Alpha 7

2563 Kata

Gedung tinggi itu sunyi. Lantai atas, tempat kantor pribadi Fandi Dirgantara, hanya diterangi cahaya lampu kota yang menembus kaca besar. Bayangan gedung-gedung lain seperti hantu yang mengintip dari kejauhan. Fandi berdiri menghadap jendela, jas hitamnya terlepas di kursi. Kemeja putihnya kusut, lengan digulung. Rokok hampir habis di jarinya, abu panjang menggantung. Pintu terbuka pelan. Jaka masuk duluan, langkahnya berisik, wajahnya lebam tapi masih nyengir. “Bos… sudah selesai. Bar itu… hancur.” Rian menyusul, wajahnya pucat. Tangannya masih gemetar meski sudah dicuci, seolah darah barusan masih lengket. Dia tidak bicara, hanya menunduk. Tentara berambut cepak terakhir masuk, dengan ekspresi dingin seperti biasanya. Tubuhnya masih tegak, gerakannya tenang. Ia hanya mengangguk pada

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN