2: Richard

1005 Kata
Sampai di kediamannya, Richard melempar jasnya ke sembarang arah hingga jasnya jatuh ke lantai. Hari ini ia merasa sangat sial saat ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana mantan kekasih yang ia tinggalkan tanpa alasan mendadak muncul di pernikahan kliennya. Parahnya lagi, mantannya itu kenal baik nampaknya dengan calon istrinya, Mia. Sebuah bayangan konyol kembali melintas di benaknya... Di sebuah pantai yang pasirnya bersih dari kotoran serta cuaca panas dengan keindahan langit biru terdapat dua orang berseragam putih abu-abu sedang berjalan santai di bibir pantai. Sesekali ombak kecil menyapu kaki mereka dan membuat cipratan di kedua tangan mereka yang saling bergandengan tangan erat. Yura dalam balutan seragam SMA terlihat sangat cantik, apalagi rambut panjang hitamnya itu ia gerai begitu saja hingga angin laut lepas menerbangkannya dengan sangat indah. Berulang kali Yura mempererat genggaman tangannya di tangan Richard, kala tanpa terasa Richard sedikit merenggangkannya. Yura menoleh dan tersenyum ke arah Richard yang membalasnya dengan senyuman meragu. "Aku seneng deh, akhirnya kamu bisa pulang juga." kata Yura dengan senyum bahagia yang demi Tuhan cantiknya seperti Kate Winslet saat main film Titanic! "Aku juga." kata Richard datar. Dari suaranya itu rasa-rasanya ada getaran aneh yang Yura dengar, tapi ia menepis segala prasangka buruknya dan menikmati bagaimana perutnya saat ini terasa digelitiki kupu-kupu terbang. Ia bahagia bukan main sejak semalam saat Richard mengatakan kalau ia akan ke Jakarta selepas pulang sekolah. Yura mengangkat tangannya yang digenggam oleh Richard dan memandang tangannya itu baik-baik lalu tersenyum cantik sekali lagi. Sedang Richard yang menyaksikan hal itu merasakan dirinya aneh. Entahlah, sejak ia mendengar rumor buruk tentang Yura dari teman-teman genk motornya, ia merasakan sudah kehilangan rasa ke Yura, padahal saat mendengarnya ia juga tak yakin itu benar. Apa karena Mira? Mira siswi baru di sekolahnya yang selalu menggodanya dan ia mulai memikirkannya sepanjang waktu jadi sekarang Richard seolah ingin berpindah hati? Sepertinya iya. Mira, gadis energik yang berasal dari Makassar. Ia keturunan Bugis. Kulitnya putih bersih dengan hidung mancung, ia cantik ala gadis Bugis pada umumnya. Sedangkan Yura, ia cantik dan manis, perpaduan antara jawa timur kota Malang dengan Kalimantan Sampit. Semua orang juga sudah tahu kalau Malang dan Sampit terkenal dengan gadisnya yang sangat cantik-cantik. Tapi entah mengapa Richard yang biasanya tak terpengaruh oleh ucapan teman-temannya soal Yura kini ia mulai goyah, apalagi teman-temannya selalu membicarakan Mira. Tak hanya itu, Richard ditantang untuk menaklukan Mira, jika ia menang dari Harley, Harley siap memberikan motor Harley Davidsonnya. Dan itu membuatnya bersemangat sekaligus b*******h. Ia merasa tertantang mendengar hal tersebut. Langkah kaki Richard terhenti, Yura menoleh dan mendapati wajah Richard yang seharusnya ia rindukan itu menatap ke arahnya dengan ekspresi datar. Dalam hal ini Yura sedang berpikir kalau mungkin saja Richard akan menciumnya seperti yang ia tonton dalam film-film romantis. Berciuman di pinggir laut ditemani oleh gemuruh suara ombak serta angin yang menggelitik geli kulitnya. Hal yang selalu diimpi-impikan oleh Yura saat Richard mengunjunginya dan mereka bermain bersama di pantai seperti sekarang ini. "Kita putus saja, ya ..." kata Richard pelan. Yura masih tersenyum saat Richard dengan ringan mengatakan itu, tapi setelah mencerna kalimat Richard dengan sangat baik dan mimik wajah Richard yang terlihat murung, barulah Yura merasakan bahwa kalimat yang baru saja Richard katakan itu juga melukai hatinya. "Ap-Apa?" tanya Yura gagap. Ia masih menepis pikiran buruknya dan menganggap kalau pendengarannya sedang bermasalah. Richard melepaskan tangan Yura, saat melepaskannya Yura merasakan luka dihatinya semakin menganga lebar dan kali ini sangat perih terasa. Dilihatnya lagi Richard yang berwajah murung. "Aku gak bisa jalanin hubungan jarak jauh ini. Kita putus, ya." kata Richard pada Yura. "Putus? Tapi Kenapa? Apa? Jarak jauh?" tanya Yura kaget. Ia bingung. Ciuman romantis yang ia bayangkan sebelumnya tiba-tiba saja sirna seketika. Bayangan perpisahan kali ini melambai di benaknya. "Bukankah selama ini kita baik-baik aja?" lanjut Yura bertanya. "Kupikir begitu, nyatanya nggak." kata Richard. Richard bisa melihat kalau wajah Yura terlihat sangat terluka, bahkan matanya bergerak-gerak seolah mencari sesuatu. Terakhir, Richard melihat matanya telah tergenang. Ah, sial! "Apakah aku harus ke Bandung agar kita tak putus?" tanya Yura padanya. Richard menatapnya dengan kaget. "Aku bisa bilang ke Mama dan Papa untuk pindah sekolah. Di sana juga ada bibi." kata Yura lagi. Richard kali ini benar-benar bingung. Tak pernah ia menyangka kalau Yura akan mengatakan hal itu padanya. Padahal ia yakin memutuskan Yura adalah perkara gampang. Yura perlahan mengarahkan tangannya untuk meraih tangan Richard yang menggantung, tapi dengan segera Richard bergerak mundur menghindarinya. "Mau kamu pindah ke Bandung apa gak. Kita tetap putus!" tegas Richard. Bayangan motor Harley Davidson yang diinginkannya selama ini melambai di benaknya. Ia tak peduli sekarang jika Yura tahu kalau sebenarnya ia sedang mengincar Mira. "Tapi, kenapa?" tanya Yura dengan wajah yang sudah sangat sedih itu. "Aku bosan denganmu! Jarak jauh itu hanya alasan! Kau gadis manja! Makan blepotan yang bikin aku eneg dan rambutmu? Ah, semuanya tentangmu menyebalkan sekali! Kenapa rambutmu harus keriting! Dan kenapa badanmu gemuk?! Kesal! Aku kesal!" kata Richard yang membuat Yura menatap ke dalam dirinya baik-baik. Omongan Richard tentangnya membuatnya shock dan terpaku di tempatnya. Richard sudah beranjak meninggalkan Yura di bibir pantai. Richard pikir, Yura akan mengejarnya tapi setelah Richard menoleh ke belakang, yang ada ia melihat Yura masih terdiam di tempatnya dan memandang ke arah lautan luas. Richard tak peduli jika Yura harus menangis semalaman di pantai. Yang ada di otaknya sekarang hanya motor Harley Davidson dan Mira. Ia sudah tak peduli lagi pada Yura. Sedangkan Yura yang ada di bibir pantai itu menatap luas lautan. Hatinya terluka oleh semua ucapan buruk Richard padanya. Tangisnya masih meleleh dan membasahi pipinya tapi ia menghapusnya cepat-cepat. Laut! Kau saksiku! Luka dihatiku dibuat oleh Richard maka Richard juga yang harus menyembuhkannya! Buat dia jatuh cinta dan bertekuk lutut padaku kelak! Setelah mengucapkan hal itu di dalam hatinya dalam-dalam, Ombak besar datang. Beberapa orang yang berada di pinggir lantai tunggang langgang berlarian lebih ke dalam kecuali Yura yang menatap lekat-lekat ombak itu dan kemudian ombak itu menghilang cepat dan berganti buih yang keras menyapu kaki Yura. Sedang Richard yang meninggalkan Yura di tepi pantai hampir saja menabrak orang saat mengendari mobilnya. Ia tertegun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN