4. Dasar Pelakor

533 Kata
"Pak, apa yang kita lakukan ini benar? Ibu merasa bersalah dengan Neng Rani. Sepertinya dia gadis yang baik tapi kita malah menjerumuskannya. Ibu takut terjadi hal buruk dengannya." "Bu, ini semua demi dendam keluarga kita. Sudah banyak korban karena keserakahan si Kuncoro. Kita hanya mengorbankan gadis itu untuk mencapai tujuan kita yaitu menghancurkan keluarga Bagaskara. Ini baru permulaan tapi perlahan-lahan bapak akan menghancurkan keluarga mereka sampai si Kuncoro itu menangis darah." "Iya, ibu tahu tapi ibu kasihan dengan Neng Rani. Apa yang akan terjadi padanya?" "Bapak yakin gadis itu akan baik-baik saja. Sudah jangan terlalu dipikirkan, lebih baik kita istirahat." ***** Perlahan aku membuka mata, kepalaku agak pusing. Aku memegang kepalaku dan mencoba bangun tapi aku terkejut melihat diriku hanya terbalut selimut tanpa sehelai pakaian. Lalu aku merasa sakit di sekitar area miss v. Aku perlahan mengingat kejadian semalam. Saat turun dari mobil, aku tidak bisa mengendalikan diriku. Lalu aku dan Pak Bima..... "Tidak mungkin.....aku melakukan hal itu. Aku sudah tidak suci lagi", sambil mencengkeram selimut dengan erat dan airmataku mulai menetes. Aku yang masih larut dengan pikiran yang kacau tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Claudia, istri Pak Bima. Claudia datang bersama Fanny, rekan kerja di kantorku sekaligus sahabat Claudia. Claudia masuk dan langsung menjambak rambutku sementara Fanny merekam video. "Dasar pelakor, tidak tahu diri. Berani kamu menggoda Mas Bima. Keterlaluan kamu." Lalu "Plak...plak...plak", beberapa tamparan mendarat di pipiku dan aku hanya bisa mengeratkan selimut di tubuhku agar tidak terbuka. Tapi Claudia malah berusaha menarik selimutku agar terbuka. "Jangan Bu....Ampun Bu....Saya mohon." "Masih punya urat malu kamu. Kamu sudah mengumbar tubuhmu di depan suami orang. Kenapa harus malu kalau semua pria di luar sana melihatnya juga? Kamu pantas mendapatkannya." Aku hanya bisa menangis mempertahankan selimut yang nyaris ketarik seluruhnya bila Pak Bima tak segera datang. "Hentikan. Apa yang kalian lakukan disini? Claudia lepaskan tanganmu. Dan kamu Fanny matikan kameranya." Pak Bima keluar dengan berbalut handuk di pinggangnya dan segera mencengkeram tangan Claudia. "Sakit Mas. Arrrggg.... Jadi benar kamu punya simpanan dan dia sekretaris kamu." "Teserah apa kata kamu. Aku tidak peduli karena kamu bukan wanita sempurna. Jadi jangan pernah mengganggu kehidupan seksku di luar. Aku butuh wanita yang bisa memuaskanku di ranjang tidak seperti kamu." "Masss Bima.... Jahat kamu. Aku tidak akan memaafkanmu. Lihat saja kalian akan terima akibatnya. Aku akan menuntut kamu, Mas." "Silahkan, aku tidak takut." Claudia merasa geram. Matanya berkaca-kaca. Lalu dia menatap ke arahku dan mengarahkan telunjuknya. "Aku akan memenjarakanmu pelakor. Dan kamu juga Mas Bima. Aku akan membuat kamu menyesal seumur hidup. " Claudia pergi dengan amarahnya disusul dengan Fanny. Kini hanya ada aku dan Pak Bima. "Kamu tidak apa-apa. Jangan khawatir, Claudia hanya menggertak. Lekas mandi, kita akan pulang hari ini." Aku mendongak ke arah Pak Bima yang tepat di sisiku. "Pak Bima, apa yang terjadi semalam bukan keinginan saya. Saya tidak tahu mengapa saya berbuat demikian." "Saya tahu kamu butuh petualangan sebelum menikah. Saya sangat menikmati kejadian semalam. Saya juga akan mentransfer sejumlah uang untuk kamu karena sudah memuaskan saya. Kita akhiri kejadian semalam sampai di sini. Aku akan bersiap-siap. Kamu cepat berkemas." Aku hanya terdiam mendengar kalimat demi kalimat yang Pak Bima katakan. Setelah apa yang terjadi tapi dia menganggap kejadian semalam hanya hal yang sepele.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN