Hug

2148 Kata
"Mer." "Cup." Merry sama Ucup saling tatapan saat gak sengaja ngomong bareng. "Lo dulu aja." "Gak gak gak lo duluan aja." "Dih gue bilang lo dulu aja." "Lo aja Cup." "Lo aja ih." "Gue bilang lo aja." "Lo." "Lo!" Iya gitu aja terus sampe si Iwung apal perkalian. "Ck yaudah gue aja, batu amat lo." Kata Ucup kesel sendiri sama Merry. "Mau tanya apa?" Tanya Merry saat sudah duduk manis di bis. Sedangkan Ucup duduk di sebelahnya. Ini juga sudah otw mangkanya si Ucup berani nanya sesuatu sama Merry. "Lo beneran gak ada niatan pacaran sama Franklin?" Yakk bisa dibayangkan gimana kagetnya Merry. Dia gak nyangka kalau Ucup bisa tanya kayak begitu ke dia. "Kok lo tiba-tiba tanya gitu sih Cup. Ya gak lah kan gue temennya." "Oke oke sekarang gini deh gue mau beritahu sesuatu." Kata Ucup serius terus ngerubah posisinya jadi ngehadep Merry. "Lo sama Franklin status nya apa?" "Temen." "Kalau lo sama gue?" "Ya temen juga." "Kalau gitu gue boleh dong nyium lo kayak yang dilakuin Franklin. Ngakuin lo sebagai pacar didepan umum. Terus megang-megang pinggang lo, terus pipi lo, terus-" "Lo mau mati gue gampar hah." Sela Merry saat denger omongan Ucup yang gak waras. "Nah! Terus kenapa lo gak gampar Franklin. Kan status gue sama Franklin di lo sama-sama temen." Merry diem, iya dia terlihat berpikir denger perkataan Ucup barusan. Dia sendiri juga ngerasa aneh gitu ngelakuin hal kayak gitu sama Franklin. Tapi dia udah terbiasa, jadi dia ngerasa itu wajar-wajar aja. "Sekarang gue mau nanya, lo mau lihat Franklin punya pacar gak?" Merry langsung ngangguk cepet. Emang dari dulu Merry itu pengen lihat Franklin pacaran. Gak ngejomblo sampai sekarang. Tapi ya gitu Franklin selalu gak mau karena alasannya udah punya Merry. Merry sendiri juga bingung maksud Franklin apa. Mungkin maksud Franklin udah punya Merry dalam artian sebagai sahabat, pikirnya. "Lo ikhlas gak kalau Franklin punya pacar? Kan lo nganggep dia cuman temen." "Iya lah Cup, gue itu pengen lihat Franklin pacaran. Tapi ya gitu si Franklin gak pernah mau." "Lo yakin nih mau lihat Franklin pacaran?" "Iye Cup iye." Merry udah gedek sama Ucup yang dari tadi nanyain itu. Emang salah ya kalau kita seneng temen kita pacaran. Lagian Merry seumur-umur gak pernah lihat Franklin pacaran. Dia aja sempet mikir kalau Franklin itu gay. "Tapi letak masalahnya di Franklin." Kata Ucup bikin dahi Merry mengkerut. "Maksud lo?" "Selama ini Franklin yang selalu nolak cewek kan?" Tanya Ucup memastikan bikin Merry ngangguk. "Gue tahu cara buat Franklin gak jadiin lo sebagai alasan." Ucup udah kekeuh sama rencananya ini. Dia mau nguji seberapa sayang Franklin sama Merry. Dia juga mau lihat apa sayang Franklin ke Merry bener-bener sayang sebagai sahabat. Atau bahkan lebih. "Apa Cup?" "Jadi lo pura-pura suka dan deket sama Kak Glen." Tunjuk Ucup ke kakak kelas osis yang emang jadi pendamping kelasnya. Disana dia lagi omong-omongan sama Jeffrey, kakak osis juga. Ternyata acara camping ini didampingi oleh kakak tingkat, tapi hanya osis saja. "Gila ya lo." Merry udah noyor kepala Ucup. Dia aja kaget sama perkataan Ucup barusan. Soalnya dulu Glen ini sempet deketin Merry. Dan yang tahu cuman Ucup aja. Merry gak mau bilang ke Franklin. Dia tahu Franklin bakal bereaksi gimana saat tahu dia dideketin sama cowok. "Oke lo turutin gue dulu aja. Mana ponsel lo." Ucup minta ponsel Merry bikin Merry lihat dia bingung. Tapi dengan polosnya dia ngasih ponselnya ke Ucup. Setelah itu Ucup serius banget ngetikin sesuatu di ponselnya bikin Merry mendekat kearahnya dan lihat apa yang diketikin Ucup. "Gila ya lo Cup!" Merry udah ngambil ponselnya tapi percuma pesan itu udah ke kirim. Dia pengen banget misuh-misuh ke Ucup sekarang juga. Masalahnya Ucup ngirimin pesan ke Franklin kalau Merry lagi suka sama Kak Glen. Dan Merry pingin deket sama dia. "Kita lihat kalau dalam 1 menit dia gak nelfon, berarti lo aman. Tapi kalau kurang dari 1 menit dia udah nelfon, berarti-" Drttt drttt "Berarti?" Tanya Merry mengulangi perkataan Ucup yang kepotong. Tapi pandangan Ucup malah gak lepas dari layar ponsel Merry yang menyala  pertanda ada panggilan. Dengan cepat Ucup mengambil ponsel Merry dan melihatnya. "Heh sudah gue duga." Kata Ucup dengan senyuman anehnya. --- Saat sudah datang di area camping Merry bener-bener kayak orang yang mau maling. Gimana enggak kalau Merry jalannya ngendap-ngendap. Dia takut banget ketemu sama Franklin karena kejadian tadi. Franklin sendiri udah nelfonin Merry berkali-kali tapi sama Merry dibiarin. Sedangkan Ucup si penimbul masalah malah ngakak bahagia lihat Merry udah gugup sendiri. Sebenernya tadi koper milik Merry udah dibawa Ucup karena Merry ijin mau pipis. Padahal mah dia cuman bohong karena dia alasan biar gak ikut kumpul di lapangan sebelum acara. Merry lebih memilih buat sembunyi dan duduk di pohon besar sembari nunggu acara pembukaannya selesai. "Oit!" Merry terjengat kaget saat mendengar suara dari arah sampingnya. Dan tanpa disangka orang itu adalah Glen. Merry sendiri udah menganga tidak percaya. Dia sibuk sama pikirannya sendiri tentang kakak tingkatnya ini. "Mau gue aduin ke wali kelas lo nih? Kalau lo sekarang gak ikut kumpul malah santai-santai disini." Kata Glen tapi ikut duduk di sebelah Merry. "Ehh kak itu anu, gue..." "Iya iya gak papa. Gue juga bosen dengerin pak kumis ngomong mulu gak berenti-berenti." Glen menyenderkan kepalanya ke pohon dan itu diikuti oleh Merry. Melihat reaksi Glen dia jadi lega sendiri. "Lo gak bawa apa-apa nih?" Tanya Glen saat menyadari Merry tidak membawa tasnya sama sekali. Padahal disini mereka diwajibkan buat membawa barangnya sendiri-sendiri. "Tadi koper gue, gue titipin ke Ucup. Kalau tas ransel gue masih di bis." "Oh, kalau gitu sehabis pembukaanya selesai langsung lo ambil ya. Kalau gak salah bisnya mau balik lagi ke Surabaya." Kata Glen yang langsung diangguki Merry. Memang saat ini mereka sedang camping di Malang. "Mer." Panggil Glen membuat Merry menolehkan kepalanya. Sebenarnya dari tadi Merry menahan gugup. Siapa sih yang gak gugup diajak bicara dengan kakak tingkat yang jadi most wanted di sekolah. Tapi Merry gak mempersalahkan itu. Masalahnya dia sedikit takut dengan penggemar Glen. Dia sendiri aja pernah dilabrak habis-habisan karena dulu pernah menolak Youngmin, anak alim yang suka banget sama Merry. Jadi dia sedikit trauma. "Iya kak?" "Tadi kata Ucup lo mau ngomong sesuatu sama gue." Kata Glen membuat Merry melotot kearahnya. Sedangkan Glen sudah senyum-senyum sendiri. Merry udah tahu arah pembicaraan ini kemana. Pasti Ucup nyebar gosip yang enggak-enggak ke Glen. Apalagi dia inget sama rencana gilanya Ucup. "Kak sumpah kalau Ucup yang ngomong jangan dipercaya. Pokoknya Ucup itu gila, jadi gak usah percaya ya kak karena itu semua bohong." "Emang dia tadi ngomong apa?" Glen naik turunin alisnya bikin Merry makin gugup. "Haha santai aja dek. Gue tau kok Ucup itu suka nyebar gosip yang gak bener." Sahut Glen yang udah gemes sama wajah gugup Merry. Merry menghela nafasnya mendengar perkataan Glen barusan. Untung saja Glen ini tergolong orang yang waras dan bijak. Jadi dia bakal selalu jaga sikap dan bertingkah layaknya pemimpin. Oh ya btw Glen ini ketua osis. Mangkanya dari tadi Merry bingung sendiri lihat Glen gak ikut kumpul malah nimbrung disini. "Kak kok gak ikut kumpul sih. Lo kan ketua osis?" Tanya Merry mengalihkan pembicaraan. "Sekali-kali lah dek ketua osis nyantai. Buat apa ada wakil kalau gak dijadiin babu." Kata Glen membuat Merry mengulum senyumnya. Ternyata Glen juga usil sama temennya sendiri. Iya, Jeffrey adalah temen Glen yang juga menjabat sebagai wakil ketua osis. "Oh jadi lo disini." Merry dan Glen sama-sama menolehkan kepalanya kearah lelaki yang baru saja datang. Karena terlalu asik mengobrol mereka tidak menyadari jika acara pembukaannya sudah selesai. Dan benar saja Franklin sudah menemukan Merry dengan Glen duduk berduaan disini, oh bagus sekali. "Eh Lin lo kok-" Merry berdiri dengan cepat diikuti Glen. Sedangkan Franklin udah nenteng dua tas ransel dan satu koper membuat Merry meringis pelan. Pasti Franklin tadi yang ngambilin tas Merry. "Sini." Franklin nyuruh Merry buat mendekat kearahnya dan langsung dituruti oleh Merry. Dengan cepat Franklin menaruh seluruh tas bawannya kebawah. Dia menarik tangan Merry dan mendekap tubuh Merry. Sedangkan Merry hanya terbelalak mendapatkan perlakuan seperti ini dari Franklin. "Gue khawatir." Kata Franklin membuat Merry mencoba melepaskan pelukannya. Pasalnya disini masih ada Glen jadi dia pantas buat malu kan. "Lin ih inget tempat dong." Merry memukul d**a Franklin dan pelukannya berhasil lepas. Dia langsung memandang kearah Glen dan tersenyum canggung. Melihat itu Franklin langsung melingkarkan tangannya di pinggang Merry membuat Merry melirik tajam ke arah Franklin. "Ekhmm Mer kalau gitu gue kesana sebentar ya. Gue ada kumpul nih, tetep jaga diri ya Mer soalnya kita lagi diluar." Kata Glen mengingatkan membuat Merry mengangguk ramah. Sedangkan Franklin hanya bisa memutar bola matanya malas. Detik selanjutnya Glen sudah meninggalkan mereka berdua. "Franklin ih! Gak punya malu banget sih." Merry menginjak kaki Franklin membuat pegangan Franklin lepas dan dia meringis pelan. "Ya habisnya lo buat gue khawatir. Tau gak sih gue udah cari lo kemana-mana." Franklin berubah drastis menjadi gak dingin saat berhadapan dengan Merry. Sedangkan Merry hanya bisa diam karena disini dia yang salah. Merry juga merasa bersalah saat Franklin dengan susah payah membawakan tasnya yang berat dan berjalan kesana kemari mencari Merry. "Maaf." "Huh iya iya jangan cemberut gitu dong." Kata Franklin sembari mengelus rambut Merry. Dia menangkup kedua pipi Merry membuat dia menghadap tepat kearah wajah Franklin. "Jadi maksud dari chat lo apa Kim Merry." Kata Franklin tiba-tiba dengan senyumannya. Dan itu membuat Merry bergidik ngeri. Dia jadi ingat kalau disini Franklin butuh penjelasan darinya. Demi apapun setelah ini Merry akan menggantung Ucup di pohon toge. Gimana dia bisa jelasin ke Franklin kalau dia sendiri bingung mau jawab apa. --- Franklin dan Merry berjalan beriringan menyusuri area danau. Tempat di Malang hawanya sejuk membuat siapa saja betah untuk menghabiskan waktu buat jalan-jalan. Sehabis bersih-bersih dan menyiapkan perlengkapan camping segala macam, siswa-siswi dibebaskan untuk berkeliling atau bermain di area camping. Merry sendiri sudah menceritakan apa yang sudah terjadi ke Franklin. Denger itu sih Franklin cuman bisa nyubitin pipi Merry. Dia gemes banget sama Merry antara b**o atau kelewatan polos. Ya habisnya dia yang bikin rencana tapi dia juga yang sudah bilang ke Franklin sebelum mulai rencana itu. Merry memang tipe orang yang gak bisa bohong. Apalagi kalau sama Franklin. Dia bakalan kentara banget kalau lagi bohong. Jadi ya percuma aja dia nyembunyiin kebohongan apapun, pasti bakal diketahui juga sama Franklin. "Lain kali jangan kayak gitu lagi sama gue." Kata Franklin sambil ngayunin tangannya ke depan terus ke belakang. Dan tangan Merry yang sedang memegang jari-jari Franklin ikut bebas berayun. Tapi langkah mereka tiba-tiba terhenti saat melihat Papa Franklin dihadapan mereka. Tidak kaget jika Papa Franklin menghadiri acara ini. Karena Papa Franklin sebagai donatur terbanyak di sekolah mereka. Memang setiap acara seperti ini sekolah mengundang orang tua murid yang mendonaturkan uang ataupun peralatan dan perlengkapan sekolah lainnya. Sedangkan Papa Franklin sebagai pemilik perusahaan sukses tidak pernah melewatkan acara seperti ini hanya sekedar untuk bertegur sapa dengan Franklin. Dia tahu kalau kesibukannya membuat dia jarang bertemu dengan anaknya. Tapi Franklin sendiri punya cara untuk menghindari Papa nya. Memang hubungan keduanya sangat tidak baik. Merry sendiri sudah tau, karena semenjak kejadian itu membuat Franklin dan Papanya berubah. Tangan Merry sudah digenggam oleh Franklin membuat dia menatap kearahnya dengan perasaan was-was. "Ck ck apa kamu tidak tahu cara berperilaku sopan pada orang tua kamu." Kata Papa Franklin saat melihat anaknya menatap dia tajam. Franklin sendiri masih terdiam dan semakin mengeratkan genggamannya di tangan Merry. Melihat itu Merry memukul bahu Franklin pelan tapi lelaki itu masih kekeuh dengan badan tegaknya. Jadi terpaksa Merry membungkukkan badannya sendiri dengan hormat ke arah Papa Franklin. "Hah kamu lihat sendiri kan, dia tidak akan melakukan hal seperti itu pada Papa nya sendiri." Kata Papa Franklin ke Merry dengan pandangan tegasnya. Merry sendiri udah meneguk ludahnya merasakan aura ketegangan saat ini. "Ck." Franklin berdecih pelan. Kalau saja dari tadi Merry tidak mengusap tangannya lembut dan kalau saja dari tadi Merry tidak terus-terusan membisikkan kata sabar untuknya. Mungkin saja Franklin sudah melampiaskan emosinya sekarang. "Apa hanya itu yang bisa kamu lakukan ketika melihat Papa mu hah! Lakukan sesuatu Franklin!" Teriak Papa Franklin membuat Merry tersentak kaget, tapi tidak dengan Franklin yang sudah berjalan mengabaikan Papanya yang sudah emosi. Tapi saat dia berada di samping Papa nya dia berhenti dan mengucapkan sesuatu untuknya. "Urusi saja hidupmu sendiri." Kata Franklin dan berjalan sembari menarik Merry menjauh. Merry sendiri sudah menggigit bibir bawahnya melihat kelakuan gila Franklin ke Papanya. Setelah dirasa keberadaan Papa Franklin tidak terlihat, Merry langsung menghadiahi Franklin dengan pukulan bertubi-tubi. "Gila lo. Gila gila gila. Kalau gue kayak gitu ke Papa gue, udah dirajam kali ya." Kata Merry yang masih memukuli punggung Franklin. Melihat itu Franklin hanya bisa menarik Merry ke pelukannya agar dia berhenti memukulinya. Merry sendiri yang mengerti akan hal itu hanya menghela nafas pelan dan membalas pelukan Franklin sesekali mengelus punggunya pelan. "Udah gak papa, ada gue disini." Dan perkataan Merry barusan sudah membuat emosi Franklin mereda. Nafasnya kembali teratur saat menghirup aroma wangi khas Merry. Hatinya kembali tenang mendapatkan usapan lembut dari Merry. Iya, Franklin menikmati perlakuan dari temannya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN