2

1163 Kata
Seperti janjinya, Deska kembali menemui Tasya keesokan harinya. Tasya terlihat sangat menderita harus tidur semalaman di dalam sel, dia yang biasanya tidur dengan selimut hangat, malam itu dia harus merasakan dinginnya udara di dalam tahanan. “Kamu bagaimana kabarnya?” tanya Deska yang berpura-pura kasihan pada Tasya. “Seperti yang kamu lihat, aku tersiksa di sini, aku mohon, kamu bantu aku jadi saksi ya,” pinta Tasya. “Iya, iya, kamu tenang saja, aku akan bantu kamu kok,” jawab Deska tersenyum kecut. Dari jauh, terlihat Bastian datang dengan wajah masamnya mendekati Tasya. “Bastian, akhirnya kamu datang juga, kamu ke sini mau jengukin aku kan? Kamu mau bebasin aku kan?” ucap Tasya yang memeluk tubuh Bastian, tapi Bastian malah mendorong tubuh Tasya agar jauh darinya, Deska yang melihat hal tersebut tersenyum puas karna Tasya diperlakukan kasar oleh Bastian. “Kamu kenapa dorong aku? Kamu tidak sayang lagi sama aku?” tanya Tasya dengan air mata yang mulai menetes. “Jangan harap aku bisa menyayangi perempuan pencuri seperti kamu! Kamu pikir aku tidak punya malu masih mau sama kamu!” jawab Bastian dengan kasar. “Maksud kamu apa?” tanya Tasya dengan mata sayunya. “Aku ke sini mau bilang, kalau kita putus!” ucap Bastian dan segera pergi dari hadapan Tasya dan Deska. “Bastian aku tidak mau putus sama kamu!” jawab Tasya yang memanggil-manggil Bastian, tapi percuma, Bastian sudah pergi keluar dari kantor polisi. “Deska, bantu aku Deska,” ucap Tasya yang menarik-narik tangan Deska meminta Deska untuk mengejar Bastian. “Iya, aku akan temui Bastian untuk meminta dia memikirkan kembali keputusannya ya,” jawab Deska dengan cepat, karna dia tidak mau kehilangan jejak Bastian. “Iya, kamu bantu aku ya,” pinta Tasya kembali. Deska segera berlari keluar untuk menemui Bastian. “Bastian, tunggu,” panggil Deska yang berlari menghampiri Bastian. “Ada apa hah? Kamu mau aku tidak putusin teman kamu itu?! Maaf keputusan aku sudah bulat.” “Bukan, aku Cuma mau bilang, akhirnya kamu selamat dari cengkeraman perempuan seperti Tasya, dan kamu tidak sempat dijadikan boneka oleh Tasya, kamu harus bersyukur banget,” jawab Deska dengan senyum menyeringai. “Maksud kamu?” tanya Bastian lagi. “Tasya memang sahabat aku, kamu juga tahu kalau aku sama dia sudah berteman lama, jadi aku sudah tahu semua kelakuan dia, dia hanya terlihat baik luarnya saja, aslinya ...,” Deska memutuskan ucapannya dan menarik napas dalam-dalam, “ah sudahlah, yang penting kamu sudah bebas dari dia, aku ikut bahagia karna kamu sudah terselamatkan dari perempuan sepertinya,” lanjut Deska lagi. “Terima kasih banyak ya,” ucap Bastian. “Sama-sama, oh ya, bagaimana kalau kita pergi makan bersama, aku tahu kamu pasti shock dengan semua kejadian ini, jadi kamu harus rileks, bersenang-senang dan mengobrol hal-hal yang menarik, biar kamu bisa lebih cepat melupakan hal ini,” tawar Deska. “Oke,” jawab Bastian. Deska dan Bastian pergi menggunakan mobil Bastian, tidak susah membuat Bastian tertawa dan merasa nyaman mengobrol dengan Bastian. Deska sudah tidak pernah pergi menjenguk Tasya, sedangkan Tasya terus menunggu Deska menjenguknya, sebelum orang tuanya Tasya pulang untuk menemuinya. Tak butuh waktu lama, Deska mengungkapkan perasaannya pada Bastian, dan Bastian pun menerimanya. “Akhirnya, aku tidak sia-sia berjuang untuk memasukkan kamu ke penjara Tasya, sekarang aku bisa jadian dengan Bastian dan bisa menempati apartemen kamu sendirian sepuasnya,” batin Deska tersenyum licik begitu Bastian menerima cintanya. “Selamat mendekam di dalam penjara!” lanjutnya lagi tersenyum puas. ... Orang tuanya Tasya telah sampai di Indonesia, mereka segera menemui Tasya di dalam penjara. “Mama sama Papa sudah bilang, kamu jangan berbuat aneh-aneh, padahal kamu sudah berjanji sama Mama, kamu kuliah di sini dengan benar, eh kamu malah mencuri, memangnya uang yang