Bab 3

2050 Kata
Hana – Sabar Aku mendengar perbincangan mereka, teriakan Raja kepada istrinya terdengar sampai ditelingaku, aku tau siapapun pasti akan marah dihadapkan dalam situasi rumit seperti ini, dan aku sama sekali tidak marah ditinggalkan begitu saja disaat seharusnya Raja kini bersamaku, bukan bersama Lian. Aku membuka sanggul yang terpasang dikepalaku, aku juga membuka kebaya putih yang terpasang pas  ditubuhku. Aku menatap diriku yang kini sedang berdiri di depan kaca besar yang ada di kamar. Terlihat jelas seorang wanita yang kini bukan berstatus single lagi, ya aku bukan gadis bebas seperti dulu meski pernikahan ini hanya sandiwara, pernikahan ini hanya akan berlangsung sampai aku melahirkan seorang anak, sesuai dengan perjanjian yang aku tanda tangani dengan Raja beberapa hari yang lalu. Setelah berganti baju aku memilih untuk keluar untuk membersihkan sisa-sisa pernikahan tadi, apartemen ini sangat besar untuk aku tempati sendirian, karena aku tau Raja akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Lian dan kepergiannya tadi mengindikasikan entah kapan dia akan datang untuk menginap di sini. Mataku melihat onggokan buku nikah yang tergeletak begitu saja di lantai apartemen, aku memungutnya dan membuka buku nikah yang seharusnya salah satunya dipegang Raja dan satunya lagi aku yang pegang, tapi nyatanya kedua buku itu kini berada di genggamanku. “Hufttt ini pilihan yang kamu ambil Hana, semua ini demi Lian… demi keluarga mereka, andai aku diposisi Lian mungkin aku akan melakukan hal yang sama, aku tidak mungkin membiarkan dirinya terusir begitu saja dari sisi Raja hanya karena tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga Himawan” aku kembali mengingat alasan Lian memaksa Raja untuk menikah lagi,  aku baru tau kedudukannya terancam jika tahun ini dia belum bisa memberikan anak untuk Raja, semua ini karena mertuanya. Mertuanya terlalu menekan dan meminta dia bercerai dari Raja jika tidak ada satu anakpun lahir dari rahimnya, hal yang sengaja dia tutupi dari Raja karena tidak mau Raja membenci Maminya. Lian sungguh berhati mulia bisa bertahan hidup dengan tekanan sebesar itu, dipaksa bercerai jika tidak ada anak yang lahir, dimanakah hati mertuanya itu. **** Aku yang terbiasa sibuk dikantor merasa tinggal dirumah tanpa melakukan apa-apa sungguh sangat membosankan. Lian menyuruhku untuk cuti selama 1 minggu, awalnya dia menyuruhku untuk berbulan madu bersama Raja tapi nyatanya semenjak hari pernikahan dua hari yang lalu, Raja sama sekali tidak pernah datang. Ting tong ting tong Aku yakin itu bukan Raja, mungkin salah satu ibu-ibu perkumpulan apartemen yang ingin berkenalan denganku, dengan malas aku membuka pintu. “Hai Hana” sapanya dengan riang, aku yang kaget melihatnya hanya bisa diam membisu. “Wah aku nggak boleh masuk nih” tanyanya lagi, aku yang akhirnya sadar menyuruhnya untuk masuk. “Masuk Ibu, silahkan masuk apartemen ini juga milik Ibu” Lian kemudian duduk dan memperhatikan suasana apartemen ini. “Apartemennya bikin kamu nyaman nggak? Atau ada yang perlu dirubah… suasananya mungkin atau…” dia terlihat antusias, aku meletakkan segelas jus jeruk dan duduk disampingnya. “Nggak perlu Ibu, apartemen ini lebih dari cukup” balasku dengan sungkan, aku masih tak percaya Lian mau datang kesini, setau aku sangat jarang istri pertama datang kerumah istri kedua dengan maksud baik, setau aku jika istri pertama datang pasti untuk mencari gara-gara atau keributan, tapi nyatanya tidak ada aroma permusuhan dan juga kebencian dari sikap Lian kepadaku, aku merasa dia tulus berteman denganku. “Hmmm baguslah, btw jangan panggil Ibu dong… kita ini sudah menjadi keluarga, panggil aja Lian hmmm nggak deh mbak aja sepertinya kamu lebih muda dari aku” ujarnya. Aku tertawa pelan “Kalo begitu kita ini keluarga yang aneh ya mbak” balasku langsung, Lian bukannya marah malah tertawa dan memegang tanganku. “Maafin Raja ya Hana, dia masih sangat keras kepala… mbak akan membuat dia datang dan menyentuh kamu, mbak janji dia akan bertindak layaknya sebagai suami dan mbak sendiri yang akan mengantar dia kesini” aku melepaskan tangannya. “Mbak, aku boleh nanya? dan aku harap mbak menjawab dengan jujur” tanyaku, dia mempersilahkan dan mendengarkan dengan seksama. “Mbak mencintai Pak Raja?” tanyaku, dan dia langsung mengangguk. “Sangat, dan kamu tau itu Hana… aku mencintainya melebihi hidupku” balasnya, terlihat jelas ketulusan dari jawaban tadi, sangat terlihat jelas dibola matanya betapa dia sangat mencintai Raja. “Tapi… tapi kenapa mbak rela memberikan Pak Raja untuk aku, membiarkan dia menyentuh aku  bahkan mbak datang ke rumah dan berjanji mengantar langsung Pak Raja ke aku mbak, apa alasannya… anak? Jika alasannya anak, tidak perlu seektrem ini, ini sangat menyakitkan sebagai wanita” balasku yang tidak habis pikir dengan isi kepala Lian. Lian berdiri dan menatap langit melalui jendela apartemen. Berulang kali dia menghela nafas berat “Aku ikhlas Hana, benar-benar ikhlas asal wanita itu kamu, kamu yang aku pilih menggantikan posisiku ketika aku tidak disamping Raja, kamu wanita terpilih Hana” balasnya. “Maksud mbak apa sih” tanyaku dengan nada tak sabaran. “Lupakan, hmmm pasti kamu bosen seharian dirumah, ayo kita shopping dan belanja kebutuhan kamu, Raja tidak akan suka melihat istrinya hanya mengenakan daster seperti kamu” bahkan aku tidak bisa berkata-kata melihatnya seantusias ini. “Tapi mbak….” “Buruan!!” aku kemudian masuk kedalam kamar dan melihat diriku yang kini terlihat menyedihkan dengan daster buluk yang sengaja aku bawa dari rumah kontrakan, ah membicarakan rumah kontrakan bagaimana dengan Bala ya, pasti dia kesepian disana… tapi mau gimana lagi untuk sementara Bala tidak boleh tau apa yang aku lakukan. **** Aku menatap barang belanjaan yang memenuhi ruang apartemen ini, semua barang dari ujung rambut hingga ujung kaki tergeletak di dalam kantong-kantong kertas bermerek terkenal. Aku tau keluarga Himawan sangat kaya, tapi membelanjakan uang sebanyak itu untuk barang-barang seperti ini rasanya sungguh sangat disayangkan. Satu persatu aku mengeluarkan barang yang diberikan Lian kepadaku tadi, baju harian seperti yang selalu dikenakan Lian juga ada, bahkan sepatu bermerek yang harganya jutaan juga ada, tak itu saja underwear sexy bahkan dibelikannya. Aku mencampakkan barang menjijikkan itu kembali kedalam kantongnya, lagian buat apa sih Lian memebrikan barang aneh seperti ini, aku tidak yakin Raja bakal tertarik meski aku b***l sekalipun di depannya. Setelah menyusun satu persatu baju kedalam lemari, aku memutuskan untuk berbaring dan mencerna setiap kejadian yang aku alami selama 1 bulan ini. Dimulai dari permintaan Lian, menikah dengan Raja dan kini menyendiri dikamar. “Kamu menyedihkan Hana, sangat-sangat menyedihkan” kataku kepada diriku sendiri, aku memang menyedihkan dan aku ingin kehidupan semu ini selesai secepatnya hingga aku bisa membangun kehidupan baru dan menjauh dari keluarga Himawan. **** Sesuai perintah Lian setiap malam selama 1 minggu ini aku menyediakan berbagai makanan diatas meja makan, takutnya Raja datang dan dia akan sangat marah jika tidak mendapati ada makanan dimeja makan. Setiap malam juga semua makanan yang aku masak itu akhirnya berakhir ditempat sampah karena orang yang ditunggu tak juga datang. Aku melihat jarum jam, sudah pukul 10 malam. Harapan Raja untuk datang tinggal harapan saja, dan lagi-lagi aku akan membuang makanan yang untuk menyentuhnya saja aku sudah muak. Ting tong ting tong Aku kembali meletakkan piring diatas meja dan bertanya-tanya siapa yang datang jam segini. Ting tong ting tong “Sebentar” teriakku. Aku membuka pintu dan melihat Lian berdiri dengan sempoyongan, bau alcohol sangat jelas tercium.  “Ya ampun mbak mabuk ya” aku membantunya masuk dan membaringkannya kedalam kamarku. Aku membuka sepatunya dan membuka jaket yang terpasang ditubuhnya “Hana…. Wah adik mbak cantik sekali malam ini” katanya melantur, aku juga menggantikan kemejanya yang kotor akibat terkena muntahan. “Mbak kenapa mabuk sih, Pak Raja tau?” “Stttsss Raja jangan sampai tau ya… Raja nggak boleh tau, kalo Raja tau… kalo Raja tau pasti dia sedih sekali… huwaaaa aku nggak mau dia sedih Hana… Hana pleaseee jangan beritahu Raja” katanya sambil berbisik, tak lama dia kembali tidur. Aku hanya bisa menghela nafas, Raja harus tau Lian sedang ada disini. Aku membuka tasnya dan mengambil ponselnya, jika aku menghubungi Raja dari ponselku, aku jamin dia tidak akan pernah mau mengangkatnya. “Halo, ini sudah jam berapa… sampai kapan kamu keluyuran diluar, pulang!!” “Pak Raja, ini saya Hana… tolong jangan dimatikan dulu, saya mau memberitahu kalo mbak Lian sedang bersama saya, bisa nggak Bapak datang dan menjemput dia, dia butuh…” Aku memasukkan kembali ponsel Lian kedalam tasnya, aku juga merapikan selimut yang ditendangnya tanpa sadar. “Ada apa dengan kamu mbak, kenapa kamu mabuk separah ini” aku merapikan anak rambut yang berserakan dikeningnya, apa karena Raja menikah lagi hingga dia terpuruk seperti ini, apa karena kehadiranku dia hancur seperti ini. “Raja nggak boleh tau… Raja nggak boleh tau” entah apa yang tidak boleh diketahui Raja, tapi yang pasti sebentar lagi aku akan melihat amukan Raja kepadaku, ya dia pasti menyalahkan ini semua kepadaku. Ting tong ting tong Itu pasti Raja, dengan tangan bergetar aku membuka pintu dan melihat Raja menatapku dengan tatapan benci, kesal dan juga amarah yang tidak tertahankan. “Lian mana?” tanyanya tanpa basa basi, dia berlalu begitu saja seakan keberadaanku tidak ada diruangan ini. “Mbak Lian dikamar Pak” aku menunjuk sebuah kamar, Raja kemudian masuk dan menutup pintu kamar itu seakan aku tidak boleh masuk. Aku masih berdiri ditempatku dan 15 menit kemudian aku melihat Raja menggendong Lian dengan wajah penuh kekuatiran. Dia kembali melewatiku dan pergi begitu saja. **** Senin pagi menjadi hari yang sangat aku tunggu, ya hari ini aku kembali masuk kantor, aku tidak peduli dikantor aku akan bertemu Raja atau mendapat cacian darinya lagi, itu lebih baik daripada terkurung di apartemen sendirian tanpa tau harus melakukan apa. “Pagi” sapaku “Wah akhirnya lo masuk kantor, gimana tugas luarnya… lancarkah?” tanya Nina, teman sejawatku yang baru beberapa bulan bekerja dibagian marketing. Aku hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaannya, sudah cukup aku berbohong dan aku tidak mau lagi menambah dosa dengan membohongi semua orang. “Tau nggak, Pak Raja katanya lagi buka lowongan untuk  sekretaris baru” “Wah kabar baru tuh, untuk menggantikan siapa?” tanyaku penasaran, Nina mengangkat bahunya tanda tidak tau untuk siapa sekretaris baru yang sedang dicari Raja. Aku melihat jam yang ada ditangan masih jam 8 kurang seperempat, setelah mengambil absen dan meletakkan tasku kedalam loker pekerja. Jam 8 kurang 10 aku memilih untuk turun dan menunggu kedatangan Raja seperti biasa. Jam 8 pas aku melihat mobil milik Raja memasuki lobby, Raja kemudian turun disusul Pak Kevin kakaknya Lian. “Selamat pagi, Pak Raja dan Pak Kevin” sapaku seperti biasa, Raja mendiamkanku sedangkan Kevin tersenyum kepadaku. Aku berjalan dibelakang mereka, mereka sibuk membahas rencana kerjasama perusahaan milik Kevin dengan perusahaan milik Raja. “Bagaimana Lian, masih sakit?” tanya Kevin. “Udah baikan” balas Raja singkat. “Bagus deh, btw gue dengar lo akan memutasi beberapa karyawan, kenapa?” tanya Kevin. “Iya, beberapa karyawan yang tidak berkompeten akan gue mutasi” balas Raja, Raja mulai bertindak semena-mena jika suasana hatinya buruk, dan pihak sekelilingnya yang akan menanggung dari suasana hatinya itu, ini sikap Raja yang paling aku benci. Terlalu otoriter dan keras kepala. **** “Hana….” Panggil Nina dari tempatnya berdiri didekat papan pengumuman, aku yang hendak ke kantin langsung menghampirinya. “Kenapa? Gue mau makan siang… lapar banget” kataku sambil memegang perutku yang memang belum terisi sejak tadi malam. “Lihat ini… lo bikin masalah apa sih, sampai Pak Raja memutasi lo kebagian administrasi, lo tau itu sama saja turun grade Hana, lo sekarang Grade A sedangkan Administrasi Grade C….”  Nina menunjuk kertas putih yang tertempel di papan pengumuman. Hanya namaku yang tercantum di sana tanpa aku tau penyebab kenapa aku harus di mutasi. Lapar yang aku rasakan berganti dengan kemarahan, aku meninggalkan Nina yang berteriak memanggilku untuk menenangkanku, tapi emosi sudah keburu naik dan butuh tempat untuk dilampiaskan. Aku membuka pintu ruangan Raja dan melihatnya dengan tatapan marah “Aku tidak peduli kamu akan memecat aku atau tidak, tapi kamu harus jelaskan kenapa aku di mutasi ke bagian Administrasi” tanyaku. “Oh kamu sudah baca pengumumannya, ya seperti yang kamu baca mulai besok kamu bekerja di bagian Administrasi” katanya tanpa merasa bersalah sedikitpun. “Alasannya apa?” “Saya muak melihat wajah anda, saya muak melihat orang yang hampir merusak rumah tangga saya berada disekitar saya, intinya saya muak melihat anda!!!, ya kalo anda tidak suka silahkan mengundurkan diri kalo perlu pergi dari kehidupan saya” dia kembali membaca dokumen yang ada diatas mejanya. “Baiklah saya mengerti pak, saya tidak akan pernah mengundurkan diri dan juga pergi sebelum keinginan mbak Lian terkabul, ah satu lagi… bukannya perusahaan ini menjunjung tinggi profesionalitas, dan Bapak sebagai atasan terlalu terbawa suasana hati dan bertindak semena-mena, permisi Bapak raja yang terhormat” aku keluar dari ruangannya dan membanting pintu sangat keras karena kesal. “M…mbak” aku melihat Lian sedang berdiri dan mendengarkan pertengkaranku dengan Raja. “Raja keterlaluan… setega itu dia membiarkan istrinya… Raja harus diberi pelajaran” aku menahan tangan Lian, aku tidak mau keadaan semakin kacau. “Biar aja mbak, aku nggak apa-apa kok… aku nggak masalah dia melakukan itu semua, mungkin dengan itu dia bisa sedikit tenang” “Tapi…” “Udah, lebih baik mbak pulang… aku dengar mbak lagi sakit kan” aku memang melihat wajah Lian pucat. “Sabar ya Hana, Raja begitu karena dia kesal sama mbak, tapi aslinya Raja manis kok… mbak akan buat dia menerima kamu, kamu jangan pernah menyerah ya… demi mbak” aku hanya bisa membuang nafas berkali-kali. Keadaan terbalik, bukan istri pertama yang menjahatiku tapi nyatanya suamiku sendiri yang menjahatiku. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN