“Tumben kau mengunjungiku pagi ini, Ernest,” kata Allan, menopang kedua tangannya di bawah dagu. “Kau mau sarapan bersama kami?” “Boleh.” Ernest berjalan menuju meja makan. “Kebetulan aku belum sarapan dan memang sengaja menumpang sarapan di sini,” jelasnya melirik Emily sebentar dengan tatapan seakan tidak saling mengenal. “Perkenalkan dia Emily.” Allan menunjuk Emily, mengembangkan kelima jarinya. Emily berdiri, mengulurkan tangan. Menerima tantangan Ernest yang seakan mereka tidak saling mengenal. “Emily, dia Ernest, anakku.” kata Allan kemudian. “Apa?!” Kedua mata Emily membulat mendengar kata ‘Anak’ dari mulut Allan karena yang ia tahu Allan belum menikah, pria lajang yang sibuk dengan dunianya. Bukan seorang duda. Rasa terkejut Emily tak hanya itu, ia tidak menyangka pria t

