“Xena,” Atensinya pun langsung tertuju pada seseorang yang memanggil dirinya yang tak lain adalah Xavier. Gadis itu sedikit tertegun mendengar namanya dipanggil dan ternyata sang bos lah yang berdiri dihadapannya. Xavier memerhatikan wajah Xena dan matanya yang sedikit sembab seperti habis menangis. “Kamu kenapa?” tanya Xavier. “Saya nggak papa, Pak. Em, Bapak manggil saya, ada yang bisa saya bantu?” “Em, iya. Tadi saya sudah menyurh kepala OB untuk memanggil kamu, tapi dia bilang kamu tidak ada di ruangan, jadi saya memutuskan untuk mencari kamu langsung.” ‘Hah? Kenapa dia tidak menungguku saja, sampai aku ke ruangannya, kenapa dia sampai rela mencariku ke lantai bawah.’ batin Xena yang muali curiga akan segala bentuk perhatian yang diberikan oleh bosnya ini. “Ke ruangan saya seka