Mama kasih kurang?” tanya Mamanya dengan raut wajah kecewa. “Ma, Tasya berani bersumpah, Tasya tidak ngelakuin hal itu Ma, Tasya di fitnah,” jawab Tasya yang menangis tersedu-sedu. “Papa sama Mama tidak bisa berbuat banyak, kita Cuma bisa bantu meringankan masa penahanan kamu, tapi tidak bisa membebaskan kamu, karna Mama sama Papa tidak bisa berbuat banyak, semua bukti menunjukkan kamu pelakunya,” jawab Papanya. Tasya yang mendengar hal tersebut semakin terpukul, dia menangis tersedu-sedu dan berlari masuk ke dalam tahanan agar dia tidak lagi melihat wajah orang tuanya. Mamanya tetap mengikuti Tasya hingga dalam sel, bagaimana pun dia kasihan melihat Tasya, tapi kelakuan Tasya yang sangat susah diatur membuat Mamanya Tasya tega, agar Tasya bisa berubah menjadi perempuan yang lebih baik. Satu tahun lebih Tasya mendekam di dalam penjara, akhirnya dia bebas, tapi Tasya sering murung, karna mengetahui Deska dan Bastian sudah jadian. Tasya sering pergi ke laut untuk menenangkan pikirannya. *** Rizky, lelaki tampan, Sholeh, tetapi tidak sekaya Tasya, dia mengasuh dua orang anak almarhum sahabatnya yang meninggal karna kecelakaan, Rizky tidak tega membiarkan dua anak perempuan itu yang sudah dia anggap seperti keponakannya sendiri harus tinggal di panti asuhan. Nada, gadis kecil berumur 4 tahun itu duduk di samping kakaknya, Dini yang berumur 6 tahun, dengan murung dan terlihat sedih di wajah keduanya. “Kalian kenapa?” tanya Aminah, ibunya Rizky pada mereka berdua, mereka hanya menggeleng. Rizky yang melihat mereka seperti sedang bersedih, meminta pada Mamanya biar dia saja yang membujuk kedua gadis kecil itu untuk tersenyum kembali. “Bagaimana kalau kita pergi ke laut, kita olahraga di laut, kalian main bola,” ajak Rizky bersemangat. Mereka berdua mengangguk bahagia, dan segera pergi ke laut bersama, yang memang rumah mereka tidak terlalu jauh dari laut. Dini dan Nada asyik main lempar bola, Rizky yang sudah lelah memilih untuk duduk istirahat sambil memantau Dini dan Nada. “Ayo Dek, lempar untuk Kakak,” ucap Dini pada Nada dengan bersemangat. Nada melempar bola tersebut, dan Dini tidak sempat menangkapnya, bhuk! Bola tersebut mengenai punggung Tasya yang sedang duduk menyendiri menatap deburan ombak. “Eh, Nada, kena Tante itu,” omel Dini yang membuat gadis itu bangkit dan mengambil bola. “Ini, bolanya, jangan takut, Tante tidak marah kok,” ucap Tasya pada Nada yang berdiri terlihat sedikit ketakutan. Nada mengambil bola dari tangan Tasya, “Maafin Nada Tante ya, Tante namanya siapa?” tanya Nada. “Tante Tasya, kamu?” tanya Tasya sambil berjongkok di depan Nada. “Aku Nada Tante, Tante main bareng yuk,” ajak Nada, gadis kecil berusia 4 tahun itu. “Ayok,” jawab Tasya semangat yang memang sedang butuh teman mengobrol. Rizky hanya melihat Nada dan Dini dari jauh tanpa melarang mereka untuk main bersama, Tasya terlihat sangat bahagia bermain dengan Nada dan Dini. “Kita istirahat dulu yuk, Tante lelah ini,” ucap Tasya pada mereka. “Iya Tante,” jawab Nada dan Dini. “Kalian bawa makanan?” tanya Tasya, dan mereka hanya menggeleng. “Ini Tante bawa makanan, kita makan sama-sama ya,” ucap Tasya yang mengeluarkan makanan yang dia beli di jalanan sebelum mampir di laut. Rizky yang melihat anak asuhnya akan makan bersama orang yang tidak dia kenal, langsung menghampiri mereka. “Dini, Nada, kita makannya di rumah saja,” ucap Rizky yang menghampiri mereka. “Eh, Om ayahnya Dini dan Nada, maaf Om, tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin main sama mereka, soalnya mereka menggemaskan,” ucap Tasya yang berdiri dari tempat duduknya dan berbicara dengan sopan pada Rizky. “Iya tidak masalah, tapi saya merasa tidak enak jadi merepotkan,” jawab Rizky. “Tidak kok Om, lagian saya tidak punya adik, jadi saya nyaman saja melihat mereka ikut makan sama saya.” Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN