Pulang sekolah Merry gak berniat gangguin Franklin. Memang tadi dia habis ngelakuin tugas Franklin yang bersihin ruang olahraga. Franklin sendiri juga ikut ngawasin Merry. Anehnya hari ini Merry gak bersikap ngeselin kayak biasanya. Dia diem dan gak godain Franklin. Ya Franklin juga bingung lah kenapa Merry gak bacot kayak biasanya. Merry meninggalkan ruang olahraga dulu dan berniat pulang sendirian. Entah kenapa hari ini dia beneran gak ada mood.
Waktu sampai di lapangan Merry nemuin anak kecil lagi nangis sesenggukan sambil lihat ke arah atas. Merry melihat keadaan sekitar yang udah sepi banget jadi bergidik ngeri. Ya gimana gak sepi kalau udah mau maghrib. Dia nyamperin anak kecil itu dan ngelus punggungnya. Kayaknya ini anaknya satpam deh.
"Dek kok disini? Kenapa kamu nangis hmm?" Tanya Merry sembari ngelus rambutnya. Gak tega dia tuh lihat anak kecil nangis.
"Itu hikss balon aku terbang kak, nyangkut hiks di pohon." Kata anak kecil itu sambil nunjuk balon yang emang nyangkut di pohon. Merry bingung mau gimana. Ya masa dia manjat pohon sih buat ambil balonnya. Dia beneran gak tega, apalagi muka anak kecilnya sampai merah gitu. Merry lihat keadaan sekitar berniat nyari Franklin tapi pandangannya malah nemuin seorang laki-laki lagi jalan kearahnya.
"Loh kak? Kok masih disini?" Tanya Merry waktu Glen udah ada di hadapannya sambil bawa s**u ditangannya.
"Ya nungguin lo dek, kan katanya mau pulang bareng." Kata Glen sambil nyerahin s**u ke Merry.
"Nih di minum, gue tau lo habis kerja rodi." Glen ngusap kepala Merry terus nunduk lihat anak kecil yang udah meluk Merry.
"Loh ini anak pak Pri kan? Kok nangis Mer?"
"Emm itu kak, balonnya nyangkut di pohon. Terus nangis deh, gue maunya sih ambilin tapi yakali gue manjat." Kata Merry sambil nepuk-nepuk pundak anak kecil itu. Glen ngangguk ngerti terus dia naroh tasnya. Glen nyopot jas almamaternya dan dikasih ke Merry. Dia gulung lengan kemeja sekolahnya bikin Merry mengernyit heran.
"Kak ngapain?"
Glen nunjuk balon itu sambil senyum kearah Merry, "Ambil itu lah."
"Manjat kak?"
"Iya lah ya masa mau terbang." Kata Glen terus jongkok dihadapan anak kecil itu.
"Dek jangan nangis ya, kakak ambilin tuh balonnya." Kata Glen sambil ngusap-ngusap kepala anak kecil itu bikin anak kecil itu berhenti nangis. Melihat itu tanpa sadar Merry tersenyum kecil.
Pluk
Glen mendorong pelan kening Merry menggunakan telunjuknya, "Semangatin gue dong."
"Ap...apasih kak cuman manjat doang ih." Kata Merry kikuk bikin Glen cemberut. Melihat itu Merry jadi gemes sendiri sama Glen.
"Iya iya, semangat ya kak Glen. Nanti waktu manjatnya ati-ati, awas jatuh." Kata Merry sambil senyum bikin Glen garuk tengkuknya.
"Jangan senyum kayak gitu, bikin gue gak fokus aja." Kata Glen terus berdiri. Waktu dia mau jalan dia sekali lagi ngusap kepala Merry. Ini sih Glen ngegas banget. Glen mulai manjat pohon yang lumayan tinggi itu. Anak kecil yang ada di pelukan Merry udah teriak kegirangan. Dia nyemangatin Glen bikin Merry ikutan teriak.
"Kak ati-atiiii!"
Glen senyum saat dia manjat, walaupun ini susah banget tapi kalau disemangatin sama doi ya tetep aja dia bahagia. Merry ngelihatin Glen sesekali ingetin Glen buat pelan-pelan aja. Ya takutnya entar Glen jatuh kan gak lucu. Waktu Glen udah hampir dapet, anak kecil itu tepuk tangan.
"YESS BALONNYA DAH DAPET NIH!" Teriak Glen bikin Merry ikutan tepuk tangan. Glen nunjukin balonnya kearah Merry sambil lompat-lompat gak jelas bikin Merry meringis.
"Kak awas jat-KAK!"
Merry menjerit saat mendengar bunyi krak pada ranting pohon yang lagi dijadikan pijakan sama Glen. Detik berikutnya Merry melonjat kaget saat melihat Glen terjun bebas dari pohon. Suara keras yang datang dari arah Glen membuat tubuh Merry kaku. Dalam hitungan detik Glen jatuh dengan balon yang masih ada di tangannya. Merry menganga saat melihat darah di belakang kepala Glen. Tidak ada gerakan dari Glen membuat Merry berlari untuk mengecek keadaan Glen.
