Queen masih bertahan untuk tetap duduk menunggu, karena Queen tak mau menyia-nyiakan semangat dan tujuannya yang sudah berhasil untuk datang menemui Robert, hingga 15 menit kemudian barulah Queen mendengar lenguhan panjang penuh kepuasan dari Robert. Sontak Queen menoleh, menatap ketika Robert yang sedang menengadah ke atas sembari memejamkan matanya. Posisi Robert yang duduk di atas meja kerjanya membuat Queen bisa melihat dengan jelas ekspresi yang Robert tunjukan, meskipun Queen tak bisa melihat apa yang sedang dilakukan oleh sekertaris Robert, karena tertutup oleh kaki Robert yang bertumpu di atas kursinya. Namun, Queen jelas tau apa yang dilakukan oleh wanita itu tanpa melihatnya.
Wanita itu berdiri dari posisi berlututnya, memandang Robert penuh kepuasan karena berhasil memberikan service yang mengesankan untuk sang bos. Queen belum mengalihkan pandanganya, Queen masih menatap wanita yang berdiri di hadapan Robert dengan kemeja yang nyaris semua kancingnya terbuka, bahkan rambut wanita itu pun sangat berantakan. Wanita itu mencoba untuk mencium bibir Robert, namun Robert justru mengelaknya.
‘’Sekali saja, biarkan aku menciummu, Tuan,’’ ucap wanita itu dengan manja, Queen yang mendengarnya hanya bisa mendengus jijik melihat kelakuan sekertaris Robert itu. Karena tak mendapat respon dari Robert, membuat wanita itu segera membenarkan pakaiannya, yang sangat kontras dengan Robert yang bahkan masih berpakaian rapi namun minus sabuk dan kancing celananya yang terbuka.
"Kau boleh keluar, Adele!" perintah Robert dengan tegas, sembari merapikan celananya kembali. Robert sempat melirik Queen yang sedang menatapnya.
"Terima kasih, Tuan." Wanita bernama Adele itu berjalan keluar dengan memandang Queen dengan sinis karena sudah mengganggu acara penuh kenikmatan bersama dengan bos tampannya.
‘’Apa yang anda lakukan di ruangan saya, tanpa janji temu seperti ini Nona Jeslyn?’’ tanya Robert sembari mengelap jemari tanganya dengan tisu basah yang tersedia di atas meja.
‘’Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu, Robert.’’
‘’Jika saya boleh memberi saran, jangan lakukan hal yang anda lakukan tadi pada orang lain, karena itu sangat tidak sopan. Anda menerobos masuk ke ruangan saya tanpa permisi, itu juga sedikit membuat saya merasa tidak nyaman, sebab anda sudah mengganggu kegiatan dan privasi saya,’’ jelas Robert dengan ekspresi menyindir.
"Tuan Robert, bersediakah anda mencuci tangan dan mulut anda sebelum berbicara dengan saya? Saya merasa sedikit jijik." Queen mengeluarkan raut mencemooh untuk Robert sebagai balasan atas ejekannya barusan.
"Maaf jika anda merasa keberatan, namun di sini saya tidak wajib untuk membuat anda merasa nyaman di saat anda bahkan membuat saya tidak nyaman dengan kehadiran anda di sini yang sudah mengganggu waktu saya. Anda bisa pergi sekarang juga dan kembali lagi ketika tangan dan mulut saya sudah bersih lain waktu." Robert menunjukan pandangan dinginnya pada Queen, tetapi tatapan seperti itu tak akan membuat seorang Queen yang sekarang menjadi takut. Queen bahkan tak merasa terintimidasi sekalipun pada aura dingin yang Robert pancarkan sejak kehadiranya di dalam ruangan ini.
"Mungkin anda benar, jika saya seharusnya pergi karena ini bukan waktu yang tepat untuk saya berbicara dengan anda. Maafkan saya yang sudah terlalu bodoh untuk menunggu aktifitas kalian hingga usai, namun tak menghasilkan apa-apa yang membuat waktu saya terbuang sia-sia. Lagi pula sekarang saya agak merasa mual karena berada di ruangan ini, karena semakin lama terasa begitu menjijkan.’’ Queen berdiri dari duduknya dan menatap Robert denga kesal.
‘’Permisi!’’ pamit Queen dengan ketus. Robert sedikit tersulut emosi mendengar ucapan Queen yang terdengar mengejeknya.
"Tak ada yang mengundangmu juga di sini!" langkah Queen terhenti mendengar apa yang baru saja di ucapkan oleh Robert.
"Maaf jika aku membuatmu begitu kesal karena telah membuat kegiatanmu terganggu, Tuan Robert." Queen melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti namun ketika tanganya membuka pintu ruangan, tubuh Queen sudah di penuhi laser berwarna merah yang menjadikan dirinya sebagai target utama dari bidikan senjata. Dia terkaget karena ada lebih dari 30 pria bersenjata lengkap sedang menodongkan senjata kearahnya.
"Wow, ada apa in!" Queen mengangkat kedua tanganya di atas kepala. Karena di sini tak ada celah untuk dirinya menyerang atau bahkan kabur di tengah kepungan pria bersenjata lengkap itu.
"Ada apa ini, David!" Bentak Robert yang tiba-tiba muncul menghampiri keramaian di depan ruanganya, Robert lalu menarik tubuh Queen untuk menyembunyikan di belakang tubuhnya. Queen memandang punggung kokoh Robert dengan tersenyum haru, seketika matanya terasa memanas namun Queen berusaha untuk menahanya.
"Sampai kapanpun kau akan tetap menjadi pelindungku Robert," batin Queen tersenyum senang.
"Wanita itu menerobos masuk ke ruangan anda tanpa izin resmi. Saya sudah berusaha untuk menghadangnya namun dia berhasil melawan. Dengan kemampuan bela dirinya maka dia berpotensi untuk menjadi bahaya bagi anda, Tuan," jelas David. Beberapa anak buah Robert menerobos masuk ke ruangan Robert dan mengepung Queen yang ada di belakang tubuh Robert.
"Dia temanku! Tak ada yang perlu kalian khawatirkan. Dia juga tak berpoptensi berbahaya untukku!"
"Harap anda tidak terkecoh Tuan." Bagi David menyelamatkan dan menjauhkan Robert dari bahaya adalah tugas utamanya. Dia belum pernah melihat atau mengenal musuh di depannya ini, David hanya takut bosnya terkecoh dengan paras cantik wanita di depannya yang ternyata adalah sebuah bahaya.
"Apa kau tak mendengarku David! Keluar dan tarik semua pasukan! Keluar!!" Robert berteriak lantang, yang membuat David dengan terpaksa menarik mundur pasukanya. Satu persatu seluruh anak buah Robert pergi kearah lift. David lalu menunduk hormat ke arah Robert dan juga Queen.
“Maaf atas kesalah pahaman yang sudah terjadi, Nona,’’ ucap David yang hanya di jawab dengan senyuman dan anggukan kepala oleh Queen.
‘’Sebaiknya kita masuk!’’ perintah Robert yang langsung kembali masuk ke dalam ruanganya, sedangkan David menutup pintu ruangan Robert dari luar. Queen dengan terpaksa mengikuti Robert untuk kembali masuk ke dalam ruangannya.
-o0o-
Robert asyik bercanda bersama Agatha di dalam mobil. Tetapi tak sengaja matanya menangkap siluet seseorang yang dia kenal. Robert melajukan mobilnya lebih cepat untuk menyamakan kecepatan mobilnya dengan sebuah motor sport di depanya, saat berhenti di persimpangan lampu merah, Robert memperhatikan dengan teliti, dan benar saja jika wanita yang sedang berboncengan dengan seorang pria menggunakan motor sport itu adalah Queen, istrinya. Queen terlihat memeluk pinggang laki-laki itu erat. Karna bentuk helm si pengemudi dan kaca helm yang berwarna hitam, membuat Robert tak bisa mengenali pria itu. Robert ingin menghubungi Queen, tapi dia melihat ada notifikasi jika Queen sudah menghubunginya 3x. Robert teringat jika dia memang sengaja mengatur silent mode agar tak ada yang mengganggunya saat sedang bersama dengan Agatha. Robert mencoba menghubungi Queen tapi tak kunjung di angkat. Robert lalu memutuskan untuk menghubungi David.
"Di mana dia?" hanya dengan menanyakan ‘di mana dia’, David sudah mengerti siapa yang di maksud oleh Robert.
"Nyonya sedang keluar bersama Tuan Dojima, Nyonya Jeslyn sudah meminta ijin pada Tuan Gilbert dan Nyonya Ellisabeth," jawab David secara ringkas.
"b******k!" Agatha kaget dengan umpatan Robert yang tiba-tiba.
"Kapan mereka pergi?" tanya Robert lagi dengan ekspresi marahnya.
"Setengah jam setelah anda pergi," jawab David dengan santai.
"Kemana mereka pergi?"
"Mereka meminta izin untuk mengelilingi Italia, GPS memantau mereka memang hanya berputar-putar Tuan,"
"Terus awasi mereka!" perintah Robert tegas. Lalu memutus sambungan telefon tanpa menunggu jawaban David.
"Apa ada masalah?" tanya Agatha khawatir, melihat raut muka Robert yang terlihat sedang menahan emosi.
"Tak apa, hanya ada tikus kecil yang berusaha mencuri milikku," jelas Robert datar.
"Apa sebaiknya kita kembali? Kau selesaikan dulu urusan pekerjaanmu. Kita bisa pergi lain kali."
"Tak perlu, kemana lagi kita akan pergi?" Robert merubah ekspresinya menjadi bahagia kembali. Karena Robert tak ingin membuat Agatha kecewa.
-o0o-
Selama seminggu Robert pergi, Queen sangat merasa kesepian. Biasanya selalu ada Robert di Mansion sebesar ini. Selama seminggu ini, Queen sering pulang terlambat, karena banyaknya reservasi dan juga karena dia tak mau sendirian di rumah. Queen akan melupakan kesepiannya sejenak jika dia sedang sibuk dengan pekerjaanya.
"Nona, sekarang sudah pukul 9 malam, apakah anda tak akan pulang?" Eveline mengingatkan Queen yang sedang sibuk dengan laporan Cost Control bulan ini.
"Aku bahkan tak menyadari sudah pukul 9, baiklah aku akan pulang saja. Aku juga sudah lelah." Queen mengecek ponselnya, dan ternyata masih sama, Robert belum juga menghubungi atau memberi kabar apapun padanya.
"Apakah Tuan Robbert belum menghubungi anda Nona?" tanya Eveline, dialah satu-satunya teman Queen, maka tak jarang sesekali Eveline merupakan tempat curhat bagi Queen meskipun tak mencakup semuanya.
"Seperti yang kau tau Eve, aku hanya khawatir padanya," jawab Queen sedih.
"Tetap semangat Nona, aku yakin Tuan Robert benar-benar sedang sibuk."
"Ah sudahlah … aku pulang, Eve." Pamit Queen.
"Hati-hati di jalan, Nona."
-o0o-
Sesampainya di Mansion, Queen melihat mobil Robert terparkir di depan. Dengan senangnya, Queen berjalan cepat memasuki Mansion. Di depan pintu utama, dilihatnya David berdiri seakan memang sedang menunggunya.
"David," sapa Queen dengan girang karena melihat David kembali.
"Tuan Robert sudah menunggu anda, Nyonya."
"Dia menungguku?" senyum Queen mengembang mengetahui suaminya sudah pulang dan sedang menunggunya.
"Apa dia merindukanku?" batin Queen girang
"Mari Nyonya, Tuan menunggu anda di ruang keluarga." David berjalan mendahului Queen.
"Apa aku tak perlu mandi dulu?" tanya Queen, David nampak bingung untuk menjawab Queen.
‘’Ya sudah, tak usah." Queen berjalan beriringan bersama dengan David menuju ruang keluarga. Dilihatnya Robert duduk di sofa besar dan di seberang Robert, nampak punggung seseorang, karena terlihat rambutnya yang panjang hitam legam, maka Queen berspekulasi jika dia adalah seorang wanita. Queen sedikit bingung dengan suasana di ruangan ini, jantungnya tiba-tiba berdetak mulai cepat. Saat Queen sudah sampai di depan sofa, dilihatnya wanita yang sedang duduk di hadapanya ini sedang hamil. Perutnya sudah sangat besar, mungkin sekitar 7 bulan. Queen duduk dengan hati-hati di sofanya.
"Kenapa baru pulang?" sapa Robert dingin, tak bertemu selama 1 minggu bukanlah kata-kata itu yang ingin Queen dengar. Queen merasakan sesak di dadanya tiba-tiba, nyatanya Robert tak pernah merindukanya.
"David, bisa kau ambilkan aku air?" pinta Queen mengabaikan pertanyaan Robert.
"Baik Nyonya," jawab David lalu segera berlalu pergi.
‘’Queen,’’
"Aku sedang lembur, banyak reservasi di Restaurant, kau juga pergi selama seminggu tanpa memberi kabar, jadi aku kesepian makanya aku memilih lembur," jawab Queen pelan, takut jika Robert akan marah.
"Aku ingin memperkenalkan seseorang, ini Abigail." Queen memandang wanita itu yang terlihat diam sejak tadi.
"Gadis yang manis." batin Queen
"Hai, aku Jeslyn." Queen mengulurkan tangannya kea rah Abigail.
"Salam Nyonya Jeslyn, saya Abigail." Abigail menerima uluran tangan Queen dengan gugup.
"Jangan panggil aku nyonya, cukup Jeslyn saja." Queen tersenyum manis ke Abigail.
"Mulai hari ini Abigail akan tinggal di sini." Suara Robert tiba-tiba. Queen mengerutkan keningnya heran.
’Memang siapa dia? Kenapa harus tinggal di sini?’’ batin Queen.
"Dia sedang mengandung anak-ku." tambah Robert, seolah mengerti apa yang sedang difikirkan oleh istrinya. Robert menatap mata Queen tanpa berkedip, sedangkan Queen hanya terdiam tak merespon ucapan Robert.
"Tuan, apa maksudnya ini?" Abigail terlihat sangat bingung dengan yang baru saja dijelaskan oleh Robert.
"Diamlah Abi, kau tanggung jawabku mulai sekarang!" jawab Robert tegas, tanpa melepaskan tatapan matanya ke arah Queen yang masih tetap terdiam.
"Tapi Tuan, kenapa saya harus tinggal di sini?" tanya Abigail lagi, yang mulai tak nyaman dengan atmosphere di ruangan ini.
"Karena kau mengandung anakku!" jelas Robert yang mulai kesal karena Abigail terus membantahnya. Queen tetap diam, perdebatan Robert dan Abigail pun tak membuatnya menjadi penengah. Kata-kata Robert masih terus terngiang-ngiang di telinganya.
"Nyonya, ini air yang anda minta." David datang dengan tiba-tiba. Queen berdiri meraih gelas yang diberikan oleh David, menghabiskannya hingga tandas hanya dalam 10 detik.
"Aku tau, suatu saat hal seperti ini akan terjadi, aku hanya tak menyangka akan secepat ini, di usia pernikahan kita yang masih 4 bulan." Queen berbicara dengan tenggorokan yang tercekat, menatap kecewa ke arah Robert.
"Abigail, Robert benar, kau adalah tanggung jawabnya mulai sekarang begitupun aku. Aku juga akan merawatmu, kau tak usah khawatir." Queen menatap teduh ke arah Abigail. Meskipun sosok Abigail di sini adalah sebagai seorang penghancur rumah tanggnya, tapi entah mengapa, Queen merasa jika Abigail bukanlah seseorang yang berbahaya, Queen tak mengangap jika Abigail adalah musuhnya, karena pancaran teduh dari tatapan matanya.
"Aku lelah, ingin segera beristirahat, kau juga harus beristirahat Abigail karena tak baik untuk ibu hamil sepertimu tidur terlalu malam." Queen beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang keluarga begitu saja.