“Kamu sudah pulang, Mas?” tanya Nilam. “Saya siapkan kopi untuk kamu, Mas.” “Tidak usah.” “Mas, ada apa? Apa ada masalah?” tanya Nilam lagi. “Tolong jangan ajak saya bicara.” “Mas, bagaimana saya tidak mengajakmu bicara,” geleng Nilam. King mendesah napas halus lalu melangkah masuk ke kamar, ia terluka atas apa yang ia dengar, tidak mungkin Fuadi benar, tapi mengapa kala itu Nilam berdarah? Artinya perawan Nilam, ia yang ambil. Suara ketukan pintu terdengar. King menoleh melihat istrinya menyusulnya. “Ada apa lagi?” “Mas, ada Pak Sad,” kata Nilam. “Katanya menunggu mas di ruang kerja.” King lalu melangkah keluar dari kamar, mengabaikan tatapan istrinya, Nilam jadi heran dengan sikap King, tapi ia menganggap mungkin saja suaminya sedang lelah dan banyak pikiran. King masuk ke ruan

