3. Coin Bag Girl

955 Kata
    Jungkook tiba-tiba mengerutkan keningnya. Seakan terkejut akan sesuatu.     "Tunggu? Apa katamu? Pemilihan putri mahkota?!" tanya Jungkook kaget.     "Ye. Apa kau tidak tau?" Taehyung bertanya balik.     "Tidak. Aku sama sekali tak tau," jawab Jungkook.     "Ibu Suri merencanakan pemilihan putri mahkota sejak dua pekan yang lalu. Dan semua rakyat pun tau. Larangan menikah juga sudah diberlakukan pada seluruh gadis negeri ini sejak pekan lalu," papar Taehyung.     Jungkook menghela napasnya. Sejujurnya, ia tak suka dengan peraturan kerajaan yang memaksanya untuk menikahi gadis pilihan ibu suri. Ia ingin sekali seperti pemuda di luar sana yang bebas untuk jatuh cinta dan memilih pendampingnya. Namun apa daya, tradisi tetaplah tradisi. Dan seorang putra mahkota tetaplah membutuhkan putri mahkota. Jika ia menolak pun, semuanya akan sia-sia. Yang bisa ia lakukan hanyalah ...     "Kalau begitu, aku harus memastikan ibu suri memilih gadis sesuai keinginanku,"                                                                                                                 ...     "Jadi aboeji menamparmu lagi hari ini? Kan eomeonim sudah bilang, jangan keluar rumah lagi. Kau tau kan aboeji-mu itu sangat pemarah orangnya?" tanya wanita setengah baya berhanbok hijau tua.     "Gwaenchanna eomeonim. Aku memang salah," lirih Han Wol. "Aku juga salah dalam hal ini eomeonim. Seharusnya aku tidak membiarkannya keluar," sambung Han Byeol.     Eomeonim menatap kedua anak kembarnya. Ia tersenyum simpul dan mengelus kedua gadis identik itu.     Tap tap tap! Langkah kaki tegas terdengar dari dalam rumah. Ketiga perempuan itu paham benar suara langkah kaki siapa itu. Langkah kaki itu ... milik aboeji.     "Aboeji, anda sudah pulang?" ucap Han Byeol. Han Byeol 'agak' heran dengan kepulangan sang aboeji. Ini masih sore namun ia sudah pulang? Tidak biasanya. Sebagai menteri pertanian, aboeji biasanya akan pulang agak larut. Menyelesaikan tugas dan dokumen-dokumen kenegaraan. Kerja kerasnya lah yang membuat beliau terkenal dan dihormati di seluruh penjuru negeri. Tanya saja pada rakyat jelata siapa menteri pertanian Joseon, mereka pasti langsung sigap menjawab 'Min Kang Woo!'. Belum lagi sikapnya yang ramah dan baik hati. Sungguh menjadi poin tambahan bagi seorang pejabat negara.     "Ne. Hari ini seluruh menteri diijinkan pulang awal. Karena apa? Karena besok akan diadakan ajang pemilihan putri mahkota," papar aboeji.     "Pemilihan putri mahkota?"     "Iya pemilihan putri mahkota. Dan kau harus mengikutinya Han Byeol," jawab aboeji.     "Apakah aku akan ikut pemilihan putri mahkota juga?" tanya Han Wol.     Sang aboeji diam sejenak. Ia menatap tajam putrinya tersebut.     "Tidak! Jangan bermimpi untuk mengikuti ajang semacam itu. Aib keluarga sepertimu tidak berhak!" ujar aboeji kasar.     Menteri pertanian Min Kang Woo memang orang yang ramah dan baik hati. Namun keramah tamahannya tak pernah berlaku bagi darah dagingnya sendiri yang bernama Min Han Wol. Han Wol adalah aib. Dan Han Wol tau benar perkara itu.                                                                                                                     ...     "Jungkook-ah, tidakkah kau ingin melihat calon-calon putri mahkotamu?" tanya sang raja dari singgasana megahnya.     "Ye jeonha ... aku akan melihatnya nanti," jawab Jungkook.     "Nanti? Astaga putraku, apa lagi yang harus kau lakukan? Sekarang adalah waktu yang pas untuk melihat mereka," ucap raja.     "Tidak. Kita masih harus membicarakan masalah negara," tolak Jungkook.     Raja menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukan apa, putranya itu sudah beberapa jam ada di ruangan ini. Dan selama beberapa jam itu pula ia terus membicarakan masalah kenegaraan.     "Tidak. Kau harus melihat calon putri mahkota. Ini adalah titah raja. Mengerti?" tanya raja.     Jungkook menghela napasnya.     "Baiklah aboeji," Jungkook pov     Aku melangkahkan kakiku tegas. Keluar dari tempat kebesaran raja. Tepat di depan pintu, Taehyung telah menunggu. Berdiri dengan gagahnya bak seorang ksatria pembela kebenaran. Aku menepuk bahu bidangnya. Ia terkesiap dan bahkan hampir menarik pedangnya. Ia pasti terkejut. Lucu. "Hahaha, kau terkejut ya Taehyung?" ucapku. Ia menghela napas lega. "Kau tau kan paviliun tempat diadakan pemilihan putri mahkota? Antar aku kesana!" ujarku.                                                                                                             ...     Warna-warni hanbok mewarnai bagai pelangi sehabis hujan. Kini, aku sudah sampai di paviliun merah. Tempat pemilihan putri mahkota. Saat ini calon-calon pendampingku sedang menjalani tes minum teh. Tidak. Aku tak peduli dengan tes itu. Sungguh. Mataku mencari-cari. Gadis itu ... apa ia tak mengikuti pemilihan putri mahkota?     Mataku tiba-tiba fokus pada seorang gadis berhanbok biru. Rambutnya yang dikepang membuatnya terlihat semakin cantik. Aku yakin itu dia. Aku yakin gadis itulah yang berani memukulku kemarin. Aku yakin gadis itulah yang membuatku tak bisa tidur karena terus memikirkannya.     "Taehyung-ah, dia ada di sini. Suruh dia menemuiku di paviliun anggrek setelah ujian minum teh selesai," perintahku.                                                                                                             ... Author pov     Deg deg deg! Jantung Han Byeol berpacu cepat. Mengiringi langkahnya yang takut-takut. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia takut saat ini.     Takut? Ya, siapa juga yang tidak takut jika tiba-tiba dipanggil seorang putra mahkota tanpa alasan jelas? Han Byeol tak tau mengapa ia dipanggil. Ia tak tau kesalahan apa yang telah ia perbuat. Yang ia tau hanyalah ia harus mengikuti seorang pengawal untuk menemui sang pangeran.     Langkah kaki pengawal di hadapannya terhenti. Itu artinya mereka telah sampai di tempat sang pangeran berada. Han Byeol belum pernah melihat wajah pangeran. Jangankan melihat wajahnya, namanya saja Han Byeol tak tau.     "Ini ruangannya agassi," tutur sang pengawal.     Han Byeol tersenyum paksa. Tangannya yang gemetar membuka pintu paviliun. Pintu terbuka sedikit demi sedikit. Menampilkan bagian belakang seorang pemuda dengan hanbok hitam bersulamkan emas. Dari belakang saja Han Byeol bisa merasakan aura kepemimpinan di sana.     "Hamba menghadap jeonha," lirih Han Byeol.     Ia bersujud memberi penghormatan. Setelah itu ia kembali berdiri. Namun kepalanya ia tundukkan dalam-dalam. Jungkook tersenyum dalam diamnya. Ia berbalik. Memandang wajah gadis di hadapannya.     Jungkook benar-benar yakin bahwa gadis di hadapannya saat ini adalah gadis yang memukulnya kemarin. Gadis yang mencuri perhatiannya sejak pertemuan pertama. Tapi kau tau sendiri, Jungkook salah besar. Gadis yang ia temui kemarin adalah Han Wol. Bukan Han Byeol.     Jungkook melangkahkan kakinya agresif. Rasa takut di hati Han Byeol makin membumbung tinggi. Satu langkah Jungkook maju, maka satu langkah pula Han Byeol mundur. Sampai akhirnya ...     Duk!     Punggung Han Byeol menyentuh dinding. Itu artinya tak ada lagi ruang untuknya bergerak. Jungkook memojokkan Han Byeol. Tangannya mengunci pergerakan gadis itu.     "Kita bertemu lagi gadis kantong koin,"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN