"Saatnya pulaang..." Hatsuka mengingatkan Isabel yang masih asik menggambar. Sketsa seorang lelaki berusia sekitar empat puluh tahunan, berwajah tampan dan gagah, mengingatkan Hatsuka kepada Miranda. "Apakah itu kakekmu?". Hatsuka mendekat untuk melihat dengan lebih jelas. Isabel mengangguk hanya saja kali ini rona wajahnya tampak semakin sedih. "Mami harus tahu apa yang menimpa Nenek.. O ya, ini Nenek... Cantik ya.." Isabel mengambil selembar kertas dari tumpukan kertas di sampingnya lalu menyodorkannya kepada Hatsuka. Hatsuka menerima kertas tersebut dan melihat sketsa dengan mimik serius. "Kamu benar, Ibel... Nenekmu cantik sekali." Hatsuka benar-benar mengaguminya. "Aku ketemu Nenek, ada pesan untuk Anda dari Nenek." Isabel mengerjapkan matanya saat menoleh kepada Hatsuka. "O