Pria Galak

2321 Kata
Arsen turun dari mobil dengan merapikan kemejanya. Sebenarnya dia malas untuk turun tangan seperti ini dalam bekerja. Bisa saja dia menyuruh bawahannya untuk langsung bertemu dengan Mr. Freeman, pemilih ternak sapi yang akan bekerja sama dengannya. Namun, sepertinya kali ini berbeda. Arsen sedang malas berada di rumah sehingga dia memutuskan untuk pergi sendiri melihat peternakan sapi ditemani oleh Felix. "Selamat pagi, Mr. Clovis," ucap Mr. Freeman saat melihat Arsen sudah memasuki area peternakannya. "Pagi," sahut Arsen dingin tanpa membalas jabatan tangan dari Mr. Freeman. Sekali lagi, jangan lupakan fakta jika Arsen sangat membenci manusia. "Sungguh sebuah kehormatan bisa bertemu dengan anda secara langsung Mr. Clovis." "Bukan masalah, jika sedang tidak malas di rumah tentu aku tidak akan datang kemari," jawab Arsen acuh dan berjalan terlebih dahulu memasuki kandang sapi, "Sekarang tunjukan padaku sapi mana yang menghasilkan s**u terbaik untuk kejuku." Mr. Freeman yang merasa diacuhkan hanya mengedikkan bahunya pasrah. Bukan sebuah rahasia lagi jika seorang Arsenio Clovis merupakan pria yang sangat dingin dan tidak suka berbasa-basi. *** Arsen masih sibuk berkeliling di peternakan sapi bersama Felix. Sedangkan Mr. Freeman sendiri sudah meminta ijin untuk memantau pegawainya di pabrik sejak 15 menit yang lalu. "Felix, aku ingin merasakan s**u sapi itu." Tunjuk Arsen pada salah satu sapi hitam yang ada di paling ujung. "Baik, Tuan." Felix pergi memanggil pegawai untuk memerah sapi yang ditunjuk oleh tuannya tadi. Arsen yang sudah bosan melihat peternakan pun berjalan ke arah sapi itu. Saat sudah sampai, dia terkejut saat ada gadis yang tiba-tiba berdiri dengan membawa seember penuh s**u segar dan menubruknya keras sehingga s**u itu tumpah dan membasahi tubuh mereka berdua. "Sialan! Apa yang kau lakukan?!" bentak Arsen melihat kemejanya yang basah dan lengket. Dia langsung mengalihkan pandangan ke arah gadis yang menubruknya tadi saat tidak mendengar satu kata pun keluar dari bibir itu. "Apa kau bisu?!" bentak Arsen lagi dengan kasar. "Astaga! Maafkan aku, Tuan. Kemejamu jadi basah seperti ini. Maafkan aku," balas gadis itu takut sambil berusaha membersihkan kemeja Arsen yang kotor. "Apa kau pencuri s**u?" Tuduh Arsen tanpa basa-basi. Gadis itu menatap Arsen tidak percaya, apa wajahnya yang polos ini menunjukkan bahwa dia seorang pencuri? "Apa maksudmu, Tuan? Aku sedang bekerja di sini. Bagaimana bisa kau menuduhku mencuri?" "Bekerja? Kenapa si Freeman bodoh itu memperkerjakan orang tidak becus sepertimu." "Ada apa ini? Apa yang terjadi Naura?" Mr. Freeman tiba-tiba datang dengan Felix di belakangnya. Arsen menatap Mr. Freeman marah dan menunjuk Naura dengan tidak sopan, "Kenapa kau memperkerjakan gadis bodoh seperti dia? Apa kau kekurangan orang sampai menerima gadis kecil sepertinya?!" Mr. Freeman hanya bisa menghela nafas kasar melihat kemarahan Arsen yang menurutnya berlebihan itu. Dia tidak bisa menyalahkan Arsen atau dia akan kehilangan pelanggannya, "Maafkan kelalaian pegawai saya, Mr. Clovis." "Aku tidak mau tahu, sekarang pecat dia! Aku jadi ragu dengan peternakanmu ini." "Tuan