"Kak Glen!!" Merry mengangkat kepala Glen agar bersandar di pahanya. Dia duduk dan tidak memperdulikan darah Glen yang mengotori seragamnya. Pikirannya kacau melihat Glen tak sadarkan diri. Dia menepuk pipi Glen tapi nihil Glen masih menutup matanya. Merry menangis melihat darah Glen berceceran dimana-mana.
"Dd..dek tol..tolong panggil bantuan hiks." Kata Merry ke anak kecil itu yang langsung berlari setelah mengambil balonnya di tangan Glen. Merry melihat keadaan sekitarnya berniat untuk mencari bantuan. Dia beneran gugup banget lihat keadaan Glen sekarang.
"TOLONG, SIAPAPUN TOLONG." Teriak Merry berharap ada seseorang yang mendengar teriakannya. Tapi nihil sekolah ini sudah sepi.
"Kak hiks bangun, kak Glen." Merry menggoyangkan bahu Glen. Jujur, dia merasa bersalah banget sama Glen. Dia gak tau bakalan kayak gini. Dia takut Glen bakalan kenapa-napa.
"Mer!" Merry menolehkan kepalanya saat ada yang memanggilnya dari arah belakang. Dan Merry berterimakasih banget sama Tuhan karena udah datengin Franklin.
"Lin hiks, tol..tolongin gue." Merry menangis membuat Franklin tidak bisa menyembunyikan raut wajah khawatirnya. Apalagi di pangkuan Merry sudah ada Glen yang tidak sadarkan diri dengan darah dimana-mana.
"Lin gue mohon tolongin kak Glen, gue mohon hiks." Merry megang lengan Franklin berusaha menyadarkan lelaki itu yang hanya diam memandang ke arah Glen. Franklin melihat kearah tangan Merry. Dia megang tangan Merry yang sedang menggengam lengannya dan ngelepasin secara perlahan. Melihat itu Merry semakin menangis.
"Tolongin kak Glen. Gue janji bakalan jauhin lo dan gak ngusik kehidupan lo lagi. Tapi gue mohon tolongin kak Glen hiks." Kata Merry dengan tangan bergetar. Franklin membelalakkan matanya mendengar penuturan Merry. Dia kaget saat denger itu. Gak, dia gak bakalan mau.
"Gue janji Lin, gue bakalan jauhin lo hiks."
"Ap..apasih, lo gak boleh jauhin gue." Kata Franklin dengan tangan yang sudah mengepal.
---
Merry memejamkan matanya sembari menggenggam tangan Glen erat-erat. Glen sudah ditangani dan sekarang tengah terbaring di ranjang rumah sakit. Merry tak henti-hentinya mengucapkan doa agar Glen cepat sadar. Merry takut banget tadi waktu Glen kehilangan banyak darah. Untung aja persediaan darah di rumah sakit memadai. Jadi kondisi Glen sudah membaik dan tinggal tunggu Glen sadar aja. Saat ini hanya Merry yang menjaga Glen. Orang tua Glen sedang di luar negeri karena ada perjalanan bisnis. Maka dari itu Merry sudah menghubungi sahabat baik Glen, yaitu Jeffrey.
"Eunggh." Merry tersentak kaget ketika mendengar lenguhan Glen. Tangan Glen bergerak perlahan-lahan membuat mata Merry terbuka dengan cepat.
"Kak Glen? Kak lo udah sadar?" Tanya Merry sembari mengguncang bahu Glen. Dia berniat memanggil dokter tetapi Glen menahan Merry dan menariknya untuk mendekat.
"Kak?" Tanya Merry dengan raut wajah khawatir membuat Glen tersenyum kecil.
"Gue udah ada di surga ya?" Tanya Glen dengan suara seraknya. Pandangannya lemah tetapi terpancar kelembutan ketika melihat Merry.
"Apasih kak ngaco lo."
"Terus kenapa ada bidadari di hadapan gue sekarang?"
Blush
Sadar atau tidak Merry sudah menggigit bibir bawahnya. Wajahnya memerah mendengar perkataan Glen barusan.
"Lucu ih bidadarinya." Kata Glen sambil naruh tangan Merry di pipinya.
"Kak ih jangan ngaco, lo baru aja siuman. Gue panggil dokter dulu ya." Merry melepaskan pegangan Glen membuat Glen berdecak pelan.
"Kenapa bidadari nya bawel banget sih hmm."
"Kak!" Merry menggerutu kesal karena Glen masih bercanda. Dia itu khawatir banget sama keadaan Glen. Eh Glen malah gak berhenti buat godain dia. Apalagi senyuman Glen gak pernah pudar.
"Gausa panggil dokter, temenin gue disini. Gue gak apa-apa." Kata Glen sambil nyeret Merry buat duduk di samping ranjangnya.
"Tapi kak-"
"Sttt cukup lo temenin gue disini udah buat gue sembuh kok." Merry cuman menunduk ketika tangan Glen menggenggam erat tangannya.
"Kak maafin gue. Coba aja tadi gue-"
"Lo cantik banget dek." Kata Glen sembari menatap lekat-lekat kearah Merry. Tangan Glen terus mengusap tangan Merry. Sedangkan Merry membalas tatapan Glen dengan tatapan bertanya. Kayaknya otak Glen udah rusak deh sehabis jatuh tadi.
"Kak lo gak papa kan? Apa otak lo bermasalah gara-gara tadi heh?"
Glen tersenyum kecil, "Gue gak bakalan ngelepasin lo dek."
Sekali lagi Merry dibuat bingung dengan perkataan Glen.
"Kak jangan bercanda deh. Gue gaprak nih lama-lama." Merry ingin memukul Glen tapi terhenti karena Glen sudah menyubit pipinya.
"You are my first love."
---
Hari semakin malam dan Merry masih menemani Glen karena Jeffrey belum dateng. Merry sudah ketiduran dengan kepala bertumpu di lengan Glen. Sementara Glen tidak bosan-bosannya melihat wajah Merry yang terlihat polos ketika tidur.
Ceklek
Ruang inap Glen terbuka dan menampilkan Franklin berjalan dengan langkah dihentakkan. Dia menghampiri Glen dengan wajah dinginnya. Pandangan Franklin jatuh kearah tangan Glen yang sedang menggenggam tangan Merry. Glen mendengus ketika Franklin hanya diam seperti patung disana. Glen semakin mengeratkan genggamannya dan menunjukkan kearah Franklin.
"Ini yang lo mau kan."
Franklin mengepalkan tangannya, dengan cepat dia melepaskan tangan Glen dan menggendong Merry ala bridal style. Dia menggendong Merry dengan perlahan takut membangunkan gadis itu. Sementara Glen hanya bisa tertawa sinis melihat sikap Franklin. Kalau bukan karena keadaan gak bakalan dia ngebiarin Franklin bawa Merry.
"Lo gak berhak buat sentuh dia." Kata Franklin membuat Glen semakin emosi.
"Lo yak gak berhak Lai Franklin." Kata Glen tak kalah dingin. Franklin tidak memperdulikan ucapan Glen dan membalikkan tubuhnya berjalan keluar ruang inap Glen.
"Bukannya lo sendiri yang udah buang Merry seperti kata anak-anak lain hmm?"
"Tutup mulut lo!"
Glen berdecih setelahnya melihat Franklin berhenti di depan sana. Dia tahu Franklin sedang menahan emosinya juga. Franklin berbalik dan menatap tajam kearah Glen. Dengan hati-hati dia meletakkan kepala Merry ke arah dadanya. Takut jika gadis itu terbangun karena pertengkaran kecil antara dia dan Glen.
"Jangan sentuh dia lagi."
"Kalau gue gak mau?"
"Gue gak segan-segan ngehancurin hidup lo." Kata Franklin lalu pergi meninggalkan Glen yang masih terdiam.
Franklin sebisa mungkin tidak melampiaskan emosinya. Ingin rasanya dia menghabisi Glen karena sudah menyentuh Merry tadi. Franklin berjalan dengan langkah cepat kearah parkiran. Emosi Franklin sedikit mereda ketika melihat wajah Merry. Sesekali Merry melenguh di tidurnya membuat Franklin tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Dia kangen banget sama Merry.
Franklin sudah tiba di mobilnya dan dengan cepat memasukkan Merry ke mobil dengan perlahan-lahan. Setelah itu dia berjalan kearah kemudi, memasang seat belt milik Merry. Ketika Franklin memasangkan seat belt milik Merry pandangannya jatuh ke tangan mungil Merry. Dia menggenggam tangan Merry, diusapnya lembut berusaha menghilangkan bekas tangan Glen. Franklin menatap Merry lekat-lekat. Dia menata rambut Merry agar tidak menutupi wajahnya.
"Gue tau gue egois. Tapi gue gak bakalan berhenti buat jatuh hati sama lo. Jadi jangan paksa gue buat berhenti." Kata Franklin sambil mengelus pipi Merry. Keberadaan Merry menjadikan kebahagiaan tersendiri buat Franklin. Apapun tentang Merry, itu adalah sebuah kesenangan untuknya.
"We're gonna have to get a little bit closer. Like this." Kata Franklin lalu dengan cepat menyatukan bibirnya di bibir milik Merry. Dia hanya menempelkan bibirnya, tidak ada lumatan. Hanya kecupan yang berlangsung lama. Tetapi membuat Franklin merasakan hangatnya di malam yang dingin ini.