Duri Pernikahan

358 Kata
Hujan deras mengguyur kota, petir menghiasi malam dengan suara guntur yang menggelegar. Malam itu, terjadi sebuah kecelakaan yang membuat jalanan kota macet. Kecelakaan itu melibatkan seorang pengusaha terkenal yang membuat berita di tv nasional menyiarkan secara langsung. Suara guntur memecah keheningan, membuat keadaan ruang ICU semakin mencekam. Saat ini, ditengah-tengah ruangan terjadi sesuatu hal yang sangat ganjil. Disana terdapat seorang pria paruh baya yang terbaring sembari menjabat tangan seorang pria muda di depannya. “Saya terima nikah dan kawinnya Nadhifah Alsiha Hasina binti Muhammad Farhan dengan maskawinnya tersebut. Tunai.” “Bagaimana saksi?” Sejenak ruangan itu hening, lalu suara lirih berkata ‘sah’ dan semua orang di ruangan itu mengikutinya dengan suara yang lebih lantang. “Alhamdulillah…” Semua orang kusyuk membaca doa, begitu pula pria yang baru saja dinikahkan itu. Setetes air mata mengalir di kedua matanya, hatinya ikhlas menerima tetapi dia hanya manusia biasa yang tetap memiliki perasaan. Pernikahan ini terjadi tiba-tiba dan sangat tidak terduga. Sudah terlambat untuk menolak, dia secara agama telah sah menjadi suami Nadhifa. Seorang perempuan yang sedang terbaring tidak sadarkan diri dengan masker oksigen untuk menunjang kehidupannya. “Azzam, terimakasih Nak. Jagalah Nadhifa dengan baik dan berlaku adillah kepadanya. Ayah percayakan dia kepadamu.” Ucap Farhan lirih. Azzam menggeleng, “Jangan bicara begitu, Ayah juga harus bertahan. Nadhifa pasti sangat sedih.” Farhan menggeleng, “Sudah waktunya Ayah untuk pergi, Nak. Terimakasih.” Lima menit kemudian, Azzam membeku ketika mendengar suara defiblator yang berbunyi konstan dengan garis lurus. Ayah mertuanya itu sudah meninggalkan mereka untuk selamanya. Tangis langsung pecah setelah kepergiannya. Semua orang langsung merasa kehilangan begitu juga Azzam, dia sudah menganggap beliau sebagai ayahnya sendiri sebelum pernikahan ini terjadi. … Azzam berdiri melihat Nadhifa, perempuan itu tampak pucat. Dia baru saja keluar dari ruang operasi. Di belakang Azzam terlihat sosok perempuan langsung mendekat dan memeluk Azzam, “Mas, lagi mikirin apa?” “Nggak apa-apa, Rei.” Ucap Azzam sembari memeluk perempuan itu. “…Mas sayang kamu.” Perempuan bernama Reina itu memejamkan matanya ketika Azzam mencium puncak kepalanya. Hatinya masih perih karena semalam merelakan suaminya menikah dengan perempuan yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN