Menikah Dengan Orang Asing

1191 Kata
Perasaan Reyhan mulai tidak enak ketika dia berada di depan orangtuanya Mona sekarang. Tapi ekspresi orang-orang berbeda. Seperti tidak ada kebahagiaaan. Apalagi mamanya yang duduk di dekat Reyhan tidak mengatakan apa pun. Reyhan tidak sempat melirik ke arah pengantinnya saat dia begitu gugup di hari pernikahannya yang dilangsungkan secara tertutup. Ini seperti sebuah pernikahan yang tidak ingin disaksikan oleh banyak orang. Reyhan menjabat tangan calon ayah mertuanya ketika sudah ada penghulu di sana. Dengan doa yang diiringi oleh penghulu tadi, kemudian Reyhan mulai merasa menegang. Entah apakah dia akan tersiksa dengan pernikahannya nanti atau akan jadi seperti apa pernikahan itu. “Reyhan Arkana, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya Cindy Stevia binti Ramli Abas dengan maskawin emas dua puluh lima gram dan satu unit rumah dibayar tunai.” “Saya terima nikah dan kawinnya Cindy Stevia binti Ramli Abas dengan maskawin emas dua puluh lima gram dan satu unit rumah dibayar tunai.” Terdengar suara Sah dari semua saksi dan doa yang mengiringi pernikahan ini. Ya Reyhan hanya menyebutkannya satu kali dengan lancar. Tapi tunggu dulu, fokusnya Reyhan terhadap nama yang baru saja dia sebutkan kenapa berbeda dari nama Mona? Meskipun nama belakangnya sama. Tapi nama itu bukan Mona. Berarti yang ada di sampingnya ini adalah bukan Mona? Reyhan mengumpat di dalam hati ketika dia menikahi wanita lain yang baru saja dia sadari ketika rasa gugup itu mengalihkan fokusnya. “Ma?” Reyhan ingin protes tapi ada mertuanya di depan yang terlihat sangat bahagia. Reyhan menghargai orangtua dan juga mertuanya yang terlihat sangat bahagia sekarang. Tadi dia belum melihat ada Mona juga ke tempat ini. Ketika dia menoleh, melihat ada istrinya yang mengulurkan tangannya ketika bersalaman. Di dalam hati Reyhan ingin sekali menyalahkan mamanya kmaren dia sudah terlanjur menikahi wanita lain, bukan Mona. Matanya berbinar melihat wanita ini, sangat cantik—sayang masih terlalu kecil—pikirnya. Ya inilah dia sekarang. Manusia bodoh yang dimanfaatkan oleh orangtuanya sendiri untuk menikahi orang lain. Yang dia pikir itu adalah Mona. Pantas saja Mona tidak mengatakan apa pun padanya. Ternyata dia menikahi wanita lain. Pikiran buruk itu lewat di kepalanya Reyhan. Bisa saja dia menikahi wanita ini karena sudah terlanjur hamil dan dia dijadikan alat untuk tanggungjawab. Banyak sekali kejadian seperti itu sekarang. Reyhan masih tercengang dengan kebodohannya kali ini yang mau saja menikahi wanita lain yang bukan kekasihnya sendiri. Acara pun selesai, orangtuanya terlihat sangat bahagia. “Mama sudah gila?” “Pacar kamu yang gila. Dia kabur sama orang lain. Kamu pikir tadi Mama nggak gila rasanya waktu dia kabur begitu saja? Dia kabur dan adiknya yang menggantikan dia sekarang. Mama yakin Cindy jauh lebih baik daripada Mona.” “Mama belum kenal dia.” Diana—ibunya Reyhan menggeleng. “Mama kenal dia, Mama kenal dia sudah lama. Setiap kali Mama ketemu sama ibunya Mona. Dia selalu bawa Cindy ke mana pun. Bahkan sekarang seharusnya kamu bersyukur kalau mendapatkan dia, dibandingkan dengan Mona.” “Mama ngapain marah sama aku? Seharusnya aku yang marah karena Mama yang udah main ganti pengantinnya.” Aisha datang berdiri melipat kedua tangannya. “Kak, dia teman sekolah aku. Kita kan baru lulus. Kakak tenang saja, dia itu baik banget. Kakak udah pantas kok dapatin dia. Tapi kakak harus janji jaga dia baik-baik. Banyak yang naksir dia di sekolah dulu. Dan rencananya kami mau masuk universitas yang sama.” Sebentar, kepala Reyhan ingin ia jedotkan ke tembok. Artinya Cindy adalah teman adiknya sendiri? Yang tidak lain dia akan menjadi p*****l karena telah menyentuh anak dibawah umur. “Ya Tuhan, gantung Reyhan aja, Ma!” “Lebay, serius deh dia itu baik banget. Dia teman duduk aku kok. Aku juga kaget tadi waktu kakak sebutin nama dia. Terus pas lihat, itu ternyata teman aku.” Adiknya berkata dengan sangat ketus. Reyhan yang sedang tidak bisa menerima istrinya sekarang mau tidak mau harus hidup bersama selamanya. “Ma....” “Tidak ada perceraian, cocok tidak cocok dicoba. Kamu tugasnya didik istri. Bukan malah biarin istri kalau salah.” Baru saja dia hendak protes. Tapi mamanya sudah memberikan peringatan kerasa bahwa dia tidak boleh bercerai dengan Cindy. “Aku ngerti.” “Lagian kalau nungguin kamu yang nyari pasangan mungkin mustahil.” Kali ini Afnan—ayahnya Reyhan ikut angkat bicara. Reyhan memang pria bej*t tapi dia tidak pernah melawan pada orangtuanya. Buktinya dia menikah dengan wanita lain pun masih tetap dilakukannya. Terlebih karena dia tidak fokus tadi. Sudah terlanjur. “Tapi dia seumuran adik aku, Pa ...” Afnan mengangkat tangannya. “Stop bicara! Papa takut kamu malah samain Aisha sama Cindy nanti. Kalau kamu samain dia dengan bilang nyentuh Cindy sama halnya dengan nyentuh Aisha, bisa dosa kamu nyentuh istri kamu.” “Ngomongin dosa sama dia mana mempan.” Sindir adiknya. Aisha sudah pasti tahu kelakuan kakaknya di luar sana. Sebab dia pernah menangkap basah kakak kelasnya yang sedang jalan bersama dengan kakaknya sendiri ketika mereka sedang masuk ke sebuah hotel. Beruntungnya Aisha waktu itu sempat melihat kakaknya masuk ke sebuah kamar. Dia diberikan izin oleh petugas karena bersumpah bahwa itu adalah kakaknya setelah dia menunjukkan foto keluarga. Tapi Aisha sudah berjanji tidak akan membongkar itu. Apalagi sekarang yang menikah dengan kakaknya adalah teman baiknya sendiri. Tatapan Reyhan ingin sekali menelan adiknya hidup-hidup. Ia sudah merasa kacau, ditambah lagi dengan ucapan adiknya barusan. Semakin berantakan hatinya Reyhan mendengar adiknya. “Diam kamu bocah!” “Diiiih, kakak.” “Udah sana masuk aja ke kamar! Malam pertama kek!” Afnan malah tertawa ketika melihat Reyhan bangun dari tempat duduknya yang sekarang begitu cuek terhadap mereka semua. Biarlah Reyhan marah, itu hanya sementara. Waktu Mona kabur, mereka memohon agar ada yang menggantikan Mona di pernikahan itu. Ya jelas saja ada Cindy tadi. Afnan bersandar di sofa sambil menaikkan sebelah kakinya. “Serius kamu kalau Cindy itu memang baik?” “Sumpah, Pa. Kami udah temenan lama. Dia pintar juga kok. Tadi aku sempat kaget yang nikah itu dia sama Kak Reyhan. Aku sering main ke rumahnya. Tapi orangtuanya juga tadi baru tahu kalau aku adiknya Kak Reyhan.” “Syukurlah kalau dia memang baik. Papa khawatir lho tadi waktu Mona kabur. Katanya Mona nggak mau nikah sama Reyhan setelah ada yang ngasih tahu kalau Reyhan hamili cewek lain.” “Emang bener, Pa?” Aisha mulai penasaran dengan topik pembicaraan mereka. Afnan menggeleng. “Tentu tidak. Papa sudah tanya baik-baik. Bahkan Reyhan bersumpah tidak melakukannya sama yang lain, kecuali sama Mona.” “Eh?” “Kecilkan suaramu, Aisha!” Tegur Diana. Reyhan memang pria sialan yang tidur dengan Mona. “Kakak ngaku gitu?” “Iya katanya sering sama, Mona. Papa lagi jaga-jaga aja kalau terjadi sesuatu nanti. Ya soalnya Reyhan harus nikah satu kali dalam seumur hidupnya. Keluarga kita nggak ada yang pernah bercerai. Semuanya setia sama istri maupun suami. Pokoknya cerai itu diperbolehkan, tapi dibenci. Makanya Papa usahakan Reyhan harus nikah sekali seumur hidupnya.” “Kalau gitu aku ikut partisipasi aja, Pa. Ikut bantu dengan kekuatan aku. Kekuatan super jadi detektif.” “Oke siap.” “Jajannya nambah nggak, Pa?” “Pastinya nambah. Nanti Mama yang ngasih.” Diana menyemangati anaknya. Tap love kalian untuk menambahkan ke perpustakaan, ya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN