MJ -CHAPTER 3

1106 Kata
Di Dalam keheningan malam, selesai Meghan merasakan rendaman air hangat serta pijatan pada seluruh tubuhnya itu. Ia terlihat terdiam sendiri di dalam kamar yang sudah sangat gelap baginya, ia pun menolak tawaran Hun mengenai lelaki pemuas nafsunya. Entahlah hari ini Mood Meghan memang sangatlah hancur, perasaan Meghan seketika hancur. Iya jelas saja, Meghan baru saja mendapat kabar bahwa sang ibu sudah resmi menikah dengan mantan kekasihnya yang bertempat tinggal di Indonesia. Tangannya bergerak turun pada pigura foto, bersamaan dengan air mata yang mengalir bebas di pipi mulusnya. Bahkan, air matanya melunturkan riasan indah di malam penuh bintang. Meghan tersenyum miris, mengusap foto lelaki dan wanita yang berada di dalam di sana. "Mama pernah bilang kepadaku!" Ucapnya mengingat kalimat yang pernah ibunya lontarkan saat mengakhiri rumah tangganya bersama sang ayah di depan matanya, "Bukankah tidak ada rasa cinta sejak hari itu? Benar, bukankan pernikahan kami hanyalah formalitas keluarga bangsawan semata? Lantas mengapa dadaku sesak kala dia mengatakan cinta nya kepada wanita bernama Clarin?" Kalimat itu keluar tepat di dekat telinga Meghan, ya saat itu Ayah Meghan yang bernama Jody Joseph memanglah terbukti berselingkuh dengan wanita bernama Clarin. Dan saat itu, Meghan melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa sang ibu menangisi nasib sialnya. Diketahui bahwa orang tua Meghan menikah tanpa adanya rasa cinta, mereka menikah karena sebuah bisnis semata. Ya, Ayah Meghan atau Jody Joseph adalah seorang keluarga bangsawan dan ibunya putri dari seseorang bangsawan lainnya. Sebenarnya, Ibu Meghan sudah menjelaskan bahwa dirinya sama sekali tidak mencintai lelaki itu. Bahkan, kisah cinta yang sangat miris pun terjadi. Angela Tira harus rela memutuskan hubungan nya bersama lelaki yang sangat ia cintai, hubungan jarak jauh yang sudah terjalin lima tahun pun kandas karena Angela Tira harus mendengarkan keegoisan ayah dan ibunya untuk memintanya menikah dengan Jody Joseph. Tahun ke tahun pernikahan mereka sama sekali tak membuahkan cinta, walaupun Meghan terlahir dengan sosok sempurna. Bahkan, beberapa kali ibunya selalu mengajaknya untuk pergi ke Indonesia. Untuk mencari sosok lelaki bernama Gibran, namun Meghan selalu menolak. Ia tak ingin meninggalkan kekayaan ayahnya itu. "Meghan ikutlah dengan Mommy, Mommy tidak akan pernah kembali dengan ayah mu dan itu artinya kau tak akan pernah bertemu dengan Mommy jika kau tidak mau ikut!" Kalimat-kalimat yang membuatnya kesal itu selalu terngiang hingga saat ini, timbul lah rasa benci terhadap keduanya. Apalagi Jody sendiri sudah tinggal satu atap bersama wanita bernama Clarin, sudah sangat lama. Kabarnya, saat Angela tinggal bersama dirinya pum. Jody selalu tinggal bersamanya dan selalu memberikan sebuah alasan bertemu klien di luar kota atau mengembangkan bisnis. Kebohongan-kebohongan selalu muncul, lantas untuk apa Angela bertahan? Angela pun kembali menghubungi Gibran, ia rela menukar posisi nya pada posisi sederhana demi rasa nyaman yang diberikan Gibran padanya. Hingga akhirnya, Angela memilih untuk pergi dari kehidupan Meghan dan Jody. "Maafkan Mommy Meghan, maafkan!! Suatu hari nanti Meghan akan mengerti mengapa Mommy pergi meninggalkan kalian!". Tak berselang lama, Meghan pun mengetahui bahwa Ayahnya tak selalu ada di dekatnya. Hingga ia menemukan jati dirinya sebagai Model berparas cantik nan molek, semua sangat mengagungkan dirinya. Ibunya pun sangat bahagia melihat Meghan saat ini, namun kabar buruk menjadi kabar yang membuat semangat nya hancur. Tangan nya kembali bergerak semakin turun, "Hiks hiks" Ia menangis meratapi kesedihannya, sudah dua tahun sejak kepergian ibunya. Ia tak pernah menatap ataupun bertemu ibunya, walaupun Ibunya selalu melakukan panggilan Video, Meghan tak mau menerimanya. Bahkan terkadang ia menolak panggilan ibunya, ataupun panggilan ayahnya sekalipun. Dan kali ini tangisan nya bersamaan dengan suara langkah kaki yang tegap, Meghan tahu jika sosok itu adalah sosok lelaki yang sama pada foto di tangannya. Sosok ayah yang selama dua tahun ini sangat ia benci, "Untuk apa kamu menangis?" tanyanya singkat. Suaranya yang pelan, tetapi terasa tegas itu membuat Meghan mendengus kesal. Tanpa menoleh serta melirik ke arah suara itu, Meghan hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Baginya, Sudah terlanjur sulit untuk menyembunyikan air mata. Dia semakin mendekat, membuat debaran di hati Meghan semakin parah. Jody menepuk bahu bawahnya, Meghan membalikkan badannya. Sisa air mata yang belum sempat di seka nya masih tersimpan di sana, "Untuk apa Papa kemari?" Tanya Meghan tegas. "Sudah satu minggu Papa tidak mendengar suara mu?" "Dan sudah satu bulan Papa tidak menemui ku kan? Apa harus aku ucapkan tanggal terakhir Papa menjenguk ku?" Tanya Meghan dengan suara yang sangat tegas. "Sayang, Papa .... " Tangan Meghan seakan menghentikan kalimat yang ingin di sampaikan oleh Jody, "Aku mau istirahat!!!" Kalimat itu penuh dengan penekanan. "Papa tak perlu datang lagi! Urus Clarin dan anak lelaki nya itu, aku tidak peduli walaupun Papa enggan mendatangiku atau enggan untuk ikut tinggal bersama ku! Kau sudah bukan Papa ku seperti dahulu, dan Angela Tira, dia bukan ibu ku. Aku anak yang tak tahu siapa orang tuanya, mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri!" "Dan ... " PLAAAAAAAAAkkkkkkk.... Jody mengangkat tangannya lalu, menampar wajah Meghan. "Sudah pintar kau meninggikan suara mu? Sudah pintar kau memberiku petuah?" Tanya Jody. Tanpa menjawab, Meghan pun pergi dan masuk kedalam kamar meninggalkan Jody dalam keadaan marah. Brugh! Pintu besar itu ditutup kasar olehnya, amarah memuncak hebat. Di dalam kamar, ia membuka satu buah tutup botol minuman berjenis cocktail. Ia meneguknya tanpa menuangkan air minuman tersebut ke dalam gelas. "b******k! Aku benci padamu Jody, Angela. Kalian membuat ku menderita, persetan dengan pernikahan! Aku tak peduli!" Gerutunya itu. "Arghhhhhhh" Teriaknya begitu keras, ia pun membantingkan botol yang dipegang olehnya tepat kearah pintu. "Kalian memakai alasan berpisah karena tak saling mencintai, Bulshit!" Air minuman keras yang diteguknya lumayan membuatnya mabuk, ia berceloteh ria, membenci ibunya dan ayahnya adalah keharusan untuk nya. Ia menderita dan selalu merasa kesepian itu sudah pasti selalu di lalui olehnya. Ia mencoba mencari ponsel miliknya, "f**k off!!! Where is my Phone!" Teriaknya saat merasa frustasi. Saat ia melihat kearah nakas, ia melihat beberapa ponsel miliknya tersimpan di sana. Ia segera meraih ponsel tersebut dan mencari nama Hun di sana, ia tak mendapatkannya lalu membuang ponsel itu ke sembarang arah hingga membuat layar ponsel itu retak. Ia kembali kembali meraih ponsel satunya lagi, dia terlihat mencari kembali nomor ponsel Hun. Ia mendapatkannya, lalu mencoba menghubungi Hun. Hun menerima panggilannya tersebut, "Ah..... Halo!" Sapa Meghan sembari terdengar mendesah kecil. "Meghan, sabarlah! Ayah mu sudah pulang, kau baik-baik saja kan?" Tanya Hun sedikit mengkhawatirkan dirinya. "Berikan aku lelaki itu, saat ini juga!!!! Aku tak mau kau telat membawanya ke hadapanku!" Pinta nya yang tak mau tahu itu membuat Hun merasa kelimpungan, ia segera mengiyakan permintaan Meghan dan mencoba menghubungi Lelaki itu. Ya Meghan memanglah seperti itu, jika dia mau... Dia akan memintanya seakan hal itu sudah ada di depan matanya, jika tidak bagaimana? Hun akan menjadi bulan-bulanan Meghan, bahkan Hun Akan kehilangan jabatan yang Meghan berikan untuknya dan mungkin Hun akan kembali jatuh miskin jika hal itu terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN