Prolog

803 Kata
Adrea Pov "Hentikan ! Pak Alfan itu suami saya, kami sudah menikah sah secara agama dua bulan lalu." Kalimat itu kembali terngiang dalam pikiranku. Saat ini, aku yang kabur dari acara makan malam, menatap jalanan di depan dengan perasaan kacau, baru saja aku melakukan hal nekat yang pasti akan membawaku pada masalah yang besar. Entah keberanian dari mana yang membuatku dengan lancang mengakui laki-laki yang sama sekali tidak aku kenali sebagai suamiku. Puluhan pasang mata menatapku dengan berbagai pertanyaan, tidak terkecuali laki-laki yang aku klaim sebagai suamiku. Dia menatapku dengan bingung, tentu bingung siapa aku siapa dia ? kami tidak saling mengenali. Aku kebetulan di ajak Pak Kai untuk makan malam, dan malah membuat kekacauan. Aku hanya memikirkan Arka, aku tidak ingin anak itu kehilangan senyum setelah seringnya bercerita tentang Nadine. Tentang rasa bahagianya akan kepulangan Mommy nya. Aku benar-benar tidak ingin Arka kembali murung jika harus kehilangan Mommy nya lagi. Mommy yang baru di jumpainya, setelah lima tahun perpisahan yang menyedihkan. Selain itu, aku terlalu banyak berhutang budi pada pak Kai, yang telah menolongku dari perdagangan manusia, membiyayai kuliahku, dan juga telah menampungku untuk bekerja pada kantornya. Jika dihitung, terlalu banyak kebaikan yang dilakukan Pak Kai padaku, hingga aku nekat ingin membalas budi, apapun caranya. Termasuk perbuatan nekat yang aku lakukan tadi. Menggagalkan pertunangan Bu Nadine dan laki-laki bernama Alfan. Tunggu dulu, sepertinya aku pernah melihat pria itu, tapi aku benar-benar lupa dimana? Aku bersandar pada Mobil milik Pak Kai, tapi pada akhirnya memilih duduk jongkok sambil menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Kegilaanku tadi bagaimana nasibnya ? bagaimana kalau laki-laki itu menuntutku dan menyeretku ke kantor polisi. “Aduh Rea ...kamu kenapa kayak pahlawan bertopeng begitu sih,” gumamku sambil menggelengkan kepala tanda kesal pada diri sendiri. Tapi nasi sudah menjadi bubur, toh yang aku lakukan untuk Pak Kai dan Arka. Bela hatiku pada pikiran kacauku saat ini. "Rea …." suara lembut Pak Kai terdengar di belakang punggung. Refleks aku mengangkat wajah melihat ke arah bos ku itu. Mendapati Pak Kai yang tersenyum menatapku. Senyum yang manis, andai aku bisa menjadi miliknya. Aishhh … mikir apa aku ini. "Kamu baik-baik saja ?" Aku masih diam mematung, aku sedang tidak baik-baik saja sekarang. "Adrea," panggil pak Kai lagi , yang membuatku segera berdiri. "Bapak tolong antar saya pulang, saya lagi brekele ini. Pokoknya kacau, tapi enggak berakhir bunuh diri kok," ucapku pada Pak Kai yang malah mendapat balasan tawa yang manis. Ahhh … Pak Kai ,andai dan andai, batinku mulai lagi. Aku dengan cepat masuk ke dalam mobil disusul Pak Kai. "Kamu lagi kesambet apa, kok bisa kayak gitu tadi ?" Tanya Pak Kai setelah melihatku mulai tenang. "Saya juga enggak tahu, tiba-tiba saja teringat Arka. Saya cuma enggak ingin Arka kehilangan Mommy nya. Arka pernah cerita kalau dia senang sekali Mommy nya sudah pulang. Saya hanya tidak bisa melihatnya sedih karena harus kehilangan lagi. Bapak sih … Coba dari dulu jadiin saya Mommy nya Arka, kan saya enggak perlu berbuat gila seperti tadi." Jelasku panjang lebar yang malah mendapat sentilan di kening. "Hahahaha … kamu itu nekat sekali. Terimakasih karena begitu menyayangi Arka. Andai Aku bertemu kamu sebelum Nadine, pasti aku akan jatuh cinta padamu." Ucapan Pak Kai terdengar manis, walau aku tahu itu adalah gombalan, tapi itu adalah gombalan yang indah. Secara dia kan playboy, eh mantan playboy maksudnya. "Liam bagaimana ?" Tanya Pak Kai sambil fokus pada jalanan di depan. "Entahlah, si kanebo kering itu urat cintanya udah putus barangkali. Pedekate sama dia, kayak kayak lagi mecahin batu besar." Sungutku mulai kesal mengingat si kanebo kering yang dari hari ke hari makin tegang. "Sudahlah, pak Kai jangan bicara apapun lagi, saya jadi pikiran . Setelah ini, saya enggak tahu lagi bagaimana. Saya juga enggak kenal sama Pak Alfan. Saya tadi tahu namanya karena disebut sama MC.'" Kai melongo mendengar jawaban Adrea. Benar-benar Adrea si nekat. Alfan Pov Aku benar-benar kaget akan pengakuan gadis yang sama sekali tidak aku kenali. Aku hanya tahu dia adalah salah satu staff di kantor hukum milik Kai. Karena aku pernah melihatnya bersama Kai. Aku juga tidak paham atas dasar apa gadis itu begitu nekat mengakui dirinya adalah Istriku. Mengingatnya membuatku kembali tersenyum. Gadis yang unik, pasti dia memiliki alasan kuat. Dan aku yakin ini bukan masalah harta. Karena wajahnya terlalu polos untuk jadi wanita haus akan harta. Aku senang melihat wajah Mama dan Papa yang pias karena malu. Setelah ini, Mama pasti akan mengomel panjang lebar. Tapi aku tidak terlalu ambil pusing. Yang terpenting adalah, aku akan selamat dari acara perjodohan yang selalau saja di atur oleh Mama, tepatnya Mama Tiriku. Hmmm … aku benar-benar harus membuat perhitungan dengan gadis manis itu. Berterimakasih mungkin, karena sejujurnya aku senang dengan kenekatannya yang membuat kacau suasana, karena ada untungnya juga untukku. Aku bisa bermain sandiwara di depan Mama dan Papa. "Hmmm … tunggu pembalasanku gadis bar-bar."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN