Sarapan sudah terhidang di atas meja makan. Sicilia sudah menyiapkan nasi goreng lengkap dengan toping telur ceplok, sayur slada, timun dan kerupuk emping sebagai pelengkap. Herman dan Santi sudah rapi. Mereka bersiap berangkat ke tembilahan dan memilih bus yang berangkat pagi. “Wow ... lezat sekali, Ci,” seru Santi menatap hidangan yang sudah tertata apik di atas meja makan. Matanya begitu berbinar menatap makanan-makanan itu. “Maaf, Kak. Cici terpaksa masak nasi goreng lagi. Padahal pada awalnya Cici berniat masak ikan dan sayur cah kangkung biar bervariasi. Tapi sayang, entah apa yang terjadi pada ikan dan tahu itu sehingga Cici tidak jadi memasaknya.” Sicilia mengernyit. Ia pun duduk di salah satu kursi makan tepat di sebelah Sandi. Herman yang duduk di depan Sandi, memalingkan muk

