Setibanya di sebuah bangunan tua nan gelap yang sepertinya tak terpakai lagi, terlihat hanya ada satu lampu penerangan di sana yang juga terlihat sudah hampir redup. Rafa memarkirkan mobilnya lalu segera turun. Ia membuka pintu sebelah kemudi lalu memaksa Asa untuk turun. “Cepat turun!” “Kak, kita mau ngapain ke sini?” tanya Asa takut. “Aku bilang cepat turun!” “Tapi, kak aku ngga mau. Kakak jangan marah sama aku, aku minta maaf.” Rafa tak memperdulikan penuturan memohon dari Asa dan langsung menarik Asa keluar dengan kasar. Ia menariknya hingga masuk ke dalam bangunan tak terpakai itu lalu mendorongnya dengan kasar hingga Asa tersungkur ke tanah. “Kenapa kamu malah membela pria tidak punya otak seperti dia! Kenapa Asa!” Asa takut, ia sangat takut sekarang. Tubuhnya bergetar hebat d