Freeman tolong jangan pecat aku, aku tidak sengaja, Tuan. Lagipula dia yang membuatku terkejut sehingga s**u yang kubawa tumpah." Tunjuk Naura pada Arsen dengan kesal. Hilang sudah rasa sopannya terhadap pria galak itu. "Saya tidak bisa memecat Naura, Mr. Clovis. Maafkan kesalahannya, dan untuk peternakan, dapat saya pastikan jika peternakan ini adalah yang terbaik dari semua peternakan di desa ini. Bisakah kita melupakan semuanya dan kembali membahas kerja sama kita?" "Dasar tidak profesional!" Arsen berlalu pergi. "Saya minta maaf atas sikap Tuan Arsen. Saya akan menghubungi anda nanti untuk membahas kerja sama kita. Saya permisi dulu." Pamit Felix dan berlalu pergi menyusul Arsen yang sudah muak berada di kandang sapi itu. Entah kenapa emosi Arsen tiba-tiba meledak saat melihat gadis bernama Naura itu. "Maafkan aku, Tuan Freeman. Aku sungguh tidak sengaja. Kenapa pria itu emosian sekali?" gerutu Naura sambil mengusap tangannya untuk mengurangi rasa dingin di tubuhnya karena tumpahan s**u, "Dan apa katanya tadi? Tidak profesional? Orang i***t juga tahu kalau dia yang tidak profesional di sini," rutuk Naura kesal. "Tidak apa, Naura. Sekarang pulanglah dan bersihkan dirimu. Jangan lupa bawa s**u ini untuk ayahmu." "Terimakasih Paman— oh maaf maksudku Tuan. Tuan baik sekali." "Kenapa kau selalu memanggilku Tuan. Panggil aku Paman seperti biasanya, dan Josh yang akan mengantarkanmu pulang." "Terima kasih Paman karena sudah baik pada keluargaku," ucap Naura sambil tersenyum lebar. *** "Apa yang terjadi?" tanya Josh—anak Mr. Freeman yang juga menjadi sahabat Naura— saat melihat tubuh basah Naura. "Aku tadi tidak sengaja menabrak seseorang sampai s**u yang kubawa tumpah. Sungguh aku tidak sengaja, tapi dia langsung marah-marah seperti babi kesurupan." "Kau ini ada-ada saja." Josh tertawa kecil sambil mengacak lembut rambut Naura. Semua orang tahu jika perlakuan Josh kepada Naura tidak hanya sekedar sahabat, pria itu menyukai Naura. Namun, Naura yang terkenal polos dan bodoh itu tentu tidak menyadari perasaan itu. Josh sendiri tidak akan menyatakan perasaannya, karena dia sudah nyaman dengan keadaan yang seperti ini. Dia takut jika Naura mengetahui perasaaannya maka gadis itu akan berubah dan mulai menjauhinya. "Apa tadi ada tamu penting, Josh? Aku takut jika pria yang kutabrak tadi orang penting karena ayahmu terlihat sopan sekali ke padanya. Padahal paman Freeman lebih tua." "Aku dengar ada seseorang yang ingin menjadikan peternakan sebagai pemasok s**u untuk pabrik keju. Aku tidak tahu siapa orangnya," sahut Josh menaikkan bahunya acuh. "Bagaimana jika pria itu adalah orangnya?" tanya Naura terkejut. Josh merasa geli melihat Naura yang seperti itu, "Jika iya, kasihan sekali Paman Freeman harus bekerja sama dengan pria galak seperti itu." "Apa kau tahu namanya?" "Tidak, aku tidak tahu dan tidak mau tahu," ucap Naura sambil membuka pintu mobil Josh, "Terima kasih tumpangannya, Josh." Naura berlari masuk ke rumahnya sambil sesekali melambaikan tangannya ke arah Josh yang masih belum pergi. Josh hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Naura. Kenapa dia polos sekali? Seperti anak kecil saja. Padahal usianya sudah hampir 20 tahun. Josh bersyukur karena Naura tidak mengikuti kebanyakan gadis desa lainnya yang memilih pergi ke Kota untuk mengadu nasib setelah tamat sekolah. Jika Naura pergi ke Kota, Josh tidak akan bisa melihat tingkah lucu gadis itu lagi. *** Arsen keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pingganya. Dia berdiri di depan cermin sambil menggosok rambutnya yang basah. Gerakan tangannya terhenti saat matanya tertuju pada tatto di d**a kirinya yang tiba-tiba terlihat samar. Arsen ingat sekali jika tatto itu ada sejak dia tiba di bumi 200 tahun yang lalu. Sebenarnya masih ada tanda tanya tentang munculnya tatto itu, namun Arsen memilih untuk tidak ambil pusing. Namun sekarang terlihat berbeda, dia merasa heran karena tatto itu terlihat memudar. Apa yang sebenarnya terjadi ? Tidak ingin berlama-lama, Arsen langsung mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar untuk makan. Rasa lapar yang dirasakannya lagi-lagi membuat Arsen mengumpat. Kenapa menyebalkan sekali menjadi manusia? "Felix, apa kau masih menyimpan jurnal milik kakek buyutmu?" tanya Arsen sambil menarik kursinya. "Ada di kamar saya, Tuan." "Ambil, aku ingin membacanya lagi." Perintah Arsen mulai memakan makanannya. "Baik, Tuan. Tapi sebelumnya saya ingin menanyakan tentang kelanjutan kerja sama dengan Mr. Freeman," tanya Felix dengan nada hati-hati. "Batalkan saja," balas Arsen singkat sambil kembali memakan makanannya. "Tuan serius? Bukan maksud saya untuk membantah. Hanya saja peternakan Mr. Freeman adalah peternakan yang terbaik di desa ini. Saya juga yakin jika s**u yang dihasilkan akan bagus untuk keju di pabrik." "Aku tidak suka gadis itu," jawab Arsen tidak masuk akal. "Gadis itu hanya pegawai, Tuan. Tidak ada hubungannya dengan peternakan Mr. Freeman." Felix mencoba meyakinkan Arsen, karena jujur saja dia sudah lelah untuk mencari peternakan lainnya. "Terserah kau Felix. Aku tidak peduli dengan keju bodoh itu. Kenapa juga aku membuat pabrik keju? Dasar bodoh!" rutuk Arsen pada dirinya sendiri, "Sekarang kau pergilah sebelum nafsu makanku hilang!" bentak Arsen pada Felix. "Baik, Tuan." Felix langsung pergi sebelum Arsen mengamuk, jika itu terjadi maka dia yang akan babak belur nantinya. Meskipun kekuatan Dewa pada diri Arsen hilang bukan berarti dia berubah menjadi manusia yang lemah, karena mau tidak mau semua orang harus mengakui jika Arsenio Clovis merupakan seorang pria yang kuat, bahkan Arsen pernah mematahkan telapak tangannya hanya dengan satu tangan. Felix tidak mau itu terjadi lagi. *** Naura meremas tangannya gelisah. Dia sudah berada di depan rumah Paman Freeman sekarang tapi sepertinya Naura tidak berniat sedikitpun untuk masuk ke dalam. Entahlah, dia masih bimbang memilih untuk masuk atau kembali pulang ke rumah. Tapi jika pulang ke rumah, Ayahnya akan memarahinya dan menyuruhnya untuk kembali ke rumah Paman Freeman. "Ishh! Menyebalkan sekali," gerutu Naura sambil menghentakkan kakiknya kesal. "Paman? Apa paman ada di rumah?!" teriak Naura yang pada akhirnya memutuskan untuk menemui paman Freeman. "Pam—" teriakan Naura terhenti begitu pintu terbuka dan muncul Paman Freeman yang sedang membawa cangkir tehnya. "Ada apa Naura? Kenapa teriak-teriak seperti itu? Bisanya juga kau langsung masuk," ucap Paman Freeman sambil berlalu masuk ke dalam rumah. "Iya juga ya? Kenapa aku mengetuk pintu? Bodoh sekali!" ucap Naura memukul kepalanya sendiri. "Apa kau akan di luar sana seharian Naura?!" tanya Paman Freeman dari dalam membuat Naura langsung masuk ke kediaman keluarga Freeman. "Paman aku ingin bicara." Naura berucap sambil memainkan jari-jari tangannya di bawah meja. "Ada apa? Bicara saja Naura." "Aku minta maaf," ucap Naura cepat. Paman Freman yang tidak paham hanya bisa menaikkan alisnya dengan bingung, "Minta maaf untuk apa?" "Maaf karena sudah menumpahkan s**u ke pria galak itu tadi pagi." "Bukannya kau sudah meminta maaf tadi?" tanya Paman Freeman bingung. "Iya aku tahu, tapi Ayah yang memaksaku datang dan meminta maaf lagi. Ayah takut jika perbuatanku akan membuatmu kehilangan pelanggan." "Astaga! Kenapa Ayahmu berpikiran seperti itu?" Paman Freeman terkekeh geli melihat sikap polos Naura, "Tidak Naura, aku tidak kehilangan rekan kerja. Asisten Mr. Clovis sudah menghubungiku dan mengatakan jika kerja sama akan tetap berlanjut." "Benarkah?" tanya Naura yang hanya dibalas anggukan oleh Paman Freeman. "Aku lega sekali!" pekik Naura senang dan langsung bangkit dari duduknya. "Kenapa juga aku termakan omongan Ayah jika pria itu membatalkan kerja sama hanya karena tumpahan s**u. Itu tidak mungkin kan, Paman? Ayah ini ada-ada saja," gerutu Naura yang lagi-lagi membuat Paman Freeman terkekeh geli. "Hanya itu Naura? Kau langsung pulang?" tanya Paman Freeman saat melihat Naura bersiap untuk pergi. "Iya, Paman. Sudah malam." "Biar Josh yang mengantarmu." Tawar Paman Freeman. "Tidak perlu, aku membawa sepeda kemari." Tolak Naura dan melangkah keluar setelah berpamitan. *** Arsen berjalan di tepi danau dalam kegelapan malam. Entah kenapa tiba-tiba dia ingin keluar dari rumah setelah membaca jurnal milik Jonathan. Amarahnya masih tersulut ketika mengingat syarat yang dibuat oleh ayahnya. "Arsen." Arsen dengan cepat menoleh ke belakang begitu mendengar suara yang sudah lama tidak didengarnya. "Kau!" Pekik Arsen marah, "Kenapa kau baru muncul, hah?! Ke mana saja kau!" "Tetap kurang ajar seperti biasanya. Benar-benar seorang Clovis," ucap Ayah Arsen yang entah kenapa tiba-tiba memutuskan untuk menemui anaknya setelah 200 tahun lamanya tidak bertemu. "Apa maumu?" tanya Arsen dingin. "Apa aku salah jika ingin melihat anakku sendiri?" "Aku bukan anakmu! Ayah macam apa yang tega mengutuk anaknya sendiri," rutuk Arsen membuat ayahnya hanya bisa tersenyum tipis. "Ya ya terserah apa katamu, aku hanya ingin memberitahumu tentang tatto di tubuhmu. Kau pasti bertanya-tanya, bukan?" Arsen langsung menyentuh dadanya yang terdapat tatto matahari yang unik itu, "Apa maksudmu?" "Tatto itu adalah segel. Segel yang membuatmu menjadi manusia. Ingat dengan syarat yang aku minta? Jika kau mencintai seorang manusia maka kutukan itu akan hilang begitupun dengan tatto itu," jelas Dewa Clovis dan kembali berbicara, "Kulihat tattomu agak memudar ya?" "Bukan urusanmu!" "Dia semakin dekat, Nak." Dewa Clovis bergumam pelan. "Apa maksudmu?" "Perempuan itu semakin dekat," ucap Dewa Clovis dan kemudian langsung menghilang. Arsen melihat ke sekitar begitu ayahnya tiba-tiba menghilang. Sialan! Kenapa Ayahnya bertingkah seperti hantu? Arsen kembali berbalik memandang kilauan air danau. Perkataan Ayahnya masih terngiang dibenak Arsen. Apa maksudnya? Apa benar dia harus mencintai seorang manusia? Bagaimana caranya? Rasa benci terhadap manusia sudah mengusai hatinya. Namun di satu sisi dia juga ingin menghilangkan kutukan itu. "Dasar Ayah sialan!" umpat Arsen sambil melempar batu ke arah danau. "Astaga!" Suara pekikan wanita membuat Arsen langsung berbalik. "Siapa di sana?" tanya Arsen sambil menyipitkan matanya agar pandangannya menjadi lebih jelas. "Hai, Tuan." Naura keluar dari balik pohon dengan perasaan takut. "Kau lagi." Kesal Arsen kembali berbalik menghadap danau. "Memangnya kenapa kalau aku lagi?" tanya Naura sambil cemberut. "Berhenti bicara dan pergilah." Bukannya pergi, Naura malah berjalan menghampiri Arsen dan berhenti tepat di sebelahnya. Naura ikut memandangi danau yang terlihat cantik dengan kunang-kunang yang berterbangan di sekitarnya. "Kenapa kau mengumpati Ayahmu sendiri?" tanya Naura membuka suara. "Bukan urusanmu!" Ketus Arsen. "Ahh, benar juga." Hening. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka. Tiba-tiba Arsen berbalik dan berjalan pergi meninggalkan danau. Naura hanya terdiam melihat tingkah pria itu. "Tuan, tunggu!" panggil Naura membuat langkah Arsen terhenti. "Aku ingin minta maaf tentang kejadian tadi pagi. Aku juga ingin mengucapkan terima kasih karena tidak membatalkan kerja sama dengan Paman Freeman," ucap Naura dengan tulus. "Dia Pamanmu?" Tanya Arsen tiba-tiba. Naura yang melihat Arsen mulai menaruh perhatian ke padanya hanya bisa tersenyum kecil. "Bukan, dia sahabat Ayahku." "Terserah, kenapa juga aku bertanya?" Acuh Arsen sambil berlalu pergi. Naura menghentakkan kakinya kesal melihat sikap acuh Arsen. "Aku tahu jika kau bukan orang jahat, dan aku tahu jika pasti ada kehangatan di balik sifat dinginmu itu!" teriak Naura dengan spontan. Sedetik kemudian dia merutuki kebodohannya sendiri, kenapa dia merasa bodoh sekali? Kalaupun sifat pria itu dingin dan galak juga kenapa? Bukankah Naura tidak menyukai pria itu? Naura terkejut saat Arsen berbalik dan menatapnya dengan tangan yang terlipat di d**a. Bukan itu yang menjadi perhatiannya, melainkan senyum Arsen yang membuat Naura terkejut. Pria itu tersenyum, meskipun senyum yang dikeluarkan adalah senyum sinis. "Tahu apa gadis kecil sepertimu tentang perasaan seorang pria?" Setelah mengatakan itu, Arsen langsung pergi meninggalkan Naura yang terdiam di tempat, mencoba mencerna ucapan Arsen. "Benar juga ya, kenapa aku sok tahu sekali?" gumam Naura pada dirinya sendiri. Dia pun beranjak pergi dari danau dan pulang ke rumah. Pasti Ayahnya sudah memasak sup yang enak untuk dirinya. Membayangkan rasa hangatnya sup membuat Naura dengan cepat mengayuh sepedanya agar cepat sampai ke rumah. Masa bodoh tentang pria galak itu. Yang terpenting adalah dia sudah meminta maaf dan pria itu tidak jadi membatalkan kerja samanya dengan Paman Freeman. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN