti apa yang sedang kamu alami sekarang. Istirahatlah sebentar. Setelah itu kembalilah dengan kekuatan penuh. Jika kamu tidak keberatan, syuting selama seminggu setelah libur 3 hari, khusus hanya akan mengambil adeganmu saja. Kita bisa mengatur semuanya saat diedit nanti sebelum tayang. Dengan begitu, yang sisa adegan lainnya bisa diambil setelah adeganmu selesai. Kita tidak perlu menunda banyak waktu, kan? Bagaimana?”
Beberapa adegan dalam syuting memang ada yang diambil terpisah, dan kadang-kadang tidak perlu berurutan selama itu bisa diedit sebelum dipublikasikan.
Arkan yang menimbang-nimbang tawaran itu, meski kedengarannya akan cukup melelahkan, tapi jika perkiraannya tepat, dia bisa libur lebih cepat daripada jadwal aslinya. Itu artinya, ada lebih banyak waktu bersama Casilda sebelum berangkat ke Amerika, bukan? Mungkin mereka bisa berkencan lagi sesuai keinginannya dulu.
“Bagaimana? Apakah kamu ada waktu?” tanya Nicholas yang sudah merasakan debaran di dadanya.
Arkan adalah aktor dan model yang sangat sibuk, jika bisa meluangkan waktunya dan mengutamakan agenda mereka, itu adalah hal yang sangat luar biasa!
“Baiklah. Aku setuju. Aku akan libur 3 hari untuk menenangkan pikiranku, dan setelah itu akan menyelesaikan semua adegan bagianku. Tidak apa-apa, kan, sutradara Nicholas?” tanya Arkan cerah, menepuk sebelah bahu Nicholas seolah-olah pria itu adalah kru biasa, bukan orang penting di lokasi syuting yang seharusnya dihormati.
Beberapa orang yang melihat hal itu mulai bergosip dan tampak terkejut dengan interaksi keduanya. Sutradara Nicholas cukup terkenal keras kepala dan juga agak tegas kepada semua kru selama ini. Tapi, apa yang mereka lihat barusan?
Bagaimana bisa sutradara Nicholas merendahkan kepalanya ke tanah seperti itu?!
***
“Sialan! Aku benar-benar tidak suka superstar playboy itu!” maki Nicholas ketika sudah pindah ke sebuah ruangan sementara di dekat lokasi syuting, membanting naskah ke atas meja dengan wajah kesal.
Salah satu kru di sana menimpalinya untuk menenangkan amarahnya. “Kalau tidak suka, kenapa kamu mau memakainya sejak awal? Lagi pula, kamu tidak perlu melakukan negosiasi itu, kan? Bukankah kamu yang sedang menyusahkan diri sendiri?”
Di ruangan ini hanya ada mereka berdua, tampak akrab dan sedang menyeduh kopi untuk masing-masing gelas kertas mereka sendiri.
“Kamu tidak lihat berita model wanita itu? Hidupnya hancur karena berani menyinggungnya! Aku dengar, pria tua yang menjadi sponsornya juga mendapat masalah gara-gara tidak bisa mengendalikan wanitanya. Keluarga wanita itu saja sampai diganggu di desa mereka yang tenang dan damai. Coba kamu bayangkan kalau itu menimpa salah satu dari kita?” jelas Nicholas dengan nada kesal dan tidak puas, merasa kalau latar belakang Arkan pasti bermain di belakang semuanya.
Kru pria itu tampak mengerutkan kening sambil duduk di tepi meja besar di tengah ruangan. “Ya. Harus aku akui kalau Arkan sang Top Star dan tunangannya adalah gabungan yang sulit untuk dilawan. Mereka semua dari kalangan atas, apalah kita ini yang setengah mati berjuang di kelas menengah biasa?”
“Benar, kan? Aku benar, kan?” balas Nicholas sambil menunjuk lawan bicaranya dengan wajah super serius, tangan satu sibuk menyesap kopi panasnya sedikit demi sedikit.
“Tapi, bukankah kalau dia benar akan mengganti biaya selama ini, kita akan lebih untung? Aku tahu semua usaha kita akan berakhir sia-sia, tapi kalau pakai aktor dengan biaya lebih rendah, bukankah kita akan lebih untung?”
Nicholas langsung memukul kepala kru pria itu dengan penuh emosi. “Bodoh! Kamu pikir Arkan memilih naskah sembarangan?! Semua film dan drama yang dibintanginya akan meledak di pasaran! Kalau pakai aktor lain, kamu bisa menjamin kesuksesan web series itu? Pikir! Selain itu, aku melihat perkembangan gosip di internet, ini bisa menjadi batu loncatan untuk kita agar bisa mendongkrak semuanya dengan iklan terselubung!”
Kru pria mengusap pelan kepalanya yang baru saja kena pukul.
“Yah... benar juga, sih. Tapi, tetap saja menggunakan aktor seperti itu sangat berisiko. Untung saja dia berubah pikiran. Coba kalau tidak? Siapa yang bisa mengalahkan aktingnya jika harus ganti orang di tengah jalan?”
“Makanya aku bilang, walaupun dia itu menyebalkan, mau tidak mau harus bisa mendapatkannya. Selain itu, dia sangat terkenal begitu pemilih untuk memerankan sebuah tokoh.”
“Oh, itu sebabnya kamu mempertahankannya?”
“Tentu saja! Semua naskah yang dipilihnya tidak pernah salah.”
“Kalau begitu, kita harus hati-hati mulai sekarang. Jangan sampai menyinggungnya. Aku yakin semua orang tahu di dalam hati masing-masing kalau kehancuran wanita dan pria yang menjadi sponsornya itu pasti adalah pekerjaan salah satu dari kedua orang itu. Entah dari keluarga Yamazaki atau keluarga Altezza. Keduanya sama-sama kuat, kan? Tidak mungkin mereka membiarkan anggota keluarga mereka dipermalukan habis-habisan.”
Di internet, spekulasi itu menyebar dengan cepat dan mirip api yang melahap hutan super luas hanya dalam semalam. Begitu kabar model wanita itu berusaha melakukan percobaan bunuh diri, semua netizen langsung memikirkan banyak konspirasi di baliknya. Tapi, tentu saja yang paling utama adalah adanya kekuatan orang kaya di belakangnya.
“Menurutmu, siapa yang melakukannya?” tanya Nicholas sambil menyesap kopinya, wajah sangat serius.
Kru pria mengedikkan bahunya santai.
“Tidak peduli siapa yang melakukannya, ini sudah jelas menunjukkan kalau jika ada yang berani macam-macam dengan mereka berdua, maka hidupnya dan orang-orang yang disayanginya akan hancur total. Bukankah itu pesan rahasia yang berusaha ingin disampaikan dalam skandal itu kepada semua orang?
Kalau tidak, untuk apa mereka repot-repot membuat sensasi itu? Mereka bisa menutupinya, bukan? Orang kaya paling pintar berakting di depan umum dan terlihat tidak bersalah. Bahkan aku dengar kalau temperamen Lisa sebenarnya sama buruknya dengan Arkan. Tidak ada yang bisa memastikan siapa yang melakukan semua ini. Dia mungkin terlihat sangat anggun dan elegan. Tapi, bukankah yang paling cantik di dunia ini, bisa saja yang paling buruk hatinya?”
Nicholas mendecakkan lidah berkali-kali, kagum mendengar penjelasan dari lawan bicaranya, kepala digeleng-gelengkan kuat.
“Wuah... Mario... seharusnya kamu itu menjadi asisten pribadiku saja. Aku heran kamu itu kadang sangat pintar, tapi kadang juga sangat bodoh. Otakmu pasti bisa lebih pintar jika diasah secara teratur,” puji Nicholas dengan senyum main-main.
“Aku bukan pisau. Berhenti bercanda,” omel Mario dengan wajah kesal tertahan.
Nicholas tertawa terbahak-bahak, dan melanjutkan membahas beberapa hal lainnya terkait produksi web series yang harus mereka selesaikan secepat mungkin.
Sementara itu, di saat yang sama, di mobil syuting pribadi Arkan, pria itu sibuk menghubungi Casilda melalui panggilan video, tapi sudah beberapa kali panggilan, Casilda tidak pernah mengangkatnya.
Garvin yang sibuk mengemudi mulai merasakan punggungnya sangat dingin oleh aura menakutkan melebih es kutub utara di belakanganya.
‘Tuhan, izinkan aku hidup lebih lama!’ batin Garvin dengan perasaan gugup, takut menjadi pelampiasan kemarahan Arkan gara-gara masalah yang sama sekali tidak diketahuinya.
Bahkan masalah terakhir kali ketika Arkan membuatnya pusing, dia harus berurusan dengan polisi selama beberapa hari gara-gara pelanggaran lalu lintas yang serius, dan itu juga membuat Garvin merasa malu sudah menjadi asisten yang tidak bertanggung jawab di depan Renata. Untung saja dia tidak dipecat!
Garvin melirik takut-takut ke arah kaca spion, menyadari wajah Arkan sangat dingin dan gelap. Keningnya yang bertaut dalam menandakan kapan saja akan meledak oleh amarah yang tertahan.
“K-Kak Arkan.... kita... mau ke mana sekarang? Langsung pulang ke mansion Kakak, ya?”
Arkan menaikkan pandangan dari layar ponsel, gigi digertakkan seiring ekspresinya mengeras bagaikan iblis gelap menakutkan. “Tidak. Kita ke rumah sakit.”