Tap. Tap. Tap. Langkah kaki cepat dan tergesa-gesa memecah keheningan Sigangwon ini. Langkah kaki itu ... milik Taehyung. Kim Taehyung.
"Jungkook-ah, putri mahkota telah dipilih!" serunya setelah memberi tundukan hormat padaku dan pada Kim Munhak.
Mataku terbelalak. Apa yang baru saja kudengar membuat rasa penasaranku naik drastis.
"Benarkah? Siapa yang terpilih menjadi putri mahkota?" tanyaku gemas.
"Yang terpilih menjadi putri mahkota adalah ...,"
s****n. Taehyung menggantung kalimatnya.
"Aku sendiri tidak tau. Lebih baik kau memastikannya sendiri Jungkook-ah! Sekarang putri mahkota ada di ruangan raja," sambungnya.
Aku mendelik. Ia memberi berita setengah-setengah. Tsk! Dan apa katanya tadi? Memastikan sendiri? Aku kan sedang belajar. Jika aku memastikan siapa yang menjadi putri mahkota, lalu bagaimana dengan Kim Munhak? Aku tak mungkin meninggalkannya sendirian.
Tapi ...Dentuman-dentuman dalam hatiku ini rasanya tak bisa tenang. Rasa penasaran ini ... Ah, lebih baik aku bertanya saja pada Kim Munhak.
"Kim Munhak, kira-kira apa yang harus kulakukan? Memastikan siapa yang menjadi putri mahkota atau menunggu dan berdiam diri di sini?" tanyaku penuh tanda tanya.
Ia tersenyum bijak. Lesung pipinya terukir sempurna di wajah tampannya.
"Ikuti kata hatimu pangeran," ucapnya bijak. Seperti biasanya.
Ikuti kata hati ya?
Baiklah ...
Kalau begitu ...
Persetan dengan yang namanya belajar!
...
"Jungkook-ah, apa kau yakin?" bisik Taehyung.
"Ssssttt! Diamlah! Bisa-bisa kita ketahuan!" ujarku.
Kau tau? Sekarang kami sedang berada di bagian luar ruangan raja. Rencananya, kami akan mengintip melalui celah-celah lubang angin yang ada di bagian atas pintu. Sungguh ini bukanlah hal yang benar. Tapi apa boleh buat, aku harus tau siapa calon pendampingku kelak.
Aku memanjat menggunakan kursi terdekat. Kusejajarkan mataku dengan celah-celah lubang angin. Jaa! Itu dia! Aku melihat aboeji duduk berhadapan dengan seorang gadis berhanbok biru cerah. Tapi sialnya ... aku tak bisa melihat wajah sang gadis. Aish!
Tak lama, gadis itu memberi hormat. Ia berdiri dan membalikkan badannya. Sekarang aku bisa melihat wajahnya. Tepat saat itu juga ...Hatiku menghangat ... Rasanya sebuah mentari kecil terbit dalam hatiku. Gadis itu ... Han Byeol.
Han Byeol lah yang jadi putri mahkotaku! Ia yang akan jadi pendamping hidupku! Secercah senyuman kuukir tulus. Taehyung pun ikut tersenyum. Aku hampir saja berteriak histeris kalau aku tak ingat kami sedang mengintip diam-diam.
"Jungkook-ah, ayo kembali! Lama-lama kita bisa ketahuan," ajak Taehyung. Aku mengangguk cepat dan turun dari kursi.
Terima kasih dewa, kau telah mengabulkan permintaanku!
...
Han Wol pov
Hosh ... Hosh ... Hosh ... Aku mengerutkan keningku. Apa yang membuat Yoon Gi orabeoni datang ke kamarku dengan bernapas tersengal-sengal begitu?
"Han Wol-ah, aku punya kabar!" ujarnya.
"Apa?" tanyaku.
"Han Byeol!" serunya. s**l. Orabeoni selalu saja bicara setengah-setengah.
"Han Byeol terpilih menjadi putri mahkota!" katanya senang.
"Benarkah?" aku tersenyum senang. Akhirnya Han Byeol bisa meraih keinginannya untuk menjadi putri mahkota. Ia bisa bersama dengan putra mahkota yang ia cintai. Aku turut bahagia.
Namun ... Jauh di dalam sana ... Dalam hatiku. Setitik kesedihan menggores. Kenapa? Dengan terpilihnya Han Byeol sebagai putri mahkota, itu artinya aku tak akan bisa keluar dari rumah lagi. Orang-orang pasti akan menurunkan Han Byeol dari jabatannya sebagai putri mahkota jika mereka tau Han Byeol memiliki seorang saudari kembar. Karena mereka percaya, anak kembar adalah pembawa kesialan.
Gwaenchanna ... Aku baik-baik saja. Sungguh. Lagi pula apa yang bisa kulakukan di luar sana? Tidak ada kan?
"Aku tau perasaanmu," lirih orabeoni.
Tidak. Aku berbohong. Aku tidak baik-baik saja. Orabeoni mendekap tubuhku hangat. Ia memang paling tau soal apa yang kurasakan. Ia selalu menjadi yang paling tau. Pelukan orabeoni membuatku merasa tenang sejenak. Walau dalam hati tetap saja berkecamuk perasaan sedih ini.
"Kau memang tak bisa bebas menikmati dunia luar. Tapi tenanglah orabeoni selalu bersamamu," katanya lembut.
Orabeoni adalah kakak terbaik yang pernah ada. Aku bangga memilikinya. Ia bahkan bertekad tidak menikah hanya untuk menjagaku seumur hidupnya. Namun ... Jika aku tak bisa keluar rumah, artinya aku tak bisa bertemu pemuda bernama Jungkook itu. Artinya pertemuan yang lalu adalah pertemuan pertama dan terakhir. Aku bahkan belum mengucapkan terima kasih padanya. Belum lagi perasaanku ini, aku menyukainya. Hati ini menginginkannya.
Jika memang aku tak ditakdirkan untuknya tak mengapa. Hanya saja ... aku ingin bertemu dengannya sekali lagi. Untuk sekedar mengucapkan terima kasih dan menatap mata indahnya. Tak bisakah?
...
Author pov
"Jeonha ... pemberontakan di daerah Jeju sudah tidak bisa dielakkan lagi," kata Song, sang menteri pertahanan negara.
Seluruh menteri dengan hanbok merah seragam yang ada di sana mengangguk-angguk. Sang raja pun terlihat mengerutkan keningnya. Ia berpikir.
Bukan sebuah rahasia lagi, di Jeju sekarang ini dipenuhi kecemasan dan ketakutan. Para pemberontak membuat kekacauan baik dari segi ekonomi mau pun psikis. Jika pemerintah berdiam diri maka tak lama lagi Jeju akan menjadi kerajaan sendiri. Tidak. Tentu sang raja tak akan merelakan tanah Joseon semudah itu.
"Lalu menurutmu apa yang bisa kita lakukan Menteri Song?" tanya raja.
"Tak ada jalan lain. Kita harus berperang jeonha," jawab Menteri Song.
"Benarkah? Baiklah ... kurasa kita memang harus berperang. Tapi sebelum pergi berperang ada sesuatu yang ingin kulihat," ucap raja.
"Apa itu jeonha?"
Tentu saja semua orang penasaran. Tidak biasanya raja minta sesuatu dengan nada seserius itu.
"Pernikahan Putra Mahkota dan Putri Mahkota,"
"Apa? Pernikahan?"