Satu

1670 Kata
Baru saja Olivia keluar dari sebuah salon. Dia hanya melakukan perawatan di akhir pekan untuk menyenangkan hati kekasihnya, Ketika Gerald, supir yang juga merangkap sebagai bodyguard yang sudah bekerja dengannya di pagi pertama ketika dia kembali kerumah Richard, membukakan pintu mobil untuknya, Olivia mendengar seseorang memanggilnya. Langkahnya terhenti, kemudian dia berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya. Seorang lelaki yang tampak tidak asing di matanya. Lelaki yang memakai celana denim hitam dan kemeja putih itu menghampirinya. "Kau Olivia, kan?" Tanya lelaki itu. "Ya. Kau ini..." "Liam. Mantan kekasih Helena. Kita pernah bertemu di Kelab. Kau ingat?" Ah... ya, Olivia ingat siapa Liam. Dia yang hampir berkelahi dengan Richard saat itu karena telah mengganggu Helena. "Miss Sinclair," Gerald menghampiri Olivia, berdiri di depannya seolah menghadang lelaki bernama Liam yang baru saja Olivia ingat. Gerald memerlakukan Liam seolah lelaki itu akan mencelakai Olivia. Ya, bosnya yang menyuruhnya melakukan semua itu. "Mr. William tidak mengizinkan anda bicara dengan orang asing." Olivia memutar bola matanya malas. "Olivia," Liam memanggil Olivia dengan suara yang berbeda dari sebelumnya. Dan dia juga menatap Olivia dengan tatapan yang sedikit aneh di mata Olivia. "Ada yang ingin kukatakan. Aku yakin sangat penting untukmu. Please." Liam menatapnya sungguh-sungguh. Membuat Olivia merasa tidak tega. "Tolong tinggalkan kami, Gelard." "Tapi, Miss Sinclair–” "Kami hanya bicara, di sini., dan kau bisa memantauku dari tempat kau berdiri tadi, oke?" Olivia menipiskan bibirnya hingga Gerald mengangguk ragu. Dia bisa gila kalau Richard semakin protektif dan posesif seperti ini. Keamanan selalu menjadi hal terpenting untuk tuan sempurna itu. "Jadi, apa yang ingin kau katakan?" "Ini tentang Helena." "Helena?" Liam mengangguk tegas. Bola matanya yang tajam menatap Olivia lurus. "Dia membohongiku. Tidak, bukan cuma aku, tapi juga kalian." "Apa maksudmu?" Tanya Olivia memandangnya bingung. Liam menarik napas berat sejenak. Seolah apa yang akan dia katakan akan menguras energinya. "Dia bilang pada kalian kalau aku berselingkuh. Iya kan?" Olivia mengangguk. "Ya. Kau berselingkuh di belakangnya. Padahal kalian akan menikah." "Tidak. Itu bohong. Aku sama sekali tidak pernah selingkuh." Olivia bergerak tidak nyaman. "Liam, maaf. Aku tidak bisa membahas masalahmu dan Helena. Aku..." "Dia sengaja menjebakku agar bisa kembali pada Richard." Ucapan Liam sukses membuat Olivia menghentikan kalimatnya. Liam terlihat sungguh-sungguh. Tidak ada keraguan di matanya. "Waktu itu aku sedang berada di kelab bersama temanku. Aku hanya minum segelas bir tapi entah kenapa aku bisa mabuk. Dan saat aku membuka mata, aku sudah berada di rumah. Bersama seorang jalang di pelukanku. Lalu tepat saat itu Helena datang dan melihat semuanya." "Itu artinya kau sudah tidur dengan jalang itu, Liam. Tolong jangan menyangkut pautkan Richard." "Kau tidak dengar apa yang kukatakan? Bagaimana bisa segelas bir membuat aku mabuk? Aku bisa minum tiga botol bir dan tetap baik-baik saja asal kau tau." Olivia menghela berat. "Hanya karena itu kau menuduh Helena yang tidak-tidak?" Liam menggelengkan kepala. "Sejak dia memutuskan hubungan kami begitu saja dan menolak bertemu denganku. Aku merasa ada yang janggal. Jadi aku berusaha mencari tahu. Dan orang pertama yang kucari adalah jalang itu. "Kau tau apa yang dikatakan jalang itu padaku?" Liam menatap Olivia dengan wajah mengeras. "Helena membayarnya untuk melakukan itu semua." "Tidak mungkin..." gumam Olivia ragu. "Untuk apa dia melalukannya?" "Aku juga awalnya tidak percaya. Untuk apa? Tapi setelah aku diam-diam mengamatinya, aku mulai mengerti." Liam menatap Olivia lebih lekat dari sebelumnya. Tatapannya seolah sedang ingin memeringati Olivia. "Dia ingin kembali bersama Richard. Aku yakin kau tahu masa lalu mereka. Selama ini aku mengawasi mereka, aku juga tahu mengenai hubunganmu dengan Richard. Dan kau tahu apa yang kutemukan saat kau berpisah dengan Richard waktu itu?" Tidak... Olivia ingin mengatakan itu karena takut mendengar sesuatu yang membuatnya gelisah. Tapi dia hanya bisa diam dan mendengarkan. "Mereka sering bersama bahkan terlihat intim. Mereka selalu bertemu di akhir pekan. Bepergian bersama. Dan aku sering melihat Richard keluar dari rumah Helena larut malam. Bahkan, aku sering melihat mereka berciuman. Aku tidak ingin ikut campur hubungan kalian, Olivia. Tapi aku ingin kau hati-hati. Sepertinya... Helena sedang merencanakan sesuatu sejak tahu kau bersama Richard."   ***   Olivia duduk dibalik meja makan dengan wajah melamun. Satu tangannya memegang garpu dan memutar-mutarnya, sementara steak di depannya hanya dia diamkan sejak tadi. Sejak dia pulang ke rumah, Olivia tidak bisa berhenti memikirkan percakapannya dan Liam sore tadi. Apa yang Liam katakan berhasil membuatnya cemas. Helena ingin mendapatkan Richard lagi? Itu tidak mungkin. Tapi... apa benar selama Olivia menjauhi Richard, mereka berdua kembali berhubungan? "Hai sayang," Olivia mengerjap saat mendengar Richard menyapanya. Richard menghampirinya, mengecup dahinya sebentar lalu duduk di sampingnya masih mengenakan pakaian kerjanya. "Ada yang salah dengan steaknya?" Tanya Richard pada Olivia saat dia menemukan steak di atas piring kekasihnya masih utuh. Olivia hanya diam sejenak. Mengamati Richard, kemudian dia menyandarkan punggungnya bersedekap. "Saat kita berpisah, apa kau dan Helena kembali bersama?" Di bawah tatapan Olivia, Richard tampak tidak setenang biasanya. Dia menghela napas, menatap Olivia dengan gurat menyesal. Dan itu cukup membuat Olivia mengerti. Olivia bergerak berdiri dari tempatnya dan menatap Richard tidak percaya. "Kau benar-benar mencintaiku, Rich? Aku rasa tidak!" Richard mengerang kesal. "Itu hanya masa lalu, Olivia." "Masa lalu yang tidak pernah selesai maksudmu, huh?" Richard berdiri, menghampiri Olivia yang menatapnya berang. "Menjauh dariku! Aku sedang marah padamu." "Aku tidak mau kau emosi. Pikirkan bayimu!" "Aku bisa mengurus bayiku sendiri," Olivia menatap Richard berang dengan wajah memerah. "Kau tidur dengannya?" "Apa? Tidak!" "Jangan bohong padaku! Aku tahu kau kembali dengannya, berkencan dengannya bahkan kau sering berciuman dengannya. Sulit bagiku percaya kau tidak tidur dengannya." Richard mengetatkan rahangnya. Dia benci situasi ini. Disaat Olivia marah pada kesalahannya sedangkan dia sulit membela diri. Olivia selalu tidak terkendali ketika dia sedang marah. Apa lagi disaat masa kehamilannya. "Dengar, aku memang berkencan dengannya selama beberapa waktu. Ya, aku dan dia berciuman. Tapi demi Tuhan aku tidak tidur dengannya!" Olivia tertawa penuh sarkame. "Kau berharap aku percaya, Rich?" "Kau memang harus percaya padaku. Aku tidak berbohong. Aku salah karena melakukan semua itu dan menutupinya darimu. Aku minta maaf. Tapi aku sungguh tidak pernah lagi tidur dengannya bahkan wanita manapun sejak aku tidur denganmu. Apa itu cukup?" Olivia masih menatap Richard dengan napas tersengal menahan emosi. Tapi dia tahu apa yang baru saja Richard katakan adalah benar. Lelaki itu sulit berbohong dihadapannya. "Untuk apa semua ini, Olivia? Kenapa tiba-tiba kau membahas soal ini?" Tanya Richard. Kini tatapan lelaki itu menyelidik padanya. Membuat Olivia seketika gugup. Tidak. Richard tidak boleh tahu mengenai apa yang Liam bicarakan padanya tadi. "Tidak ada. Aku hanya kesal membayangkan kau tidur bersama Helena." Olivia menjawab dengan suara pelannya. Tapi Richard masih tidak melepas tatapannya dari Olivia. Membuat wanita itu berdiri gugup. "Benarkah?" "Ya." Hanya saja, Olivia menggigit bibirnya setelah mengatakan ya dan itu cukup membuat Richard menyadari kebohongan wanitanya. "Siapa yang kau temui hari ini?" Nah, benar, kan? Sial! "Tidak ada, Rich..." desah Olivia masih berpura-pura santai. "Oke kalau begitu," Richard langsung berkutat dengan ponselnya. "Gerald!" Dan hanya mendengar Richard menyebut nama itu saja, Olivia tahu dia sudah ketahuan. Olivia mencebik, tangannya memijat dahinya gusar. Apa lagi saat ini Richard bicara pada Gerald dengan kedua mata tajamnya yang seksi terus menerus tertuju pada Olivia. "Oke. Terus selediki dia." Selidiki? Olivia tergagap ditempatnya. "Kau ingin menyelidiki Liam?" "Ya." "Kenapa?" "Karena dia berusaha membuat kau salah paham denganku. Dia yang memberitahumu aku tidur dengan Helena, kan? Gelard bilang siang tadi Liam menemui. Gelard sedang menyelidiki Liam saat ini." Bagus. Bagus sekali! Kapan tuan sempurna ini bisa mengendurkan sedikit saja perhatiannya pada Olivia?  "Kau tidak perlu melakukan hal sejauh itu, Rich! Lagi pula Liam tidak mengatakan padaku kalau kalian tidur bersama. Dia hanya mengatakan sesuatu yang..." oh tutup mulutmu, Olivia! Olivia ingin sekali memukul wajahnya sendiri karena sudah keceplosan. "Mengatakan apa?" desak Richard. "Liam bilang... Helena menjebaknya. Liam tidak pernah selingkuh, Helena sengaja mejebaknya agar hubungan mereka berakhir." jawab Olivia pelan. Richard terbelalak tidak suka. "Omong kosong apa yang dia katakan? Bagaimana mungkin Helena melakukan hal sekonyol itu pada calon suaminya? Dan kalau pun benar, untuk apa dia melakukannya?" Richard mendengus kasar. "Untuk mendapatkanmu kembali." jawab Olivia dengan ekspresi seriusnya. "Apa?" "Liam bilang selama ini dia berusaha mencari tahu. Jalang yang dia temukan di tempat tidurnya saat Helena menemukan perselingkuhan itu mengaku di bayar oleh Helena untuk menjebak Liam. Dan Liam juga selalu mengamati Helena. Menurutnya, semua itu dia lakukan untuk kembali mendapatkanmu." "Omong kosong!" bentak Richard marah. "Aku akan menghajar mulut sialan b******n itu." "Tapi dia tidak sepenuhnya bicara omong kosong, Rich. Buktinya kalian memang kembali bersama saat itu, kan?" kali ini Olivia menatap Richard dengan penuh berani. Tidak peduli dengan rahang lelakinya yang tampak mengeras saat mendengar ucapannya. "Olivia, dengar! Ya, aku memang b******n karena saat kita berpisah, aku sempat kembali dekat dengannya. Tapi saat itu aku hanya sedang frustasi karena berpisah darimu. Aku tidak sungguh-sungguh. Aku bahkan segera menyelesaikan kesalahan kami saat aku benar-benar tidak bisa menganggap Helena seperti yang dulu lagi." Richard kali ini mendekat, meraih jemari Olivia dan meremasnya lembut. "Begitu pula dengan Helena. Kami hanya terlalu terbawa perasaan saat itu. Tapi semua itu sudah selesai. Aku bahkan sudah memberitahu Helena dan yang lainnya mengenai kita. Dan kau tahu, sayang, mereka semua sangat senang mendengarnya. Jadi jangan terprovokasi oleh b******n itu. Dia hanya ingin membuatku marah." Di mata Olivia, Richard bukanlah lelaki yang pintar melarikan diri dari kesalahannya. Jika dia bersalah, Richard selalu meminta maaf. Dan jika dia tidak bersalah, Richard akan mati-matian membantah dan meluruskan semua masalah itu. Dan saat ini Olivia percaya padanya. Mungkin Liam  berbohong. Ya... mungkin. "Jadi kau benar-benar tidak tidur dengannya?" "Tidak!" "Kalau dengan jalang yang lain?" "Apa?" "Kau tidak pernah memakai jalang diluar sana saat aku pergi, kan?" Kali ini Olivia melihat Richard mengulum bibirnya salah tingkah. "Rich?" "Aku pernah membawa seorang jalang ke hotel. Tapi saat melihatnya telanjang di bawahku, aku tidak bisa bereaksi. Dan dia kuusir keluar dari kamar detik itu juga." Sialan! "Maafkan aku sayang." Olivia tersenyum sinis, kemudian melangkah cepat menuju kamarnya. Dia masuk kedalam kamar, berdiri angkuh di depan pintu kamar yang terbuka dan menatap Richard yang sejak tadi mengekorinya. "Aku dan bayiku sedang tidak ingin tidur bersamamu malam ini." Dan BLAM. Pintu kamar mereka tertutup dan terkunci rapat.   ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN