Herman mulai melajukan motornya menuju rumah Wak Amir. Ya, semua orang memang memanggil pria itu dengan nama Wak Amir. Ada atau tidak hubungan kekerabatan dengan pria tua itu, tetap saja masyarakat sana sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan Wak Amir. Sama halnya dengan mak Yus. Tua, muda, miskin, kaya, semua memanggil ibunda Herman itu dengan sebutan mak Yus. Nama itu seakan sudah melekat dan menjadi jati diri wanita tua yang sudah melahirkan pria bernama Herman dengan segudang keburukan di hatinya. Tidak lama, motor yang dikendarai Herman pun berhenti di depan sebuah rumah bergaya tradisional. Rumah semi permanen yang begitu estetik dan terawat. Rumah yang terbuat dari kayu jati asli dengan aneka tanaman hias yang tumbuh di sekelilingnya. “Kak, apa itu rumah yang akan disewakan i

