EL.. 1 PULANG KAMPUNG

1095 Kata
"Kalau mau masuk itu sepatunya dibersihkan dulu di keset situ, karena lantainya sudah saya pel." Seorang gadis berpakaian office girl menatap mata El dengan berani. "Di luar hujan, becek. Sepatu saya sudah di keset, tapi tidak bersih sempurna. Apa saya harus lepas sepatu di depan pintu." El membalas ucapan gadis itu. Gadis itu mengembuskan nafas. "Bapak cari siapa? Terlalu pagi untuk datang bertamu ke kantor. Staff kantor belum ada yang datang." Gadis itu melanjutkan ucapannya. "Ruangan Bos mana?" tanya El. "Bos kami belum datang, kalau ingin menunggu, Bapak duduk saja di situ." Gadis itu menunjuk sofa. El melangkah dan menyisakan bercak kotoran di lantai yang sudah dipel oleh gadis office girl itu. "Kotor lagi kan. Saya harus ngepel dua kali. Jadi orang peka sedikit kenapa sih, tidak bisa ya? Bapak ada keperluan apa? Mau melamar kerja di sini?" Gadis itu membersihkan bercak tanah di lantai bekas sepatu El. "Begini ya cara penyambutan orang yang datang ke kantor ini. Tamu disambut dengan Omelan kamu seperti ini?" El menatap tajam gadis yang sibuk membersihkan lantai di hadapannya. Kantor memang masih sepi, hanya ada security tadi di luar. Security itu yang mengijinkannya masuk, karena tahu siapa dirinya. Security itu warga kampung tetangga dengan kampung tempat tinggal keluarganya. Tapi gadis si office girl ini, El tak mengenalnya sama sekali. "Kalau orangnya sopan, saya sopan juga." Gadis itu tidak mau kalah bicara dengan El. "Orang itu sopan, atau tidak sopan, kalau dia tamu harus kamu hargai, harus kamu hormati. Selamat pagi, ada keperluan apa. Silakan masuk, silakan duduk, ingin minum apa, begitu yang benar dalam menerima tamu!" El mengajari gadis itu cara menyambut tamu yang datang ke kantor. "Ini kantor, Pak, bukan warung, masa ditanya ingin minum apa. Bapak kalau haus minum air mineral yang ada di atas meja itu saja. Saya harus membersihkan kaca." Gadis itu meninggalkan El untuk membersihkan kaca di lobi kantor itu. El menghela nafas. Sungguh pengalaman pertama masuk kantor baru yang sangat tidak menyenangkan. El tidak tahu, bagaimana cara orang di kantor ini merekrut seorang office girl. Seorang office girl harusnya tidak bisa galak seperti gadis yang ia hadapi saat ini. El datang di kantor ini, untuk melihat dulu keadaan kantor perusahaan batu bara milik keluarganya ini seperti apa. Ini adalah kantor cabang. Kantor pusat ada di Jakarta. El bekerja di kantor pusat. Saat ini ia sedang pulang kampung. Waktu satu bulan ingin ia pergunakan untuk menjajaki kemungkinan ia pindah bekerja ke kantor cabang ini. Kantor yang dikelola oleh pamannya sendiri. Yaitu Paman Aay, kembaran amma nya. Alasan El pulang kampung dan ingin pindah bekerja ke kampungnya adalah karena rasa patah hati setelah dikhianati wanita yang akan ia nikahi. Wanita yang ia impikan akan menjadi teman hidup di sepanjang sisa usianya. Wanita yang sangat ia cinta, dan bisa ia terima masa lalu dan kekurangannya. El ingin melupakan semua tentang Sabila dengan pergi dari Jakarta. Bukan melarikan diri, tapi ia ingin menata hati dengan tenang, dan berada dekat dengan kedua orang tua, saudara, dan keluarga besar yang sangat ia cinta. Pagi ini ia datang ke kantor ini hanya mengenakan pakaian santai saja, karena hanya ingin melihat-lihat saja dulu. Belum pasti akan bekerja di kantor ini. Karena banyak pilihan baginya ingin bekerja di mana dalam lingkup perusahaan Ramadhan Group. Usaha keluarganya meliputi peternakan, perikanan, perkebunan, pertanian, empat usaha ini dipegang oleh Paman Aan, dan Raka, adik El. Lalu ada perumahan dan travel yang dipegang oleh Abba dan kakak iparnya. Kemudian ada SPBU yang dipegang oleh Ardan, sepupunya. Lalu ada pabrik keripik yang cukup besar, kini dipegang oleh Rahmi, istri Ardan, dan Zizi, kembaran El. Suara benda jatuh membuat lamunan El terganggu. El menatap ke arah office girl yang memungut sapu jatuh. Dalan hidupnya, El belum pernah bertemu office girl judes seperti office girl di kantor ini. "Assalamualaikum, selamat pagi. El." El menatap orang yang menyebut namanya. Orang itu tidak menatap ke arahnya. Orang itu tengah melepas sepatu di depan pintu. "Wa'alaikum salam. Selamat pagi Kang Mul." Gadis office girl itu menjawab salam si pria yang mengangkat sepatunya saat melewati pintu. Pria itu tergesa masuk ke dalam sehingga tidak menatap ke arah El. El melongo menyadari nama gadis office girl itu sama dengan namanya. "Assalamualaikum, El! Bantu pegang tasku ya." Seorang wanita datang. Wanita itu menyerahkan goodie bag di tangannya pada si office girl, lalu si wanita juga melepas sepatu di depan pintu. "Wa'alaikum salam, Mbak Yuti." Si office girl menerima goodie bag yang diserahkan oleh wanita bernama Mbak Yuti itu. "Eh ada tamu ya,?" Si Mbak Yuti menatap El. "Iya, mencari bos." Si office girl menganggukkan kepala. "Saudara bos ya, kok mirip?" Tanya Mbak Yuti pada office girl itu. Si office girl menatap El. Tatapan mereka bertemu. "Selamat pagi, Mas." Mbak Yuto mendekati El dan mengulurkan telapak tangan mengajak bersalaman. El berdiri dari duduk, diterima uluran tangan wanita bernama Mbak Yuti itu. "Mencari bos?" Tanya Mbak Yuti. "Iya." Kepala El mengangguk. "Sudah ada janji?" "Iya." "Silakan di tunggu saja, sebentar lagi pasti datang." Mbak Yuti sikapnya sangat ramah, sangat berbeda dengan si office girl yang judes. "Iya, terima kasih." "Saya permisi ke dalam." "Silakan." El tersenyum, Mbak Yuti juga tersenyum sebelum melangkah masuk ke ruangan dalam. Si office girl ikut masuk membawakan goodie bag Mbak Yuti. Karena satu tangan Mbak Yuti menenteng sepatu, sedang tangan yang satu tadi dipakai bersalaman dengan El. Office girl itu ke luar lagi. Beberapa karyawan datang. Ada beberapa yang menyapa El. Tapi tak ada satupun yang El kenal. "Assalamualaikum." El menatap ke arah pintu. Suara yang sangat ia kenal. Suara pamannya. "Wa'alaikum salam." Office girl dan El menjawab bersamaan. El bangkit dari duduknya. Paman Aay melepas sendal jepit yang dipakai di depan pintu. Office girl itu sigap mengambil sandal jepit lain dari dekat kursi. Aay mengenakan sendal jepit yang diberikan office girl. "Sudah lama menunggu?" Paman Aay menepuk bahu El, setelah El mencium punggung tangan pamannya itu. "Lumayan lama, Paman." "Ayo kita masuk." El mengikuti langkah pamannya masuk ke dalam setelah melepas sepatunya. * El sudah duduk di ruang kerjanya yang bersebelahan dengan ruang kerja pamannya. El menyandarkan punggung di kursi kerjanya. Tatapannya lurus ke depan. El belum yakin ia akan betah bekerja di kantor ini. Suasana kantor sangar jauh berbeda dengan kantornya di Jakarta. Ruangan kerjanya di sana sangat luas dan mewah, berbeda dengan kantor di sini yang sangat sederhana. Meski perputaran uang dari kantor ini cukup besar. Tapi begitulah keluarganya yang tinggal di kampung. Tak suka bermewah-mewah untuk sesuatu yang bisa sederhana. El teringat lagi alasan kenapa dirinya ada di sini sekarang. Sabila, ia ingin melupakan wanita yang sempat jadi calon istrinya. El teringat saat Sabila memutuskan hubungan mereka. *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN