Masih tentang Xena

1106 Kata
Di rumah mewah bernuasa Gold dipadu dengan warna hitam dan putih, seorang laki-laki tengah duduk santai di dekat balkon kamarnya, ia tengah menghebuskan kepulan asap yang baru saja ia hirup dari vape tersebut. “Aurellia Xena. Benar-benar nama yang tidak asing bagiku.” gumam Xavier. Ia bangkit dari posisinya dan segera berjalan menuju kasur lalu mengambil ponselnya yang berada disana. Ia mengetikkan sesuatu diponsel tersbeut dan mengirimnya pada Lucas, Assisten pribadinya. Ting. Tak sampai satu satu menit, Lucas telah membalas pesan darinya, dengan cepat ia pun langsung membuka pesan tersebut yang berbunyi. ||Lucas (“Saya tadi sudah bertanya pada Sella, Pak. Dan Sella berkata kalau ponsel Xena tengah rusak maka dari itu ia tidak mencantumkan nomor ponselnya di lamaran kerja tersebut.”) Xavier menaruh ponselnya, lalu mendengus pelan. “Apa aku harus membelikannya?” gumamnya. Namun dengan cepat, ia menggeleng. “Tidak. Aku tidak mau memperlihatkan kalau aku mulai tertarik padanya. Aku harus tetap hati-hati pada Xena. Bisa saja, sifat lugunya hanya topeng belaka, bisa saja dia sama seperti wanita ular itu. Jovita.” monolognya. Xavier kembali mengambil ponselnya dan mencoba mencari sosial media milik Xena. Namun, sudah hampir 20 menit ia mencari ke semua sosial media, tak satu pun yang ia temukan seseorang dengan nama ‘Aurellia Xena’ dan wajahnya sama persis dengan gadis yang baru saja ia terima sebagai OB tersebut. “Siapa dia sebenarnya?” gumamnya. Xavier merebahkan tubuhnya di kasur seraya menatap langit-langit di kamarnya. Ia memikirkan gadis cantik itu. “Apa dia hanya gadis desa, yang tidak punya sosial media? Atau dia memang gaptek? Ah ... dia benar-benar membuat aku penasaran.” monolognya. Lalu Xavier memejamkan kedua matanya dan terbesit akan gadis kecil yang memiliki bolamata coklat yang mirip dengan Xena. “Hey, gadis kecil. Siapa namamu?” “Xena.” Xavier langsung membuka kedua matanya ketika mengingat kejadian itu. Ia langsung bangkit dengan napas terengah-engah seperti habis lomba lari, jantungnya pun berpacu hembat. Entahlah apa yang ia alami ini membuatnya benar-benar bingung, setelah melihat Xena ia jadi sering mengingat gadis kecil itu. “Mungkin ini karena nama mereka sama. Maka secara tidak langsung alam bawah sadarku mengarahkanku pada gadis kecil itu.” gumamnya. Xavier segera bangkit dan berjalan menuju toilet yang berada dalam kamarnya, ia membasuh seluruh wajahnya lalu bercermin pada cermin tersebut. Tetesan air yang masih tersisa diwajahnya bergitu terlihat jelas hingga memberikan kesan seksi pada dirinya, apalagi melihat tubuh atletis yang dimilikinya membuat siapaun wnaita pasti terpikat olehnya. Suara alarm miliknya berdering dengan keras, yang menandakan jam telah menunjukkan pukul 06:00. Xavier menghela napasnya. “Tak terasa gara-gara aku memikirkan Xena semalaman sampai terbawa mimpi dan tiba-tiba sudah pagi saja.” gumamnya. Lelaki bertubuh tinggi itu pun langsung membuka seluruh pakaiannya dan berjalan menuju shower lalu segera mandi. ***** Pukul 07:00 Xena telah siap dengan seragam OB miliknya dan telah siap akan berangkat bekerja, ia duduk di ruang makan dan sengaja menunggu Arabelle dan juga Ardi berangkat terlebih dahulu. Xena pun dengan segera mengambil secentong nasi dan juga lauk yang ada disana, tidak lupa pula yang tuangka segelas air putih di gelasnya. Baru saja ia akan menyantap makanannya, namun sang Tante sudah berdiri didekatnya, yang membuat Xena pun menaruh sendok itu sejenak dna menoleh kearah Tania seraya memberikan senyuman. “Ingat ya, setelah ini kamu nyuci piring dulu baru boleh berangkat kerja.” Xena mengaaguk kecil. “Iya Tante." “Dan satu lagi, jangan sampai trauma kamu itu kambuh saat bekerja. Yang ada nanti baru satu hatri bekerja, kamu sudah dipecat. Paham?!” tegasnya. Xena hanya mengangguk menanggapi ucapan sang Tante, tak lama Tania pun segera pergi dari ruang makan. Gadis itu mengatur napasnya agar lebih tenang. “Semoga aja aku bisa baik-baik saja.” gummanya lalu ia melanjutkan lagi sarapannya dengan cepat karena takut telat. Apalagi ia harus membersihkan ruangan bosnya dan kalau telat pasti ia akan dimarahi. Xena tidak mau itu ia harus memberikan pelayanan terbaik untuk hari pertama bekerja. Xena baru saja sampai di kantor itu ia segera mengambil sapu serta alat pembersih ruangan lainnya menuju ke ruangan Xavier. Ia membuka pintu ruangan itu, namun masih terkunci. “Masih dikunci, aku harus bertanya pada kepala OB disini.” monolognya. Xena pun menaruuh peralatan pembersih itu didepan ruangan itu dan langsung berjalan menuju ruangan bawah untuk meminta kunci ruangan Xavier. Namun, baru saja pintu lift terbuka, ia dikejutkan oleh Lucas. “Anda Xena kan?” tanya Lucas yang langsung diangguka oleh gadis itu. “Kebetulan sekali, saya Lucas. Asisten pribadinya Pak Xavier, saya diperintahkan Pak Xavier untuk datang pagi karena beliau bilang ada OB baru yang akan membersihkan ruang kerjanya yang bernama Xena.” “Iya, itu benar. Beliau menyuruh saya untuk membersihkan ruang kerjanya.” “Kalau begitu ayo ikut saya. Karena saya yang memegang kuci ruangannya.” ucap Lucas yang mulai berjalan menuju ruangan Xavier dan Xena pun langsung mengikuti dibelakanganya. Lucas membukakan ruangan tersebut. “Silahkan, anda masuk dan pastikan ruangan kerjanya benar-benar bersih ya. Karena Pak Xavier orangnya selalu terlihat bersih, ia tak ingin ada debu sedikit pun yang tertinggal.” “Sa-saya sendirian masuk ke ruangan ini?” Lucas mengangguk. “Iya. Tenang aja kamu tidak perlu takut, karena ruangan ini terdapat CCTV jadi kalau terjadi sesuatu bisa dilihat dari CCTV tersebut. Oh ya, saya ada di ruangan sebelah, nanti kalau sudah selesai kunci kembali pintu ini dan beri kuncinya pada saya ya." Xena mengangguk. “Baik Pak.” “Oke, kalau begitu saya ke ruangan saya dulu.” ucapnya dan laangsung berjalan menuju ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan Xavier. Gadis cantik dengan rambut lurus itu masuk ke dalam ruangan tersbeut seraya membawa semua peralatan pemberish yang ia bawa. Ia menghela napasnya terlebih dahulu dan menguncit rambut panjangnya agar bisa mengerjakan pekerjaanya lebih mudah. Setelah itu, ia mulai membersihkan meja serta kursi dan sofa tak lupa pula ia mengelap beberapa berkas yang berada dimeja itu dan menyusunnya hingga rapih. Kemudian ia membuka tirai disana supaya sinar matahari dipagi hari pun dapat masuk ke ruangan tersbeut. Setelah itu ia juga menyapu dengan teliti sampai benar-benar bersih, dirasa sudah bersih, Xena pun mengepel seluruh ruangan itu dengan pengharum pembersih lantai yang wangi. Hampir satu jam sudah ia membersihkan ruangan itu membuatnya sangat lelah, hingga Xena rehat sebentar dan duduk disofa. Ia menyandarkan sejenak tubuhnya disana untuk menghilangkan penatnya. Dirasa sudah merasa lebih baik, ia pun segera bangkit dan berjalan keluar seraya membawa perlatan itu semua menuju ke ruang bawah. Namun, ada yang terlupakan pada Xena, ia lupa menutup serta mengunci pintu ruangan tersebut, hingga saat Xavier baru saja tiba di ruangannya ia sedikit terkjyut karena ruangannya sudah terbuka lebar dan jelas itu membuat sedikit emosi. “Lucas ... Lucas!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN