Chapter 5

1015 Kata
Hari sudah menjelang pagi. Suara burung dan ayam bersahut-sahutan, tanda mereka menyambutnya dengan perasaan gembira. Violet masih berada di atas kasur dengan mata yang terpejam sempurna, rupanya masih tidurdan nyenyak sekali. Tidak perduli jika hari sudah mulai pagi, karena pikirnya ini adalah weekend dan juga kantor sedang libur. "Vivi!" teriak Trias dan juga Mentari dari pintu kamar Violet. Trias dan Mentari berniat untuk mengajak Violet jalan-jalan, karena berhubung ini adalah libur dan mereka mempunyai kesempatan untuk menikmati waktu penuh untuk dihabiskan secara bersama-sama. Lisma menghampiri dua orang sahabat dari Violet yang sedari tadi begitu setia untuk berdiri dan memanggil namanya di depan pintu. Merasa kasihan dan menyuruhnya untuk duduk di kursi tamu saja. "Kalian duduk dulu, biar Ibu yang bangunin Violet di dalam." Lisma kemudian mengambil kunci cadangan dari balik saku bajunya, dan mulai membuka pintu itu dengan tenang. Trias dan Mentari mengikuti apa yang diucapkan oleh Lisma, tetapi sebelumnya mengucapkan terima kasih terlebih dahulu. "Trias tunggu di ruang tamu saja ya, Bu," ucap Trias yang dibalas dengan sebuah anggukan oleh Lisma sebelum masuk ke dalam kamar Violet. Lisma masuk ke dalam kamar Violet. Ia menggelengkan kepalanya saat melihat putrinya masih saja pulas tertidur, dan tidak perduli jika hari kini sudah beranjak siang. Lisma menghampiri tempat tidur Violet, dan duduk di sampingnya. Tangan lembut itu mulai mengguncang pelan tubuh dari putrinya, dan sesekali memanggil nama hingga akhirnya terbangun juga. "Nak!" "Violet! Vivi, bangun!" Violet menggeliat pelan. Ia kini mulai membuka matanya perlahan dan melihat wajah Lisma terlebih dahulu yang tengah tersenyum. "Ibu? Kenapa bisa ada di kamar, Vivi?" tanya Violet terkejut. "Kamu ini sudah pagi masih aja tidur, liat deh di ruang tamu ada siapa," kata Lisma lembut. Violet yang rupanya masih belum begitu sadar dengan penuh, tidak perduli dengan apa yang diucapkan oleh Lisma barusan. "Sekarang itu hari libur, Ibu! Vivi masih ngantuk banget." "Kamu ini anak perempuan, gak boleh bangun sampe siang gitu, gak baik!" petuah Lisma yang dibalas anggukan saja. Violet beranjak dari tempat tidurnya dan mulai menghampiri jendela yang masih tertutup oleh hordeng. Matanya menyipit saat sinar mentari masuk dengan cepat pada retinanya, ia baru sadar jika ini sudah siang. "Huft! Vivi mau mandi dulu deh, Bu," putus Violet yang setelah itu langsung pergi menuju kamar mandi. Lisma hanya memperhatikan Violet yang kini masuk kamar mandi. Setelah itu keluar dari ruangan tersebut, dan menghampiri Trias juga Mentari yang menunggunya di ruang tamu saat ini. Kamar mandi Violet satu ruangan dengan kamarnya, karena ini lebih fleksibel menurutnya. Biasanya jika rumah di kampung itu berada paling belakang, dan pasti akan membuang banyak waktu. Trias melihat Lisma yang keluar dari kamar Violet, dengan senyum yang tertampil. Lisma duduk di salah satu kursi dan berhadapan langsung dengan Trias juga Mentari. "Vivi sudah bangun dan sekarang tengah mandi. Memang rencana kalian mau pergi kemana sekarang?" tanya Lisma kepo. Mentari kini membuka suaranya. "Kita pengen jalan-jalan ke kota lama saja, Bu." Trias mengangguk. "Itu rencana kami, tapi entah Vivi mau atau tidaknya. Biasanya dia selalu saja mempunyai tempat yang menarik untuk ditawarkan pada kami." "Bener banget itu, Bu," timpal Mentari cepat. Lisma terkekeh pelan. Ia sebenarnya tahu dengan baik bagaimana sifat dari Violet dan wawasannya begitu luas. Apa yang mereka tidak tahu, ia bahkan sudah pernah pergi ke tempat itu, dan jiwanya adalah petualang. "Ya sudah, kalau nanti kalian mau pergi itu harus hati-hati dan juga jaga sikapnya," ucap Lisma dengan senyum yang mengembang. Trias juga Mentari dengan cepat langsung mengangkat tangannya dan memberikan hormat seperti orang yang tengah upacara saat di sekolah. "Kalian ini! Sudah, mau dibuatkan minuman apa nih?" tawar Lisma ramah. "Gak usah repot-repot, Bu," tolak Mentari dengan cepat. "Cukup bawakan kami s**u putih saja." Trias yang berada di samping Mentari, menepuk pelan keningnya. "Itu sih namanya merepotkan, Mentari!" gerutu Trias. "Kamu ini, sudah nanti Ibu buatkan." Lisma menggeleng dengan bibir yang tertawa pelan. Mentari hanya cengengesan saja, dan sebenarnya itu hanya gurauan. Tidak menyangka juga bakalan dibuatkan, ah ini benar-benar membuatnya tidak nyaman. Violet menghampiri ruang tamu dengan keadaan kepala yang masih terbungkus oleh handuk. Melihat Trias dan juga Mentari, segera saja duduk di salah satu kursi yang ada di sana. "Hay, kalian," tegur Violet dengan suara yang masih serak. Trias melihat Violet yang masih memakai pakaian sederhana--hanya sebuah daster dan tidak ada polesan sama sekali di wajahnya. "Mentari, liat temen kamu itu deh," bisik Trias yang masih dapat didengar oleh Violet. "Dia benar-benar seperti orang yang sudah siap untuk menikah. Pakaian saja pun sudah seperti ibu-ibu." Violet langsung sja melihat penampilan dirinya saat ini. Apa yang salah sih jika menggunakan daster saja? Ia rasa sangat nyaman menggunakan ini, selain bahanya yang adem dan juga lebih fleksibel saja untuk gerak. "Emang apa yang salah dengan daster yang aku pakai ini?" tanya Violet polos. Mentari menggeleng pelan. "Sebenarnya sih gada yang salah dengan pakaian tersebut. Trias berlebihan emang," ujar Mentari dengan memberikan tatapan tajam pada Trias. "Haha ... aku itu hari ini pengen banget quality time sama kalian berdua. Kamu malah masih pake daster aja," jelas Trias pada Violet. Violet terkekeh pelan. Ia paham sekarang, ternyata masalahnya bukan pada pakaian yang kini ia pakai, tapi sekarang memang ada acara dan belum sama sekali bersiap. "Okey, okey! Aku ganti baju kalau gitu," putus Violet dan mulai beranjak dari tempat duduk tersebut. Ia membalikkan badannya, dan melihat ke arah Trias juga Mentari. "Memangnya kita mau pergi kemana?" - Violet, Mentari, dan Trias kini sudah berada di luar rumah. Mereka bertiga hendak pergi ke suatu tempat dan sekarang mulai bersiap-siap. Mentari membawa kamera untuk mengabadikan momen di sana, dan Violet hanya membawa tubuh saja. "Berarti kita mau ke kota?" tanya Violet dengan menatap malas kedua sahabatnya itu. Mentari mengangguk dengan semangat. "Iya, ini aku udah siapin kamera juga, masa sih harus gagal ke sana." "Gak begitu juga, b**o!" sungut Trias pada Mentari. "Okey, kita berangkat sekarang," ucap Violet malas. Trias merasakan ada yang aneh dengan Violet saat ini. Terlihat tidak ada rasa semangat sama sekali, dan menurutnya sangat janggal. "Sebentar deh, Vi. Gue mau nanya sama kamu ini," kata Trias yang menghentikan langkah kaki Violet. Violet menengok ke arah Trias. "Mau nanya apa? Tinggal ngomong aja kali."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN