1

1321 Kata
Tiga tahun kemudian ... Lexandre Audree mendesah lelah saat dirinya baru saja sampai di apartemen kecilnya ini. Sejak tiga hari lalu hotel tempatnya bekerja begitu sibuk karena adanya acara fashion show yang diadakan di sana. Sejak tiga hari lalu juga dirinya dan staf-staf hotel lainnya diharuskan untuk lembur tapi Lexa sama sekali tidak keberatan karena gaji yang diberikan sangat sesuai. Lexa bekerja di sana sebagai Manajer di salah satu hotel bintang lima di Melbourne dan kesibukan tiga hari ini cukup membuat dirinya sangat stress. Diusianya yang baru menginjak 23 tahun hal itu sangat hebat karena bisa berhasil menjadi manager sebuah hotel padahal dia tak kuliah. Tapi berkat kerja kerasnya, keahliannya dan bakatnya dalam memenuhi kebutuhan tamu tanpa kesalahan hingga ia bisa sampai di posisi itu. "Sebaiknya aku istirahat sekarang sebelum aku kehilangan waktu istirahatku lagi." Dengan segera Lexa terlelap menuju mimpi saat dirinya menyentuh bantal. Ia terbangun keesokan harinya saat ponselnya berbunyi. "Ya," jawab Lexa dengan suara serak. "Lexa, kamu harus kembali ke hotel sekarang juga karena CEO kita akan datang kemari dan atasan ingin kamu menemuinya untuk memberikan instruksi terkait kedatangan CEO ini. Aku dengar CEO kita ini sangat kejam." "Kenapa mendadak sekali?" tanya Lexa sedikit merasa kesal. "Aku juga tidak tahu. Cepatlah!" "Baiklah," ucap Lexa pasrah karena waktu liburnya harus kembali terganggu. Lexa bangun dari tidurnya dan menikmati waktunya sebentar dengan minum teh hangat. Sambil memainkan kalung yang dipakainya dirinya memikirkan semuanya. Sejak tiga tahun lalu, sejak ia pergi dari hidup Colin, ia tidak membiarkan siapa pun mendekat padanya. Walau pun banyak laki-laki yang ingin bersamanya dan mengenalnya tapi hati Lexa sudah tertutup untuk selamanya dan sejak saat itu, ia juga sengaja mengganti nama belakangnya agar laki-laki itu tidak bisa menemukannya, di hotel semua orang mengenalnya sebagai Lexa Monica bukan Lexandre Audree. Selesai minum teh Lexa bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi berangkat kerja. Saat sampai di sana dia segera menemui atasannya untuk mendapatkan instruksi lebih lanjut. "Lexa." "Ya, Sir." "Aku ingin kamu sendiri yang menangani semua kebutuhan CEO kita karena aku tidak ingin ada kesalahan apa pun yang akan membuatnya marah dan membuat kita semua dipecat." "Apa dia seseram itu, Sir?" "Ya," desah Devon mengusap wajahnya. "Salah satu hotelnya di Sydney sudah mengalaminya. Dia memecat semuanya dan menggantinya dengan staf baru hanya karena pelayan di sana lupa mengantarkan minumannya," sambung Devon sedikit cemas karena selama ini CEO mereka tidak pernah datang ke sini. Apakah kami sudah melakukan kesalahan? Lexa sedikit takut mendengarnya dan merasa cemas bagaimana jika dia melakukan kesalahan? "Aku memercayai nasib kami padamu dan dia secara pribadi meminta kamu yang melayaninya. Dia akan tiba nanti malam jadi sepertinya kamu harus kembali lembur malam ini," ujar Devon mengembalikan pikirannya kembali ke saat ini. "Baik, Sir." Lexa kemudian keluar dari sana dan mulai mengatur para staf untuk mempersiapkan suite paling besar di hotel itu tempat di mana CEO mereka akan tinggal selama satu minggu ini dan tidak lupa kamar untuk pengawalnya. Lexa menatap kamar itu dan memeriksa semuanya untuk terakhir kalinya sebelum keluar dan mulai mengerjakan pekerjaan lainnya. "Sienna," sapa Lexa saat menemukan bawahan sekaligus sahabatnya juga berada di kantin saat ini. "Kamu sudah selesai, Lexa." "Ya." "Kamu sudah memeriksa semuanya? Karena jika kita membuat kesalahan maka habislah kita semua." "Ya, aku sudah memeriksanya. Apa dia memang seseram itu?" tanya Lexa penasaran. "Ya, dari yang aku dengar. Setelah dikhianati tunangannya tiga tahun lalu, dia menjadi sangat kejam dan tidak punya hati. Aku dengar hotelnya yang di Sydney dia pecat semua karyawannya hanya karena lupa mengantarkan minumannya." Lexa sudah mendengar hal itu dari atasan mereka tadi. Rupanya cerita itu sungguh terkenal. "Oh...jadi dia masih muda?" "Iya dan sangat tampan, sayang tidak akan ada yang bisa menjadi istrinya karena dia membenci wanita dan hanya menjadikan wanita sebagai tempat pelampiasannya saja." "Baiklah, aku harus kembali bekerja, Sienna," ucap Lexa saat dirinya sudah menyelesaikan makan siangnya. Lexa kembali disibukkan dengan tugas-tugas dan pekerjaannya. Dengan banyaknya tamu yang ada saat ini, dirinya juga harus selalu hampir setiap saat menyelesaikan setiap keluhan yang masuk hingga dia tidak sadar jika bahkan malam sudah tiba. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan tertera nama Sienna di sana. "Ya, Sienna?" "Lexa, kamu di mana saja?" "Aku di ruanganku." "Tunggu aku di sana, aku akan ke sana sekarang juga." "Oke." "Lexa, kamu ke mana saja. CEO kita tadi keruanganmu tapi dirinya akhirnya pergi ke kamar," cerca Sienna saat baru masuk ke ruangan. "Maaf, karena begitu sibuk hingga aku lupa waktu." "Semoga saja dia tidak memecat kita semua karena hal ini. Dia memintamu menemuinya di kamar. "Baiklah, aku akan segera ke sana." "Kamu sebaiknya mandi dan merapikan diri dulu baru ke sana Lexa karena aku takut nanti dia marah melihat dirimu berantakkan saat menemuinya." "Benar yang kamu katakan, Sienna." "Bergegaslah, Lexa, sebelum Colin Akiva Donovan memecat kita semua." "Apa, Sienna?!" teriak Lexa dan seketika memucat saat mendengar nama yang disebutkan oleh Sienna. "Colin Akiva Donovan?" tanya Lexa lagi untuk memastikannya. "Iya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Sienna saat melihat wajah Lexa yang tiba-tiba memucat. "Ya," ujar Lexa gugup karena ternyata CEO mereka adalah mantan tunangannya dan sepertinya dirinyalah tunangan yang sudah mengkhianati Colin dan membuatnya berubah menjadi kejam. Sesaat hati Lexa berdebar-debar karena akan kembali melihat Colin tapi dirinya sadar jika dia tidak boleh bertemu Colin. Mungkinkah aku bisa meminta agar Sienna yang menggantikan aku? "Sienna, maaf tiba-tiba aku merasa tidak enak badan, aku takut nanti menularkan penyakitku pada CEO kita dan kita bisa dipecat nantinya karena hal itu jadi bisakah kamu bertanya pada Mr. Donovan apakah kamu bisa menggantikan aku? Dia sudah bertemu denganmu tadi, siapa tahu dia mau di gantikan olehmu." "Apa yang harus kita lakukan kalau seperti ini?" tanya Sienna bingung. "Sebentar, aku akan bertanya apakah Mr. Donovan menginginkan orang lain yang mengurusnya." "Oke," ucap Lexa sambil menunggu. "Halo, Mr. Donovan. Manager kami, sedang sakit apakah Anda menginginkan orang lain untuk mengurus keperluan Anda?" "..." "Ya, dia tidak sekarat tapi dia takut menularkan penyakitnya pada Anda." "..." "Baik, sir," ucap Sienna dan menutup teleponnya. "Bagaimana, Sienna?" tanya Lexa cemas. "Maaf, Lexa. Kamu harus tetap ke sana dan dia tidak peduli kamu sakit selama kamu masih bisa bekerja dan tidak sekarat, katanya kamu bisa memakai masker jika takut menularkan sakit padanya." "Baiklah," ucap Lexa pasrah. "Aku akan membersihkan diri dulu dan kemudian mencari masker." "Hmmm, pergilah Lexa dan semoga kamu masih hidup saat keluar dari sana." Lexa memutar mata mendengar candaan yang keluar dari bibir Sienna. Segera Lexa menuju ruang karyawan untuk mandi dan merapikan dirinya kemudian dia mencari masker. Saat sudah selesai dirinya segera menuju ke suite di mana Colin berada. Dengan gugup Lexa hanya berdiri di depan kamar dan menunda apa yang tidak bisa dicegahnya lagi. "Aku tidak bisa menghindar lagi dan semoga dia tidak mengenaliku." Ia kemudian menekan bel dan masuk ke dalam saat dirinya sudah dipersilahkan masuk. "Maaf, Mr. Donovan. Saya tidak tahu jika Anda sudah datang dan karena terlalu sibuk saya tidak bisa menemui Anda tadi," ucap Lexa saat berdiri di hadapan Colin dengan masker di wajahnya. "Saya dengar kamu Manajer terbaik di hotel ini dan semua orang suka dengan pelayananmu?" "Itu sudah tugas saya, Sir. Apakah semua ini sesuai dengan keinginan Anda, Sir?" tanya Lexa pelan. "Ya, saya menyukainya." Lexa menatap laki-laki yang dulu dicintainya itu dan hampir menjadi suaminya. Tidak banyak perubahan yang terlihat selain tatapan dingin di kedua matanya dan diraut wajahnya. Laki-laki yang dulu dengan mudah tersenyum sekarang terlihat tak tersentuh. Sesaat rasa nyeri menyerang hati Lexa dan dia sadar jika dirinya masih mencintai Colin hingga saat ini. "Apakah ada hal lain yang Anda butuhkan, Sir?" tanya Lexa. Dia ingin segera pergi dari sini sebelum tangisnya pecah di hadapan laki-laki itu. "Ya, pergilah, kembalilah bekerja dan jika aku membutuhkanmu, kamu harus segera datang." "Baik, Sir," ucap Lexa pelan dan berbalik pergi dari hadapan Colin. "Tunggu!" Seketika tubuh Lexa menegang mendengar hal itu. "Siapa namamu?" "Lexa Monica, Sir," jawab Lexa lega karena sesaat dirinya mengira jika Colin mengenalinya. Dengan bergegas Lexa pergi dari sana dan bahkan berlari menjauh saat dirinya sudah berada di luar. Dengan cepat dia berlari ke dalam toilet yang ada di lantai itu dan seketika tangisnya meledak saat sampai di dalam bilik kamar mandi. "Aku begitu merindukannya," isak Lexa pedih. Tiga tahun pergi dari hidup Colin sama sekali tidak bisa menghilangkan rasa cinta Lexa pada laki-laki itu. "Bertahanlah Lexa kamu hanya harus bertahan selama seminggu dan menghindarinya sebisa mungkin." Setelah puas menangis dan menumpahkan kerinduannya, Lexa berusaha menenangkan dirinya kemudian bergegas keluar dan mulai bekerja kembali. *** Jangan lupa klik love ya jika suka dan kalian juga akan mendapatkan notifikasi saat saya update new part. Thx ^^   Tersedia versi cetak.  WA : 081398520888 Shopee : Angelvin
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN