BAB 41

1636 Kata

Zia menangis tanpa suara, ia peluk dirinya sendiri dengan sekuat tenaga. Karena tak kuasa menahan tangis, Zia berteriak, tak lama setelah itu hujan tiba-tiba turun, seolah menjadi instrumen kematian atas kebahagiaan Zia yang sudah lama tenggelam dalam dasaran laut tiada tepi. "Aku lelah, aku udah enggak sanggup, aku mau mengakhirinya, tapi bagaimana?" teriak Zia. Tiba-tiba suara kelakson mobil dan lampunya membuat Zia tersentak. Kaca mobil itu terbuka. "Lu kenapa?" tanya seseorang dari dalam mobil. Zia memicingkan matanya. "Masuk ke mobil gua cepat, hujannya deras, nanti lu demam," ucapnya lagi. Laki-laki itu adalah Amar, dia baru saja pulang dari kantor, Amar sama dengan Kafka, mereka adalah calon penerus perusahaan ayahnya, karena itu walaupun masih kuliah mereka tetap diharuskan meng

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN