Kara mempersilakan kedua orang tua Airin duduk. Ia mengambil dua botol air mineral dan menyuguhkannya di atas meja.“Maaf, Om, hanya ada air putih. Para karyawan masih di luar istirahat siang.” Kedua orang tua paruh baya tersebut tersenyum canggung. “Terima kasih, Ka.” “Om dan Tante ada apa kemari?” tanya Kara setelah mereka berdiam diri cukup lama. Ayah Airin mengangkat kepala dan menoleh sebentar pada istrinya. “Kami kesini mau meminta maaf atas semua yang terjadi antara kamu, Airin dan Bram.” Kara menghela napas. Dahulu, ia sangat dekat dengan keluarga Airin, termasuk dengan Viko, adik Airin satu-satunya yang saat ini masih duduk di bangku SMA. Sebelum ia diangkat anak oleh keluarga Akvari, kedua orang tua Airin lah yang menjadi pengganti orang tuanya. Rumah Airin berada dekat pant

