Ian mengeluarkan key card dari dompetnya dan menempelkannya dengan malas. Langkahnya lunglai memasuki apartemen tempatnya dulu sering menghabiskan waktu bersama saudara-saudaranya. Ia berjalan menuju sofa di depan televisi dan menghempaskan tubuhnya di sana. “Ian?” sapa Fara sekeluarnya dari kamar. “Tumben ke sini?” “Nggak boleh?” jawab Ian ketus. “Ya ampun, galak amat, sih?” Fara duduk di samping Ian. Ia mengambil bantal dan meletakkannya di pangkuannya. Pipi Fara terlihat semakin chubby. Tangannya bergerak mencari remote untuk menghidupkan televisi. “Kamu mau minum apa?” “Nanti bisa ambil sendiri, kok. Rafael sudah tidur?” “Sudah.” “Sam kemana?” “Keluar, beli makanan.” “Masih ngidam, ya?” Ian tersenyum kecil mengingat selera makan Samudera yang melewati batas pascakehamilan ist

