Bab 4

1377 Kata
Rambut yang sudah di sisir agak rapi, dengan kemeja kusut yang terlihat dan wajah sedikit segar habis mencuci muka sebelum keluar gedung Tapi, masih dengan mata merem dan menguap lebar. Raya memaksakan diri untuk pulang ke kosnya. Sampai kos langsung tidur sampai sore – pikir Raya. Namun, di tengah menunggu ojek online di depan kantor. Tas selempangnya di tarik paksa oleh tangan lain Sontak mata merem milik Raya, merasa tercerahkan. Ekspresi kaget bercampur panik Saat akan teriak tasnya sudah berpindah tangan. “Sh*t!! oooii jambret” pekik Raya mengundang orang sekitar tak lupa karyawan redaksi Abi yang kebetulan baru turun dari mobilnya menghampiri Raya. Dari arah pintu gedung Dimas, Maya dan lainnya keluar. “Kenapa Ray?” Tanya Abi begitu datang mendekatk Raya “Tas saya di jambret Pak” jawab Raya kesal bercampir panik “Yuk, Ray buru kita kejar masih bisa di kejar tuh!!” teriak Gio yang sudah datang dengan motor bebeknya Secepat kilat Raya naik dan motor Gio melesat mengejar sang jambret yang melaju di depan Abi yang berdiri di samping Maya, mengkomando agar segera melapor polisi terdekat agar pengejaran berhasil “Baik, pak” jawab Maya sambil kembali masuk ke kantor dan menghubungi kantor polisi terdekat. -- Warga sekitar kejadian segera mengerumuni mobil yang menabrak tiang listrik. Mengecek apakah pengemudi masih hidup. Salah satu warga ada yang tengah menghubungi kantor polisi setempat. Melaporkan kecelakaan yang baru saja terjadi. Ketukan di kaca mobilnya, membuat Bimo menggangkat kepalanya dan melihat siapa yang mengetuknya. “Oh masih hidup” kata warga yang ikut mengerumuni mobil Bimo Erangan lirih terdengar dari bibir Bimo. Segera Bimo keluar dari mobilnya. “Mas, ndak opo-opo?” Tanya seorang bapak-bapak dengan logat Jawanya Bimo yang masih pusing dan mencoba fokus. Memegangi kepalanya sebentar. “Wah, mas kepalanya berdarah tuh” kata seseorang di samping Bimo Langsung Bimo meraba ke sekitar kening dan pelipisnya. Ada darah merah di jarinya Perih Tiba-tiba dari arah belakang Bimo, “Permisi, biar petugas yang menangangi” kata suara tegas yang membubarkan kerumunan massa Warga yang mulanya berkerumun, mulai membubarkan diri dan kembali ke aktivitas masing-masing. -- Raya yang masih setengah mengantuk dan berada diboncengan Gio. Mulai akan tidur namun, baru saja akan mulai pulas. Pekikan Gio membuat matanya melek. “Bang*at!” “Kenapa Bang?” Tanya Raya gelagapan “Tuh jambret nerobos lalin, dan ehh buset..” ujar Gio kaget Segera Gio menepikan motornya di kanan jalan. Raya yang aneh, menepuk bahu Gio pelan “Loh!! Bang ayo buru tuh jambret udah jauh” pekik Raya kesal “Heh!? Saodah noh, ada kecelakaan gara-gara jambret tadi. Ada petugas polisi juga di sana sekalian aja dah kita lapor” kata Gio sambil memarkirkan motornya dan turun. Raya yang setengah mengantuk mau tidak mau mengikuti Gio. Berjalan di belakang punggung Gio sambil merem. “Permisi pak” sela Gio sopan DUKK “Duh, Bang kalau berhenti bilang-bilang dong” gerutu Raya sambil mengusap kasar keningnya yang terantuk punggung keras calon bapak satu ini “Dih!? Loe yang nabrak gue, Bocah!!? Lagian masih sempet-sempetnye merem loe” sergah Gio galak Deheman cukup keras memecah percekcokkan Gio dan Raya. “Maaf ada yang bisa saya bantu?” Tanya salah satu petugas “Gini, pak saya mau melaporkan aksi penjambretan dan ini korbannya” jelas Gio sambil menunjuk Raya yang berdiri dengan mata merem “Baik, kami akan memrosesnya. Apakah yang terjadi di depan kantor redaksi Tama?” tanya petugas tersebut “Betul pak” jawab Gio “Baik, tadi sudah ada laporan. Dan ini juga ada kaitannya dengan kecelakaan barusan” jelas petugas “Siap, pak. Dan untuk membantu tadi saya sempet ambil gambar sepeda motor berikut plat nomornya” “Baik, nanti bapak ke kantor polisi untuk menyerahkannya” ucap petugas tersebut “Siap pak. Nanti kami akan kesana” “Baik, keterangannya sudah cukup lengkap. Izin Komandan, kami akan memroses terlebih dahulu” “Baik, segera laksanakan” jawabnya Gio yang masih mendengarkan percakapan petugas tadi dengan seseorang yang berada disampingnya. Sontak Gio menoleh. Tadi saat menghampiri petugas polisi tersebut ia tidak memperhatikan “Loh, Komandan Bimo” pekik Gio kaget Bimo yang merasa di panggil menolehkan kepalanya setelah menganggukkan kepala kepada anggotanya yang meminta keterangannya tadi. “Oh, Pak Gio. Sedang apa di sini?” Tanya Bimo Dia juga baru mengetahui keberadaan Gio. Sesaat tadi ia melihat bagian depan mobilnya dan membantu petugas yang sedang olah TKP. “Ini tadi cross check laporan jambret yang lari” jawab Gio “Oh, yang bawa motor tadi?” tanya Bimo memastikan “Iya pak. Baru kali ini ada jambret daerah sini” keluh Gio juga kesal “Iya, nanti akan kami cari penjambretnya” ucap Bimo “Eh, tapi kok komandan ada disini?” Tanya Gio heran “Tadi saya menghidari jambret yang Anda bilang” terang Bimo “Oalah gitu, tapi gak apa-apa kan pak?” Tanya Gio empati “Tidak, hanya kena pelipis sedikit ini” kata Bimo sambil meraba pelipisnya yang sudah tertutup kain kasa “Baik pak, kami mau ke kantor polisi nerusin laporan tadi” kata Gio pamit Bimo hanya mengangguk pelan sebagai jawabannya. “Dih, Ray loe enak-enakan tidur. Nyender gue lagi” keluh Gio sambil mengangkat kepala Raya dari bahunya “Pelit loe Bang..ke” gerutu Raya sambil menegakkan tubuh PLETAKKK “Mulutnya” geram Gio “Ihh, ngeselin loe Bang” kata Raya sambil membenarkan rambutnya “Terserah loe lah” kata Gio sambil berlalu menuju motornya Menghembuskan napas pelan, Raya membuka matanya dan dihadapannya sudah ada wajah Bimo yang sedang memperhatikannya dari dekat. “AAAHHH!! Sh*t, muka nya dikondisikan dong” keluh Raya yang kaget “Kamu lagi ternyata, setiap saya bertemu kamu pasti ada saja yang terluka dari saya” “Lah nyalahin, situ yang s**l kali” kata Raya sambil berjalan menghampiri Gio yang sudah mencak-mencak di atas motornya Bimo yang mendengar penuturan Raya, langsung terdiam. Matanya menatap punggung sempit itu yang tengah menggerutu, berjalan menjauh. -- Langit mendung tak menyurutkan semangat Rahmad berlari menuju rumah Raya. Ia bertekad untuk meminta maaf juga membawakan pesanan asli Raya. Kakinya berlari menyusuri jalanan kompleksnya. Gemuruh di langit, sesekali kilat menyambar tak menyurutkan niatnya. Sesampainya di pagar hitam dengan ornament naga yang khas. Rahmad mengetuk pagar tinggi tersebut dengan batu. Sudah tiga menit dirinya berdiri di sana dan berteriak nyaring. Menit kelima, sahutan terdengar dari dalam. KREEKK… “Loh, Rahmad ada apa?” Tanya Ayu setelah membuka pintu gerbang “Raya ada, Tan ?” Tanya Rahmad dengan deru napas tak beraturan “Oh Raya, lagi mandi tadi” jawab Ayu dengan tersenyum kecil “Ya sudah, Rahmad tunggu aja kalau begitu” tambah Ayu “Masuk sini, nunggu di dalem aja” ajak Ayu Rahmad tidak menjawab. Lengannya sudah di tarik memasuki rumah bergaya kuno ini. “Duduk sini sebentar ya. Tante coba lihat ke dalam, udah selesai belum Raya mandinya” Rahmad kecil hanya mengangguk patuh. Tak lama sosok yang di tunggu keluar dengan wajah ceria dan senyum polos terlukis. Rahmad yang melihat Raya sudah kembali ceria ikut senang. Segera Rahmad turun dari kursi yang didudukinya dan menghampiri Raya. “Ray, maafiin abang ya. Tadi jahil” sesal Rahmad “Iya Bang, gak apa-apa” jawab Raya dengan senyum tipis “Abang cuman bercanda tadi. Nih pesenan asli kamu” kata Rahmad sambil memberikan kotak kecil yang tadi dibawanya “Oh makasih ya Bang” ucap Raya riang Segera tangan mungil Raya membuka kotak tersebut dan begitu senang saat tahu isinya. “Wah!!? Bagus Bang, Raya suka. Makasih ya” ujar Raya “Sama-sama, Raya” Senyum tak luntur dari wajah Rahmad maupun Raya. Hingga gerimis hujan berubah jadi deras tak sanggup melunturkan senyum mereka. “Loh Mad, belum pulang?” Tanya Ayu yang tiba-tiba datang “Iya, tan. Ini mau pulang tapi hujannya deras” ujar Rahmad malu-malu “Huuu… Bang Rahmad alesan Bun” ejek Raya “Yee… emang deres Ray” elak Rahmad tidak mau kalah “Hussstt… kok jadi berantem sih. Ya udah masuk ke dalam aja yuk. Nanti tante telponin ke emakmu aja” ujar Ayu Rahmad mengangguk senang. Namun, kesenangan Rahmad harus sirna. “Assalamualaikum, Mad!!” teriak suara menggelegar dari luar pagar “Mad, buru balik nih emak bawain payung” tambahnya Dengan tergesa Ayu menuju pagar rumahnya, membuka kuncinya dan menggesernya pelan. “Baru aja mau saya telpon” ujar Ayu begitu mendapati emak Rahmad “Udeh, gak ape-ape. Itu tadi Rahmad pergi cuman bilang ke rumah Raya. Gue teriakin suruh bawa payung, eh malah udah jauh. Ya udah di susulin ini” ujar Emak “Yah emak, kok di susul” keluh Rahmad sambil mendekati emaknya “Dicariin babe noh. Buru balik ayoo” ajak emak “Iye mak” jawab Rahmad pasrah “Pamit sama Raya sama ibuknye” suruh emak “Tante, aye pamit pulang. Ray besok main lagi ya” kata Rahmad sebelum menerima payung dari emaknya “Ya udeh, balik ye. Assalamualaikum” ucap emak “Waalaikumsalam” jawab Ayu dan Raya . . . Holaaa Hasil revisi nih Enjoy it gengs Jangan lupa tap love dan follow akun ku Bedankt :)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN