PART 1

1037 Kata
^^Febiola POV^^   Hari ini adalah hari sialku. Kenapa aku lupa membawa kotak bekalku!!! Aku benci ke kantin! Mereka semua akan mem-bully dan mempermalukanku lagi di sana. Tapi aku lapar sekali. Aku harus bagaimana? Jika aku tidak makan, perutku bisa sakit. Aku mempunyai penyakit lambung yang cukup parah. Jika aku telat atau salah makan sedikit saja, perutku akan sakit sekali. Bahkan bisa sampai pingsan juga. Aish! Aku tidak peduli, bukankah aku mulai terbiasa dengan bully-an mereka? Ayo Febi! Jadilah kuat untuk hari ini! Kau harus segera makan sesuatu! Jangan hiraukan mereka dan makan saja! Semangat Febi! batinku mencoba menyemangati diri sendiri.   ----   Aku sudah sampai di kantin sekitar satu menit yang lalu, namun yang aku lakukan hanyalah diam mematung dipintu masuk. Ada terlalu banyak orang di sini, aku benci keramaian! Rasanya risih sekali. Tidak Febi! Kamu bisa melakukannya! batinku berteriak. Aku langsung berjalan cepat untuk membeli sebungkus roti isi coklat dan sebotol minuman isotonik. Aku sudah berhasil membeli makanan dan minuman yang aku mau dengan mulus, aku berbalik berencana memakannya di taman belakang seperti biasa. Tapi tubuhku membeku saat segelas jus melon tumpah membasahi baju seragamku. Aku terdiam. Tidak berani mengangkat kepalaku sedikitpun walaupun aku yakin jika aku tidak salah. Kenapa aku harus takut? Ayo angkat kepalamu, Febi! Ayo! Kenapa kepalaku sulit sekali dikendalikan?! Ayo, jangan takut! Kau tidak melakukan kesalahan apapun! Lawan dia! Marahi dia! Dia menumpahkan jus di bajumu, Febi. Ayo lawan! Kenapa kau takut hah! Dasar kepala Febi bodoh! "Kenapa nunduk? Nggak mau minta maaf, lo?! Lo bikin jus gue tumpah, tahu nggak!" Suara itu, aku ingat suara itu, tapi siapa? "Kenapa diem? Bisu lo? Udah cupu, gagu, sekarang bisu juga? Ayo ngomong! Punya mulut, kan? Minta maaf lo sekarang!" Aku ingat sekarang! Suara cempreng itu, yang selalu memanggilku cupu dan gagu. Senior kelas11, Kak Rara. Apa aku sudah bilang jika aku kelas 10? Ah, aku bilang itu sekarang. "A-aku nggak salah apa-apa," jawabku mencoba memberanikan diri. "Oh, udah berani jawab sekarang? Eh guys! Si cupu udah berani ngomong nih!" teriaknya menggema disusul tawa seisi kantin. Aku malu sekali, perutku juga mulai sakit. Aku harus makan, tapi kakak kelas dan semua orang di sini tak akan berhenti mengolokku sampai bel masuk berbunyi. Aku hafal di luar kepala, hal ini selalu terjadi sejak aku masuk di sekolah ini. Karena itu aku benci kantin, aku benci di mana aku harus bertemu dengan mereka semua. Aku benci, karena entah kenapa aku takut pada mereka tanpa alasan. Harusnya aku melawan, aku tak melakukan kesalahan apapun. Tapi kenapa aku tidak bisa?! Perutku benar-benar sakit, aku bahkan mulai tidak bisa mendengar olok-olokan mereka. Pandanganku mulai kabur dan perlahan semuanya menjadi gelap.   ^^Nathan POV^^   Gue genggam erat tangan Febi, mencoba menyalurkan kehangatan di sana. Tangannya dingin banget dan kenapa dia nggak sadar-sadar dari tadi? Gue takut dia kenapa-kenapa. Sekarang gue di rumah sakit milik keluarga gue. Kata dokter, dia punya penyakit lambung akut dan dia pingsan karena dia telat makan. Ini semua gara-gara Rara. Awas aja itu jalang berani gangguin Febi lagi, gue hajar itu anak. Gue nggak pandang bulu sama orang yang gangguin gue, semua orang di sekolah tahu itu. Gue nggak pilih-pilih buat menghajar orang. Mau cewek ataupun cowok kalau elo berani bikin gara-gara sama gue, lo harus tahu akibatnya dan tak terkecuali Rara si jalang sialan itu. Tunggu aja pembalasan gue, iya tunggu aja.   ^^FLASHBACK ON^^   Sekarang jam istirahat. Dan gue lagi duduk di rooftop, tempat favorit gue buat nikmatin angin dan bolos jam pelajaran. Gue kaget ketika tiba-tiba pintu kedobrak keras dan muncul tiga semprul gue lari tergopoh-gopoh. "Nath, hosh, hosh .... Nath gawat!" "Apanya yang gawat? Ngomong yang jelas!" "Febi, Nath ... dia di-bully Rara!" "Hah! Di mana?!" "Di hosh ... hosh ...." "Sialan! Di mana b*****t!" ucapku emosi. "Kantin!" ucap mereka bersamaan. Gue langsung lari menuju kantin. Dan waktu gue sampai di sana, gue lihat Febi gue lagi pingsan di lantai dengan baju kotor. What is that? Jus melon? Dan nggak ada seorangpun yang nolongin dia buat sekadar bawa dia ke UKS? Mereka malah makan dengan tenang, specially Rara and the gang, mereka malah ketawa-ketawa. b*****t! Gue langsung menghampiri di mana Febi gue pingsan, ngangkat kepalanya dan gue taruh di paha gue. Gue usap pipinya pelan. "Febi, Sayang? Bangun, Sayang. Hey, Febi," ucapku lembut. Tapi nggak ada respon dari Febi, yang ada malah respon dari seisi kantin yang gue dengar. Gue tahu mereka semua memperhatikan dan nguping pembicaraan gue, gue sengaja sih, bodoh amat! Gue kecup lembut bibir Febi, pekikan seisi kantin makin terdengar. Gue gendong Febi ala bridal style dan segera memerintahkan tiga semprul gue. "Siapin mobil. Kita ke rumah sakit sekarang," ucap gue dingin. "Nggak ke UKS aja? Kayaknya nggak parah, Nath," ucap Kevin sok nego, nggak ngerti dalam hati gue udah kalut banget khawatir sama Febi. "Lo tuli? Gue bilang siapin mobil! Pacar gue sakit t***l!" Gue teriak emosi yang membuat isi kantin semakin riuh. Mungkin karena gue sebut Febi pacar gue. I don't care! "DIEM LO SEMUA!" teriak gue kuat. Dan detik itu juga seisi kantin langsung hening. "Lo semua! Sekali aja berani gangguin cewek gue, lo berhadapan sama gue," ujar gue datar. Detik selanjutnya gue natap tajam ke gerombolan Rara yang menatap gue ketakutan. Gue menyeringai, "Dan khususnya lo, Rara! Tunggu aja yang bakalan gue lakuin ke elo!" Gue langsung jalan cepat ke arah parkiran, lalu masuk ke mobil yang sudah ada tiga semprul di dalamnya dan langsung menuju ke rumah sakit. Selama perjalanan, gue ciumin terus pipi Febi. Gue lepas kacamatanya buat merhatiin wajah polosnya. Dia cantik dan manis banget. Aldo terkekeh pelan. "Nggak usah curi kesempatan deh, Nath. Orang lagi pingsan diciumin." "Bacot!" sentak Nathan tajam.   ^^FLASHBACK OFF^^   ^^Febiola POV^^   Aku merasakan tangan hangat menggenggam tanganku. Aku membuka mataku perlahan dan melihat seorang lelaki tampan tersenyum menatapku. Tangan satunya mengusap lembut rambutku. "Hei, are you okay? Ada yang sakit? Pusing? Apa mau minum?" Dia bertanya kepadaku seolah-olah tak ada hari esok. "Ka ... kamu siapa?" "Pacar kamu." Apa dia bilang? Apa aku salah dengar? "Ha?" Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan untuk mengekspresikan kebingunganku saat ini. "Pacar kamu, Sayang," ucapnya dengan sangat santai. "Ma-maaf ta-tapi-" Cup! Dia mengecup bibirku cepat, membuat mataku membulat sempurna seketika. Apa yang baru saja dia lakukan? Dia menciumku? Dia mengambil ciuman pertamaku!    TBC  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN