Xena menghela napasnya. ‘Semoga aku bisa mendapatkan pekerjaan disini.’ batinnya.
Xena melangkahkan kakinya menuju ke bagian meja resepsionis dimeja itu. Ia menghela napasnya seraya membawa berkas yang sudah ia siapkan sedari rumah tadi.
Tiba-tiba, entah dari arah mana seorang wanita dengan dandanan menor dan rok mini menabrak dirinya hingga memunculkan suara keras.
Semuanya berantakan tidak karuan, dilantai tersebut. Sontak, Xena pun langsung bertekuk lutut seraya membebreskan berkasnya yang betebaran itu. Bukannya meminta maaf, tapi gadis itu hanya melihat kearah Xena sebentar lalu bergegas pergi begitu saja.
Xena yang tengah membereskan berkas miliknya sempat melirik keabrayh wanita itu, namun ia tak sempat melihat wajahnya.
Setelah selesai membereskan berkas miliknya, Xena pun segera berdiri, merapihkan pakaiannya dan kembali berjalan masuk ke ruangan tersebut.
Tapi lagi-lagi dirinya ditabrak lagi oleh seorang laki-laki, kali ini untungnya ia tidak terjatuh seperti sebelumnya. Karena seseorang tersebut langsung memegangi tanganya, hingga ia pun langsung melihat kearah lelaki itu.
‘Cantik.’
Satu kata yang bisa diucapkan oleh Xavier pasal wanita yang secara tak sengaja ia tabrak ini. Hampir beberapa menit mereka bertatapan, membuat Xena langsung melepaskan pegangan tangan Xavier, lelakiy yang belum ia kenal.
“Maaf,” kata Xena.
Lalu gadis itu cepat-cepat, masuk kedalam gedung tebrsebut.Xavier menoleh, ia memerhatikan Xena yang masuk kedalam kantornya.
“Siapa wanita itu? Kenapa ia masuk ke dalam kantorku.” gumamnya.
Dengan cepat, ia segera fokus kembali dan melihat kearah wanita yang ia kejar tadi, Jovita, mantan kekasihnya yang berhasil membuat dirinya mabuk semalam.
Seorang wanita cantik menyambut kedatangannya, wanita itu tersenyum ramah padanya.
“Ada yang bisa saya bantu?”
Xena memberikan senyuman ramah. “Saya ingin melamar pekerjaan disini."
“Baik, bisa saya lihat dokumennya terlebih dahulu?”
Xena mengangguk, ia pun memberikan berkas yang dibawa pada resepsionis itu.
“Berkasnya ditaruh disini terlebih dahulu ya, nanti akan saya hubungi kalau sudah ada info selanjutnya.”
Xena mengangguk dengan senyuman manis diwajahnya. Ia berbalik seraya menghela napasnya, dan kembali berjalan keluar dari gedung itu.
Gadis dengan bolamata coklat itu berjalan menuju halte yang berada tak jauh dari gedung tersebut.
Xavier yang kehilangan jejak Jovita pun kembali dengan rasa kesal dan berjalan menuju kantornya, tiba-tiba ia melihat gadis tadi yang tidak sengaja ia tabrak.
“Wanita itu?”
Xavier memberikan senyuman miring disudut bibirnya, saat ia akan melagkahkan kakinya menuju gadis itu, namun tiba-tiba suara ponselnya berdering yang membuatnya pun mengurungkan niatnya menuju gadis itu dan memilih mengangkat panggilan tersebut.
“Hallo Lucas, ada apa?”
“Maaf, Pak. Meetingnya segera dimulai, Bapak ada dimana?”
Xavier mendegus pelan, ia lupa kalau saat ini ia tengah ada meeting. “Oke-oke saya kesana sekarang.”
Xavier pun menutup panggilan tersebut dan menaruh ponselnya didalam saku jaznya.
Pandangannya pun terfokus kembali pada gadis yang tengah duduk di halte tadi. Namun sayang, gadis itu sudah pergi menaiki bis dan ia pun kehilangan kesempatannnya untuk berkenalan denganya.
“Saya harus cari tahu, siapa gadis itu.” gumamnya, lalu segera berjala menuju kantornya untuk segera melaksanaka meeting tersebut.
*****
Beberapa menit kemudian, Xena telah sampai di rumah. Terlihat dari luar rumah, banyak Ibu-ibu yang seusia Tante Tania di taman tersebut, mereka sedang berbincang-bincang bersama seraya membicarakan kekayaan harta mereka.
Dandanan menor, serta memakai perhiasan mewah adalah ciri khas mereka.
Xena menghela napasnya sejenak, ia pun melanjutkan langkahnya masuk kedalam rumah. Baru beberapa langkah ia melangkah, namun suara panggilan Tania sudah memekik seolah-olah dirinya ini adalah seorang pembantu.
“Xena ... Xena ... cepat kamu kesini!”
Xena hanya bisa mengangguk dan tersenyum seraya berjala kearah sang Tante.
“Siapa dia? Pembantu kamu?”
“Iya, sekarang kamu sudah punya pembantu ya?”
“Muda sekali pembantumu, seumuran Ara ya?”
“Dalam keadaaan ekonomi yang sulit begini, kamu bisa membayar pembantu ya.”
Perkataan-perkataan tersebut, Xena terima dengan lapang d**a. Gadis cantik dengan manik coklat itu hanya terus memberikan senyuman kearah mereka. Ia berdyidi tepat didepan sang Tante.
“Kamu lama sekali sih, perginya! Sengaja ya, mau kabur, hah?!”
“Bu-bukan Tante, tadi itu ang—“
“Halah! Sudah jangan banyak alasan. Cepat kamu siapkan makanan untuk kami!” perintah Tania yang menganggapnya sebagai pembantu.
Xena hanya bisa mengangguk dan berjalan menuju dapur untuk mengambil beberapa makanan dan juga minuman untuk mereka semua.
Ibu-ibu yang berada disana puy tak ada rasa kasihan terhadap Xena, mereka sama dengan Tania, hanya acuh terhadap Xena.
“Dia itu benar-benar pembantu kamu? Tapi kenapa memanggil kamu dengan sebutan Tante?” tanya salah satu dari mereka pada Tania.
“Iya, apa memang sengaja kamu menyuruhnya untuk memanggil kau dengan sebutan itu ya?”
“Atau jangan-jangan, dia itu bukan pembantumu ya?”
Pertanyaan paling mencolok adalah salah satu dari mereka yang mengatakan bahwa Xena bukanlah pembantunya. Dan benar saja, Tania hanya bisa mengangguk menanggapi pertanyaanya.
“Jadi dia siapa?”
“Dia itu keponakan dari suamiku,” jawab Tania .
“Suamimu? Bukannya suamimu itu anak tunggal ya?”
Tania terdiam, ia selama ini berbohong pada semua teman-temannya kalau suaminya ini adalah anak tunggal padahal kenyataannya, suaminya ini adalah adik angkat dari Aron, Papah Xena.
“Em ... Ah sudahlah, tidak usah dibahas, intinya kan kalian kesini untuk membicarakan pasal arisan kita kan. Bukan untuk membahasa dia, karena gadis itu memang tidak penting.”
Tania sengaja mengucapkan hal tersebut, karena memag ia malas membahasa tentang Xena dan juga sang suami pun memang sudah berpesan kalau jangan sampai diantara mereka ada yang tahu kalau Xena ini adalah anak dari keluarga Aron, yang mengalami trauma akibat pembantaian delapan tahun yang lalu.
Karena, takut seseorang yang telah membantai Xena dulu akan kembali untuk melakukan hal serupa terhadap Xena.
“Iya benar. Tidak penting juga kita membahas gadis tersebut.” sahut salah satu dari mereka yang mendukung perkataan Tania tersebut.
Tak lama, Xena berjalan kearah mereka seraya membawa beberapa makanan dan juga menuman tersebut, ia tetap sopan dan ramah kepada mereka semua. Lalu, segera berjalan kembali kearah dapur untuk menaruh nampan.
*****
Di Kantor PT. Good Property yang Xavier pimpin, mereka baru saja menyelesaikan meeting mereka dan telah mendapatkan kesepakatan bersama akan bisnis yang mereka jalin bersama
Tak lama, setelah meeting selesai, Xavier pun segera berjalan menuju ruangannya dan langsung duduk disofa tersebut dengan kepala yang disandarkan pada sofa tersebut.
Pandangannya keatas menatap langit-lagit diatasnya, seperdetik ia memejamkan matanya tiba-tiba, wajah cantik seorang wanita yang tadi pagi tak sengaja ia tabrak itu terlitas dipikirannya.
Sontak, Xavier pun langsung membenarkan posisi duduknya, dengan tatapan fokus kedepan. Ia kembali membayangkan lagi wajah cantik gadis itu.
Wajahnya yang cantik putih bersih memancarkan kecantikan tersendiri, make up natural yang gadis itu gunakan membuatnya semakin terlihat manis, apalagi bolamatanya yang berwarna coklat serat hidungnya yang ramping dan mancung membuat Xavier benar-benar tak bisa melupakan gadis itu.
Dan jangan lupakan bibir mungilnya yang bervolume berwarna merah muda, membuat pikiran Xavier, makin tak karuan.
Ia menggeleng dan mengusap sekuruh wajahnya. “Ah, aku harus menemukan gadis itu. Apa yang dia lakukan di kantorku ya?” gumamnya.
Konfirmasi