BERTEMAN

1368 Kata
Aku terdiam cukup lama sambil memikirkan apa yang seharusnya kulakukan berikutnya. Malam Minggu ini terasa kelabu namun perasaanku masih dapat aku jaga. “Oke Mas, baiklah, santai saja ya, ga apa-apa kalau ada pengamen seperti itu,” Katanya pelayan kafe kepadaku dengan sikap yang tak ingin mengecewakan pelanggannya. “Oke, baik Mas terima kasih,” Kataku padanya dengan senyum ramah. “Disini memang sering ada pengamen Mas, ya begitulah,” Kata pelayannya menjelaskan. "Oke Mas, ga apa-apa kok, temen saya juga ada yang pengamen dan mengamen," Kataku menjelaskan juga kepadanya. "Oh begitu ya, baiklah, saya tinggal dulu ya sebentar, silakan," Kata pelayannya. Aku berkata baik dan karena aku juga suka kafe ini dengan segala kondisi dan situasinya, tentunya dapat menghiburku di saatku sedang sepi. Aku tak tahu sampai jam berapa kafe ini tutup, karena pada biasanya aku hanya sampai pada jam sembilan malam waktu Negara Republik Damba. Jam segitu pun rasanya sudah cukup lama jika menongkrong di sebuah kafe, terutamanya pada liburan akhir pekan. Ada sesuatu yang aku senangi pada Malam Minggu ini, yakni aku bertemu dengan kenalan yang baru. “Ramai terus ya Mas kalau malam Minggu, apa menu-menunya ada yang baru juga Mas,?" Tanyaku pada pelayan kafe ketika ia berjalan sambil mengantarkan pesanannya para pelanggan. “Ya begitulah Mas, ada kok yang baru-baru, coba lihat di menunya tadi, kalau ga ada, nanti saya ambilkan menu barunya ya, sebentar,” Penjelasan dan seruannya pelayan kafe. Aku lihat lagi menu-menu tadinya, tapi nampaknya tidak ada yang baru, lalu pelayan itu membawa lagi menu baru yang dikatakan tadinya. Aku melihat banyak para mahasiswa yang membawa laptopnya kemari sambil bermain internet. “Permisi ya Mas, Ini menu-menunya lagi, kalau ada yang mau di pesan, silakan ya,!" Seruannya pelayan kafe. “Oke makasih Mas, tapi hari sudah malam juga nih, saya lihat-lihat dulu ya,” Kataku padanya. “Ya sama-sama, oke silakan,” Katanya pelayan Kafe dengan begitu ramah. Pelayannya begitu cekatan dalam melayani para pelanggan yang datang silih berganti. Aku mencoba mencari pasangan pada malam Minggu ini, walau sebenarnya aku tidak di ganti oleh yang lain. "Masih terpikirkan oleh wanita yang kusukai, namun ia tiba-tiba menghilang, tapi rindu tiada pernah pergi." Beberapa waktu yang lalu aku pernah berkomunikasi dengan seorang wanita yang kusuka, tapi tiba-tiba ia menghindar dan menghilang, bahkan ada yang bilang kalau ia sudah pindah rumah. "Komunikasi jadul, hanya SMS dan telepon." Namaku Yiku Kumilu, Aku karib sepupu dari seorang Arsitek ternama yakni Jimi Kumilu. Aku fokusnya di bidang Drama seni, menulis dan juga merancang Komedi Romantis, begitulah perkuliahanku. Sedangkan Jimi, fokusnya lebih ke bidang teknologi terkini, ia juga begitu fleksibel dan familiar dikalangan para pekerja perusahaannya. "Sweet Smile Enterprise, Arsitek." “Hai Yik..., apa kabarnya,?” tanyanya temanku yang tiba-tiba menepuk punggungku dari sebelah kiri di tempatku duduk pada saat ini. “Oh...ya baik, wah sedang apa kamu disini Bey, kaget aku loh, tiba-tiba ada kamu,?” Kataku padanya. “Hmm..., kau disini juga rupanya Yik, kok ga ngabari saya,? Aku tadi nongkrong di meja ujung sana loh sama temanku,” Katanya Bey dan tersenyum padaku. “Iya nih, kau juga kenapa tak kabari saya Bey kalau kau ada di sini, SMS gitu, aku juga ga lihat kamunya,!” Tanyaku balik padanya. Aku terkejut karena ada orang yang menyentuh di sebelah punggungku tiba-tiba. Padahal aku sudah mau beranjak pulang kerumah. Namanya Bey Sasi Kinero, teman baikku satu angkatan namun berbeda Universitas. Bey berkuliah di Universitas ternama yang bernama "YUHUY RI UNİVERSİTY", dan ia adalah seorang kutu buku, bahkan kutu pun jarang menempel di bukunya, karena saking seringnya membaca. “Wah tumben kamu ada disini Bey, tidak baca buku kuliah kamunya,?” tanyaku sambil bercanda. “Iya nih Yik, ah bisa aja kau, nyantai-nyantai dululah, cari angin saja nih di malam Minggu ini, suntuk juga aku dirumah,” Katanya Bey kepadaku dengan santai. “Oh begitu, Kau sendiri saja nih Bey, mana yang lainnya,?” tanyaku lagi. “Tadi sama teman-teman kampusku di meja ujung sana, tapi mereka sudah pulang duluan, nih aku juga mau pulang,” Katanya Bey menjelaskan. “Wah, bareng-bareng lah kita, aku juga mau pulang nih Bey,” Kataku padanya. Kami berdua beranjak ke kasir dan membayar kopi Gulamai tadinya. Ramai sekali orang-orang mengantrinya, padahal hanya untuk membayar saja. “Haduh, bisa lama nih, ramai soalnya Bey kasirnya tuh, gimana dong,” Kataku padanya. “Iya nih Yik, lama nih kita kalau begini, gimana ya!,” Katanya Bey pun begitu dan tampak bingung. Pada saat ini sangat ramai kasirnya, bahkan orang-orang mengantri membayar seperti pembagian sembako saja terlihat. "Seperti beli beras kita nih Bey, padahal cuma mau bayar loh," Kata leluconku padanya dan berdiri mengantri di sebelahku. "Haha, bisa aja kau Yik, pegal-pegal juga aku berdiri-diri gini, capek loh," Katanya Bey sambil tertawa. Aku jarang bertemu dengan Bey dan yang lainnya. Aku tahu mereka cukup baik jika berteman, bahkan mau menolong jika kesulitan. Aku mengenal Bey sudah cukup lama sewaktu kami baru pertama kuliah. “Perkenalkan, saya Bey, kamu mau masuk jurusan apa tesnya,?” Tanyanya ia di suatu waktu yang lampau, sewaktu kami ikut tes masuk di sebuah universitas. "İkut tes ujian masuk universitas sama-sama." “Ya salam kenal juga. Saya Yiku dan panggil saja Yik, aku ikut tes jurusan Drama seni, gitar dan piano juga Bey, kalau kamu tesnya jurusan apa kuliahnya,?” tanyaku sewaktu pertama kali berjumpa. “Hmm..., kalau aku mau masuk jurusan Bahasa atau seni gitar Yik, hobiku juga gitaran, kemarin ada yang ngajarin gitar atau bass gitu,” Katanya padaku sewaktu berkenalan. "Oh gitu, okelah, semoga berhasil dan lulus tesnya ya," Kataku padanya dan kami mengobrol setelahnya. Bey sering main ke kampusku dan terkadang nongkrong bareng. Itulah sedikit cerita masa lalu di awal pertemuan. "Kenangan yang tak terlupakan." Setelah membayar kopi Ngramai Gulamai tadi, kami berjalan keluar dari kafe, lalu Tiga para pengamen tadinya masih ada dan sedang duduk di parkiran motor. Bey beranjak ke motornya dan berkata. “Aku pulang duluan ya Yik, sampai ketemu lagi besok-besok, SMS ya,” Katanya Bey. “Oke, nanti aku SMS kamu Bey,” Kataku padanya. Aku pun langsung menuju ke motorku di parkiran. Tiga para pengamen tadinya masih duduk santai disana, lalu aku tegur lagi mereka biar lebih akrab. “Halo Mas, wow, kalian masih disini juga rupanya ya, saya kirain tadi kemana gitu,?” Tanyaku pada para pengamennya. “Iya nih Mas, lah Mas e mau kemana emangnya,?” Tanyanya mereka. "Oh, saya mau kembali ke rumah Mas, sudah malam soalnya," Kataku pada mereka. Aku cukup menghargai dan segan kepada mereka. Kafe Ngramai ini tak begitu jauh dari Yike-Yiku-Yiki kafe, atau lebih dikenal dengan kafe tiga Y. Aku berkuliah sambil mencari kerja atau kegiatan apapun, tentunya untuk melatih kemampuanku. Tiba-tiba Pak sekuriti tadinya datang lagi sambil menendang-nendang kerikil ke arah para pengamennya. “Hey kalian, wataw…, tendangan kerikilnya Pak sekuriti untuk menakuti para pengamen, ayo keluar sana,!” Seruanya Pak sekuriti yang begitu sangar. "Sangar banget seperti pegulat." Pengamennya langsung keluar bersama denganku dan mempercepat langkahnya. Aku bertanya lagi kepada mereka, mungkin saja jika mereka bisa membantuku dalam kehidupan sehari-hariku. “Mas, kalau boleh tau, dimana kalian ini biasa nongkrongnya ya,?” tanyaku pada mereka. “Wah, kami biasanya ada di Mes Lipamusik Mas, ada tuh di jalan Waderma. Main-mainlah dan singgah kesana kapan-kapan Mas,!” Seruanya mereka kepadaku. “Oke-oke kalau begitu, besok-besok kalau ada waktu, saya singgah kesana ya,!” Kataku kepada mereka. “Oke Mas, baik, simpan aja nomornya kita-kita ini ya,” Katanya mereka. Aku cukup cemas karena minuman Cupo tadinya di tendang, walaupun begitu aku telah menemukan kawan baru yang tiada pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Malam ini cukup terasa indah walauku hanya seorang diri tanpa adanya wanita, setidaknya aku sudah terhibur. “Oke mas, siap lanjut, hati-hati di jalan ya, kabar-kabarin saja nanti,” Katanya para pengamennya padaku. “Ya Mas, terima kasih, mari,” Kataku pada mereka dan beranjak pulang ke rumah. Waktu telah cukup malam dan lalu aku pulang kerumah dengan sedikit letih. Aku tak tahu besok akan seperti apa, namun yang jelas malam Minggu ini telah memberikan kesan dan kenangan. “Oke mas, sampai jumpa lagi ya,” Katanya mereka kepadaku dan tersenyum ramah. Senyuman itu adalah penghargaan terhadap sesuatu yang kita lihat, namun kebahagiaan dan ketenangan lebih mantap dan menyenangkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN