Two

1643 Kata
Sekitar 30 menit Nathan baru kembali menemui Clair sembari membawa sebuah ramuan obat yang di buatnya sendiri, tak lupa beberapa potong daging bakar juga ia bawa untuk di berikannya pada gadis asing yang baru saja beberapa waktu lalu ia temui. Nathan menaruh obat dan makanan itu di batu tepat di hadapan Clair, yang menarik mata gadis itu adalah beberapa potong daging bakar yang terlihat sangat lezat, dengan cepat ia mengulurkan tangannya untuk mengambil sepotong lantas memakannya dengan lahap. Sesekali Clair menatap ke arah Nathan dengan tatapan lembut seolah mengucapkan kalimat terima kasih pada pria tampan itu. Nathan tersenyum lebar saat melihat Clair sedang asik makan, salah satu tangannya terulur melumuri telapak tangan kekarnya dengan ramuan yang ia buat dari beberapa tanaman yang tumbuh di hutan lalu ia tumbuk sampai halus, setelah ramuan itu menempel di telapak tangannya, ia segera melumurinya ke leher jenjang Clair yang terdapat luka di sana. Sesekali Clair meringis sakit merasakan perih di lehernya, namun ia menahannya sekuat tenaga agar ia tidak menangis. "Apa sakit?" tanya Nathan dan Clair menjawabnya dengan anggukan kepala karena mulutnya penuh dengan daging bakar yang tengah ia kunyah saat ini. Nathan terkekeh pelan melihat betapa lucunya Clair saat tengah makan. "Apa dagingnya enak?" tanya Nathan dan lagi-lagi Clair menjawabnya dengan anggukan kepala antusias. 10 menit kemudian Clair sudah selesai makan, perutnya tidak lagi berbunyi, ia sudah kenyang sekarang. Lehernya juga kini tidak terasa terlalu sakit karena sudah di obati oleh Nathan, Clair tersenyum ke arah pria itu dan di balas Nathan denga senyuman tak kalab lebar. Clair sering mendengar cerita dari orang lain bahwa seorang rogue itu sangat kejam, liar dan juga jahat. Namun yang di lihatnya ini adalah sebaliknya, Nathan baik, ramah, lembut dan menolongnya. "Terima kasih untuk obat dan makanannya. Aku berhutang padamu." ucap Clair dengan sangat tulus, dalam hati ia berdoa pada Dewi bulan agar memberikannya seorang mate yang baik dan sempurna seperti Nathan. Mereka berdua duduk berdampingan, menatap ke arah sungai yang airnya sangat jernih dan menyaksikan matahari terbenam di sore hari yang terlihat sangat menakjubkan. Suasana di antara mereka menjadi sunyi, hanya ada suara binatang kecil yang berbunyi, Clair menikmati pemandangan matahari terbenam sedangkan Nathan terus saja menatap wajah cantik Clair dari samping. Baginya, ia tidak pernah melihat gadis secantik dan semanis Clair, bahkan mate yang di kirimkan Dewi bulan kepadanya tidak sesempurna Clair. Andai bisa, ia akan menandai Clair menjadi miliknya sekarang juga, namun kenyataannya tidak bisa. Ia tidak boleh menandai seorang gadis yang tidak di takdirkan untuknya, melakukan hal itu sama saja dengan melawan takdir dan akan berakhir dengan sebuah bencana. Matahari sudah terbenam dengan sempurna, hari terlihat sangat gelap, kegelapan yang menyadarkan Clair bahwa malam ini adalah malam bulan purnama, malam ini ia akan berdiri di pantulan sinar rembulan agar bisa menemukan wolf dalam dirinya sekaligus agar ia bisa merubah wujud manusianya menjadi seekor serigala. "Aku lupa! Aku harus pulang!" cetus Clair dengan sangat gugup dan panik. Dengam tergesa-gesa gadis itu turun dari batu besar yang tadi di gunakannya untuk duduk manis bersama dengan Nathan. Pria tampan itu nampak sedikit terkejut dengan tingkah Clair yang mendadak, Clair yang hendak pergi meninggalkannya langsung di tahan lengannya oleh Nathan, pria itu tidak mau berpisah dengan Clair sekarang. Ia masih ingin bersama dengan gadis itu. "Kenapa buru-buru?" tanya Nathan dengan santai. Clair menatapnya dengan tidak santai, gadis itu terlihat sangat gugup untuk segera pergi dari sini. "Malam ini bulan purnama, aku ingin berubah wujud." sahut Clair dengan lembut, cekalan tangan Nathan terlepas dan hal itu di gunakan oleh Clair untuk segera berlari menjauh dari pria itu. Nathan menepuk jidatnta dengan keras, ia lupa menanyakan sesuatu yang sangat penting pada Clair. "CLAIR!" panggil Nathan dengan keras, gadis itu lantas menghentikan langkah tergesa-gesanya lalu menoleh ke arah Nathan yang tengah menatapnya dengan lembut. "APA KAU SUDAH MEMILIKI MATE?!" tanya Nathan dengan keras karena jaraknya dengam Clair sudah lumayan jauh. Clair tersenyum manis ke arah Nathan sebelum akhirnya menjawab. "BELUM!" seru Clair sebelum ia kembal melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda, ia harus segera pulang sebelum bulan purnama di mulai. Selepas jawaban Clair barusan, Nathan tersenyum sangat manis, ia senang gadis itu belum menemukan matenya. "Andai saja aku adalah matenya, aku tidak akan pernah meninggalkannya sampai kapanpun. Tidak peduli walaupun dia adalah wolf yang lemah, aku akan tetap mencintainya. Selama-lamanya." guman Nathan sebelum akhirnya ia juga pergi meninggalkan kawasan sungai yang saat ini sudah sangat gelap gulita, hanya ada beberapa binatang malam seperti kunang-kunang yang beterbangan di area sungai, memperindah pemandang gelap di malam hari. ---000--- Suara lolongan serigala terdengar sangat memekikan telinga siapa saja yang mendengarnya, beberapa suara terdengar sangat bahagia karena telah berhasil berubah wujud menjadi seekor wolf, namun juga ada yang melolong sedih karena belum di anugerahi oleh Dewi bulan seorang mate. Suara lolongan yang lain terdengar sangat menjijikkan karena sedang melakukan making love dengan pasangan mereka. Edmund sekarang berada di balkon kamar tidurnya, netra hitamnya menatap ke arah hutan lebat yang mengelilingi istana megahnya, di sana terlihat sangat indah karena cahaya bulan purnama membuat setiap jalanan di hutan menjadi terang, tidak gelap seperti malam sebelumnya. Pikiran Edmund melayang kemana-mana, meratapi nasibnya yang tak kunjung menemukan matenya, 15 tahun sudah ia menantikan kehadiran seorang mate dalam hidupnya, ia benar-benar sangat mendambakan gadis yang telah di takdirkan oleh Dewi bulan untuknya. Namun sampai saat ini ia tak kunjung menemukannya, ingin sekali ia memporak porandakan dunia ini demi ia menemukan belahan jiwanya. Hembusan angin yang kencang menerpa kulit wajah tampannya, bukan angin biasa, melainkan angin yang membawa aroma harum dari bunga lavender menyeruak di indra penciumannya, aromanya sangat kuat dan juga harum, dengan menciumnya saja Edmund bisa mabuk di buatnya. Ke dua bola mata Edmund membuka dengan sempurna, Peter-wolf dalam dirinya sudah berteriak keras menyerukan kata mate, ia sangat yakin dan benar-benar yakin, ini adalah aroma belahan jiwa sekaligus pasangan abadinya. Dengan senyuman yang lebar dan rasa bahagianya, Edmund langsung meloncat dari atas balkon lantai dua kamarnya lalu berubah wujud menjadi seekor seekor serigala hitam dengan mata kuning keemasan yang menyala, itu adalah Peter. Peter berlari dengan cepat membelah jalanan hutan mengikuti di mana aroma lavender itu berada. ---000--- Clair menundukkan kepalanya ke bawah, seluruh tubuhnya bergetar sangat hebat tatkala melihat Marriam berada di hadapannya sembari membawa sebuah tongkat kayu yang lumayan besar. Menghabiskan waktu bersama Nathan membuat Clair lupa kalau ia datang ke hutan untuk memetik buah beri, dan sekarang Marriam murka karena ia pulang dengan tangan kosong. Marriam menatap tajam ke arah anak tirinya dengan tajam, ia akan memberi hukuman pada gadis itu agar tidak kembali mengulangi kesalahannya. "Maaf Bu," cicit Clair yang di abaikan oleh Marriam, wanita paruh baya itu mengabaikan permintaan maaf Clair lantas melayangkan tongkat kayu itu ke punggung Clair dengan kuat. Clair menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit dan bersarang di punggungnya, Marriam terus saja memukuli Clair sepuasnya. Tara yang berdiri tidak jauh dari mereka hanya melihat kejadian itu dengan senyuman sinis yang meremehkan Clair, ia menjadikan adegan kejam yang di lakukan Ibu kandungnya itu layaknya sebuah tontonan. Clair sudah tidak kuat lagi berdiri, tubuhnya lemas karena rasa sakit yang menggerogoti punggungnya, tubuhnya jatuh berlutut di tanah dengan air mata yang terus saja menetes. Marriam kembali hendak melayangkan pukulan pada Clair, namun dengan cepat tongkat itu di tahan oleh seseorang, dan seseorang itu adalah Tara. "Cukup Bu!" ucap Tara menghentikan kekejaman sang Ibu. "Biarkan dia berubah wujud terlebih dahulu. Aku penasaean bagaimana warna bulu wolfnya nanti." sambung Tara memberi alasan pada Ibunya agar tidak terus memukuli saudari tirinya. Marriam membuang tongkat yang ia pegang, melipat ke dua tangannya di d**a dan netranya menatap ke arah Clair yang terisak di tanah. "Ibu tidak yakin dia bisa berubah. Dia hanya seorang shewolf yang lemah dan tidak memiliki kekuatan apapun. Janganlan kekuatan, menemukan wolf dalam dirinya saja tidak bisa." ledek Marriam yang membuat isak tangis Clair semakin terdengar keras. Sinar bulan purnama menyinari tubuh Clair, tidak ada yang terjadi pada tubuh gadis lemah itu. Tara dan Marriam tertawa keras melihat betapa lemahnya Clair, gadis itu tidak bisa berubah wujud menjadi serigala di usianya yang sudah menginjak 20 tahun. "Kasian banget!" ledek Tara di sela-sela tawanya yang keras. "Kau lebih buruk dari seorang pelayan istana. Pelayan istana saja bisa berubah menjadi serigala, dan kau? Kau tidak bisa berubah." kini giliran Marriam yang meledeknya. "Bagaimana bisa kau akan menemukan matemu jika kau tidak memiliki kekuatan apapun, bahkan kau tidak bisa berubah wujud. Jika kau memiliki mate, maka mate-mu itu akan merejectmu karena malu memiliki pasangan hidup seperti dirimu." sambungnya yang berhasil membuat hati Clair menjadi sakit. Dengan sekuat tenaga gadis itu bangkit dari jatuhnya dan berlari ke arah hutan secepat yang bisa. Beberapa kali ia terjatuh yang nengakibatkan lututnya berdarah, namun tetap saja ia bangkit dan berlari secepat yang ia mampu. Clair menghentikan langkahnya saat ia sudah sampai di sebuah tebing yang sangat tinggi, di sana ia bisa mendapatkan sinar bulan purnama secara maksimal. Dan saat tubuhnya di sinari dengan bulan purnama, ke dua matanya menutup dan kedua tangannya ia satukan dan mulai berdoa pada Dewi bulan agar memberikan semua yang terbaik untuk dirinya. 'Aku menginginkan kehidupan manusia serigala yang normal. Aku ingin berubah wujud, dan menemukan wolf dalam diriku. Aku ingin seorang mate yang bisa menerimaku apa adanya, dan bisa membahagiakanku selamanya. Mate! Ku mohon, datanglah padaku.' doanya dalam hati berbarengan dengan selesainya bulan purnama untuk malam ini. Ia mendesah kecewa, lagi-lagi ia belum bisa menemukan wolf dalam dirinya. Rasa pening di kepalanya ia rasakan, punggungnya terasa perih akibat pukulan dari Ibu tirinya, ke dua matanya menutup dan tubuhnya mulai oleng, tidak sanggup menahan berat badannya karena rasa sakit di seluruh tubuhnya. Saat dia sedang setengah sadar, ia mendengar suara derap langkah seseorang mendekat ke arahnya dari belakang, dengan sekuat tenaga ia membalikkan badannya dan melihat siapa seseorang itu. Pandangannya mulai kabur, ia hanya bisa melihat bayangan seorang pria berbadan kekar tengah menatapnya dengan tatapan intens yang sulit ia artikan. Sedetik kemudian ia langsung menutup matanya dengan sempurna, tubuhnya ambruk dan dengan cepat pria kekar itu menahan tubuhnya agar tidak terjatuh di tanah. "You're mine," bisik pria itu tepat di depan wajah cantik Clair.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN