Bab 2 Cinta SMA

1022 Kata
SMA 3 Makasar dan para siswa berlarian selesai pelajaran. Ida masih muda dengan wajah cantiknya berjalan keluar. Gadis itu begitu sederhana, namun senyumnya lembut. Ucu telah menguntitnya sejak tadi, melihat Ida keluar mengikuti. Dia sendirian dan ini sebuah kesempatan. "Hai, saya antar kamu pulang" kata Ucu. Ia adalah lelaki yang berwajah ceria. Ida menatapnya, sebuah Vespa piaggio bersama lelaki itu. Jarang lelaki siswa pakai kendaraan motor. Ucu telah memilikinya. Kebanyakan para siswa cuma pakai sepeda, tapi Ucu adalah anak pengusaha. "Tidak, aku bisa pulang sendiri," tolak Ida. "Bersama aku saja," rayu Ucu. "Saya tidak pulang dengan orang yang belum saya kenal," kata Ida lagi. "Saya Ucu, kakak kelasmu. Kamu kelas 1 dan saya kelas 3." "Saya tahu, tapi aku belum tahu kakak dan kakak tidak tahu aku, " balas Ida tetap menolak. "Aku tahu kamu, rumah kamu dan siapa kamu," menjawab lagi Ucu. "Kakak memperhatikan aku?". "Selalu, dan ingin berteman, teman akrab, pacaran. " Kata Ucu dengan nyaring. "Pacaran? Kita masih terlalu muda," jawab Ida. "Kamu sudah hampir 17 dan lewat tiga tingkatan," Ucu mengulangi. "Tingkatan apa?" Ida agak tercengang dengan ucapan pemuda yang tampak berani itu. Kata kata itu aneh. "Di SD kamu disebut murid dan di SMP adalah pelajar," sambung Ucu bersemangat. "Sekarang?" Tanya Ida. "Kamu siswa, karena mereka yang duduk di SMA disebut siswa," canda Ucu. Ida tertawa. Tunggu fase ke empat," teriak Ida. "Setelah disebut mahasiswa? Kelamaan, " kata Ucu. Kedua remaja itu tertawa. Namun Ida belum mau dibonceng Ucu. "Ayahku tidak suka melihat ada yang mengantar." "Kalau begitu kita akan berbicara saja,' " usul Ucu. "Boleh juga, kamu tidak bisa tahan kalau ayahku marah," Ida memberikan peringatan. "Apakah ayahmu selalu pemarah?" "Kalau aku pacaran," timpal Ida. "Back Street saja;" usul Ucu. "Tidak ada back Street, kita cuma bersahabat." Jawab Mufida. "Aku hanya mau punya sahabat," tambah Ida. "Aku juga," Ucu sangat gembira dengan sambutan itu. Meski Ida menolak diantar dengan Vespa namun pertemuan itu membekas dalam hatinya. *** Ida adalah perempuan sederhana. Suaranya lembut dan menyejukan. Meski tahu Ucu adalah orang yang terbilang kaya, itu belum cukup menarik minat Ida. "Hai," pada suatu kali Ucu menyambangi Ida pulang sekolah. Dengan sepeda seperti teman lainnya Ucu tampak tetap bersemangat . "Mana Vespa kakak?" "Percuma, kamu tidak mau dibonceng," kata Ucu. "Sepeda melelahkan, kakak mau berpenat penat?" Tanya Ida. "Tapi lebih sehat, dapat berjalan berdua." Kata Ucu. Ia tidak mengenal lelah menguntit Ida. Berjalan berdampingan terasa indah bersama Ida. Menguntit adik kelas dengan sepeda kayuh sampai rumahnya. "Aku akan ujian akhir dan kita berpisah," kata Ucu kepada Ida "Itu enam bulan lagi, masih lama." 'Tidak lama, enam bulan kita tidak juga akrab." "Sudah akrab, kita selalu bersama," "Akrab kalau sudah berjalan berdua, nonton dan rekreasi." "Itu pacaran, aku belum mau," timpal Ida. Kedua remaja itu berjalan berdampingan. "Semua siswa akan berwisata ke Bantimurung. Kita bisa akrab disana." Ucu berharap . "Air terjun yang indah, aku suka kesana. " "Jadi pergi iya?" "Itu program rekreasi siswa, tentu saja aku ikut." Jawab Ida. Bantimurung yang sejuk dan dingin. Flora dan fauna di indahnya alam dinikmati para siswa SMA 3. Berwisata di alam bebas mengunjungi gunung, hutan, pantai. Bantimutung tak jauh dari Makassar , disini terlihat ribuan hektar ekosistem karst . Air terjun yang mengalir deras, diapit tebing terjal, danau, serta hawa sejuk . "Nah, kita sudah sampai disini, “The Kingdom of Butterfly”, kata Ucu. Ia mengutip kalimat Robert Wallace karena keanekaragaman dan kelimpahan kupu-kupunya. Hulu sungai dari danau Kassi Kebo melewati tebing terjal. Gua batu stalagtit dan stalagmit. "Indah iya?" Ajuk Ucu dekat Ida. "Iya, bagus, kita nikmati saja," jawab Ida tak acuh. "Kita bisa menelusuri tapak kehidupan manusia zaman prasejarah," kata Ucu. "Apa?" Tanya Ida "Ada jejak lukisan telapak tangan di dinding-dinding dari manusia purba," Ucu banyak tahu. "Sok tahu," Ida mencibir. "Aku suka Sejarah," teriak Ucu. "Kakak orang dagang, ke ekonomi saja," Ida terus meledek. "Iya, sejarah dan ekonomi," lagi lagi Ucu tak mau kalah. Sekarang mereka duduk lebih dekat, meski Ida juga beringsut menjauh. "Ceritakan diri kamu,'" kata Ucu.. "Ayahku buya," jawab Ida. "Dia akan marah kalau aku pacaran dan beliau sampai tahu." "Buya?" Tanya Ucu. "Di Padang Buya adalah sama dengan kiyai. Buya sangat ketat dalam aturan agama, karena harus memberi contoh." "Aku akan mendekati ayahmu, kalau kamu sukar didekati," Ucu tidak sabaran. "Aku juga, orang Makasar juga ketat dengan agama. Aku bisa buktikan kepada buya kamu," ujar Ucu "Kita berteman saja, karena kita masih remaja," Mufidah menolak dengan halus ketika Ucu ingin meningkatkan hubungan lebih serius. Mufida adalah putri sulung pasangan pendidik dan tokoh Muhammadiyah di Makassar. Tapi perjalanan Ucu dari Bantimurung maju mundur. Maju selangkah, tapi mundur lagi . Ucu mau kerumahnya Ida. "Kakak berani juga, ayah mungkin tidak suka," kata Ida. Ayah Ida melihat Ucu dengan tajam. "Siapa anda?" "Teman Ida pak," jawab Ucu. "Jadi apa maksudnya teman?" "Pergi menonton dengan Ida," jawab Ucu. Sebelum orang tuanya marah, Ucu buru buru berkata. "Ida bersama teman teman wanitanya, saya mengawal." Ayah Ida tertawa. "Benar, cuma menonton?" "Iya, teman Ida ikut dan semuanya aman," kata Ucu. "Ida tidak mengatakan kepada saya," kata ayah Ida lagi. "Teman teman belum datang, teman sekolah Ida perempuan saja. Kami akan minta izin." Tak beberapa lama, teman teman Ida datang. Mereka sudah janjian untuk pergi nonton. Ucu mendapat izin pergi bersama meski mendapat ceramah dari Buya, ayah Ida. "Film India iya?" Tanya teman teman Ida. "Aku suka dengan bintang filmnya, Mahipal dan Shakila." "Ini film barat, layar penuh dan tidak hitam putih." "Apa sekarang sudah ada film warna? Biasanya hitam putih." "Baru mulai dan layar penuh, film barat," Ucu antusias. Sekarang ia harus mengikuti gaya pacaran bersama teman teman. Mungkin ia diledek oleh teman temannya. "Tak ada pegang tangan, apa itu asyik?" Tanya teman Ucu. "Asyiklah kalau cinta pertama," jawab Ucu. Iya, Ida adalah cinta pertama Ucu. Dia masih remaja dan tiba tiba saja ia melihat Ida di sekolah. Ucu jatuh cinta. Namun sulit sekali mendekati hatinya. Tapi Ucu tak pernah putus asa. Tentu saja ia tidak ingin cintanya kepada Ida seperti kisah "Tenggelamnya Kapal Vanderwick" Zainuddin dan Hayati. Zainuddin pemuda Makasar-Minang mencintai Hayati namun ditolak dengan alasan adat . Hayati yang berakhir tragis dengan tenggelamnya kapal Vanderwick.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN