Aroma Undangan

1356 Kata
Sebuah jembatan yang menghubungkan antara aku dan kamu. Sama seperti jembatan yang menghubungkan antara langit dan bumi. Akan aku bangun dengan keyakinan. Agar kau yakin jika perasaan itu nyata. Sebagai bukti keteguhan. Jadi jangan kau ragukan untaian perasaan yang memang ada. ****** Dan kembali lagi, Persephone melangkah di ladang yang kaya buah dan bunga. Dia memulai harinya dengan keceriaan yang bersinar, membuat tumbuhan merayakan dengan penuh syukur anugerah yang ia bagikan. Dia memang terlahir untuk anugerah tumbuhan di bumi. Sedangkan ibunya bertugas merestui matangnya buah atau hasil panen. "Jangan serakah," ucap Persephone pada tanaman yang ia tumbuhkan hingga mengembang. Rupanya keceriaan tanpa alasan sang dewi membuat sang dewi musim semi itu terus bersenandung. Dia bermood baik untuk alasan yang tidak ia ketahui. Bibirnya bahkan enggan menurun, terjahit secara alami ke atas. Bunga - bunga di ladang yang masih diterangi cahaya bulan ikut tersenyum karena tertular kebahagiaan Persephone. "Sang dewi sedang bahagia," ucap krisan. Persephone mengangguk karena ia memang sangat bahagia. "Ah sang dewi sedang jatuh cinta." Persephone mengangkat alisnya karena dugaan dari tanaman tulip. "Jangan bercanda, Jatuh cinta? Aku... tidak mungkin. Ibuku akan mengumpankanku pada Cronus." Tapi dalam pikirannya mulai menyesatkannya pada penyangkalan, dia tahu jika tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Seperkian persen hatinya setuju jika dia merasakan perasaan itu. "Kurasa kau salah," jawab Persephone. Persephone tidak ingin menunda rencana awalnya ke sungai karena berdiskusi dengan bunga - bunga. Ujung jarinya ia arahkan pada kelopak - kelopak bunga yang baru ia tumbuhkan hingga mekar agar tidak lagi cerewet. Meski tadi ia menyangkal tapi hati kecilnya mulai bimbang. 'Seharusnya aku tidak mendengarkan mereka. ' Persephone berhenti sejenak untuk memikirkan kata - kata mereka. 'Apakah benar yang kurasakan ini cinta?' Persephone bertanya - tanya mungkinkah dirinya sudah begitu dalam hanya dengan dua kali pertemuan? Yang ia rasakan ketika adalah perutnya tertinju ketika tersedot ke pusaran mata tajam Hades, kakinya meleleh hingga serasa tak sanggup berdiri tegak di depan tubuh kokohnya. Kini Persephone mulai menyadari jika Aphrodite pernah mengatakan semua tanda - tanda yang ia rasakan mirip adalah tanda- tanda dewa maupun manusia merasakan cinta. "Oh tidak. Aku benar - benar harus menyegarkan pikiranku ke sungai." Persephone mendongak ke atas untuk melihat warna langit dan mulai memperkirakan kapan Appolo mengambil keretanya. Jadwal Appolo yang sebentar lagi memulai mengendarai keretanya membantu memulihkan ketenangan dan semangatnya. Ada rencana bagus yang ia miliki pada pagi buta ini. Yaitu mandi di sungai yang tanpa ia sadari terhubung dengan sungai Styx. Sungai yang terhubung dengan kekuasaan Hades karena mengalir melalui dunia bawah. Berpikir jika aliran sungai bisa melarutkan perasaannya tadi. Tidak ada keraguan dalam rencana Persephone. Tidak ada dewa yang jahil untuk melihatnya mandi. Hanya Artemis yang melihatnya dari atas sana, bagaimanapun dewi bulan itu adalah orang yang ia percaya dan jadikan teman saat di malam hari. Beruntung Aphrodithe tidak mengetahuinya, jika tidak maka dia akan terus menerus menantang Aphrodithe untuk bersaing dalam segala hal. Entah itu dalam hal kecantikan atau fasion. Beruntung Artemis adalah pihak yang mengalah dari pada membuat dewi cinta kesal. Byur... Suara cipratan air mengiringi tubuhnya yang tercelup air. Kulit indah itu langsung terekspos, mengheningkan sekiranya seolah terhipnotis. Tanpa daya terdiam di bawah daya tarik murni dari sang dewi musim semi. Aliran sungai yang airnya beraroma bunga memenuhi dunia bawah di mana para nymfa air berenang - renang. Mereka kebingungan karena air yang mereka tempati menghembuskan aroma harum. "Apakah gerangan yang membuat air sungai menjadi harum?" "Apakah ada yang menuangkan air bunga ke sungai?" Dugaan terus terlontar, tapi mereka ragu untuk mengiyakan segala kemungkinan yang terlontar. Sebab tidak mungkin ada orang yang menuangkan air bunga ke sungai. Lebih tepatnya tidak mungkin ada orang yang menuangkan berliter - liter air bunga ke sungai. Membuat aliran sungai menjadi harum tidaklah membutuhkan air bunga yang sedikit. Aroma itu terendus oleh sang dewa misterius. Menghantarkan godaan menyenangkan pada titik - titik saraf sang dewa, nan pada akhirnya aroma tadi dianggap sebuah godaan dari sang dewi. Betapa nikmatnya aroma, seberapa manisnya, keserakahan pun timbul nan membengkak dalam hasrat Hades. Keserakahan inilah yang memikatnya untuk memiliki sang dewi, sosok termurni tanpa keburukan atau arogansi yang biasa dimiliki dewi di Olympus. Dia bahkan bertanya- tanya bagaimana wujud dunia bawah ini jika Persephone berada di sini. Akankah seluruh bunga yang berwarna keemasan yang terus menutup itu akan mekar tiap tari? Ataukah setiap sudut ruangan berlantai emas dan batu berharga ditumbuhi bunga. Derak kagum yang terus mengaruk hasrat Hades, menimbulkan kekhawatiran pada diri Minthe. Dia adalah Nymfa yang mengagumi keagungan Hades yang elegan. Baginya Hades tidak seperti dewa lain seperti Zeus maupun Perseidon yang memiliki ratusan kisah dengan wanita. Jadi dia ingin mendapatkan dewa alam kematian itu dan menjadi pemiliknya selamanya. Untuk menghentikan laju kereta Hades, dia sering muncul di sungai dekat pintu yang akan dilewati Hades untuk menuju pada jamuan di Olympus. Minthe bernyanyi dan menari, berharap Hades berhenti dan menabur cinta dengannya. Tapi jangankan berhenti, dia bahkan enggan meliriknya. Hades yang tidak menyadari kegelisahan Nimfa cantik sungai kokitus, dia mengalami konflik internal di hatinya. Satu - satunya penghalang jika dirinya mendekati Pesephone adalah Dementer, dan dia adalah satu satunya yang membenci dunia bawah dengan radikal. Hanya saja hati dan jantung Hades yang diremas kegelisahan karena merindukan Persephone tidak cukup membuatnya untuk takut pada kemarahan dewi kemakmuran. Hades pun berjalan mengikuti aliran air sungai. "Dewa, bergabunglah dengan kami," godaan dari para Nimfa mulai terdengar di kanan kiri begitu ia melangkahkan kaki. Mereka bernyanyi dan menari - nari di sepanjang sungai hingga membuat Hades kehilangan kesabaran. Matanya menyala merah menakuti para nimfa hingga akhirnya menyerah dan kembali ke air. Persephone tidak menyadari gelombang kekacauan yang ia timbulkan karena mandi di aliran yang berhubungan langsung dengan dunia bawah. Dia menikmati segarnya air yang meresap ke sel - sel tubuhnya. Membiarkan aroma tubuhnya yang seperti bunga menyebar hingga muncullah teratai di sekelilingnya. Kini Persephone yang mandi ditemani tumbuhan yang muncul karena anugerah yang ia miliki. "Kau cantik dewi..." ucap para Teratai di sekitarnya. "Awas ada yang mendekat!" Seruan dari Teratai membuat Persephone panik. Jarang sekali ada manusia maupun dewa yang berkunjung maupun lewat di sini jika malam tiba. Apalagi Appolo belum memulai putaran keretanya. "Siapa yang datang ke ladang wilayah kekuasaan ibuku?" Tanya Persephone putus ada. "Dia tidak berbau manusia dan dewa di Olympus." Persephone semakin takut jika tamu tak diundang adalah monster yang dikutuk oleh dewa atau dewa. Mereka biasanya tidak ragu menyerang dewi ataupun manusia yang mereka anggap lebih lemah. Persephone pun berniat pergi sebelum sebuah tangan menariknya kembali ke sungai. Yang kemudian dirinya dihadapakan pada pada sosok yang tidak pernah absen mengisi jiwanya. Membuatnya membisu bersamaan pipinya diselimuti warna merah yang cantik. "Kau mengundangku?" Bisik Hades yang mulai tak terkendali. Tubuhnya bereaksi atas keindahan yang tertimpa cahaya bulan. Suatu keagungan kecantikan yang nyata. Tak mampu dipungkiri oleh ucapan kata - kata yang dirangkai manusia. Nada dalam dan penuh gairah Hades membawa Persephone mengangkat wajahnya. Memberanikan diri untuk menatap wajah pria yang membuat jantungnya tidak tenang. "Aku tidak tahu alamatmu, bagaimana mungkin aku mengundangmu. Aku bahkan tidak tahu namamu, " bantah Persephone. Diam - diam tubuhnya merasakan kedinginan karena sudah terlalu lama mandi di sungai. "Aku Hades, meski kau tidak mengundangku tapi kau harus bertanggung jawab karena mandi di aliran air sungai yang menjadi kekuasaanku. Membuat dunia bawah dan para Herpy kacau." "Ha?" Hades semakin mendekatkan tubuhnya pada Persephone. Membuat jubah yang dikenakan Persehone seolah tidak mampu menolongnya dari tatapan dalam Hades. Membuat Persephone telanj*ng di dalam air. "Hades..."lirih Pesephone. 'Astaga! Demi Zeus...' Dia ingat jika Aphrodithe memperingatkannya tidak mendekati pria - pria atau dewa yang berhubungan dengan dunia bawah. Namun Persephone justru kehilangan hatinya oleh salah satu pria penghuni bawah tanah dan yang terburuk, pria itu penguasa dunia bawah tanah. "Aku menyukai namaku saat kau mengucapkannya Kore," kata Hades. Godaannya semakin intens kala jari kokoh pria itu membelai bibirnya. Nan efektif membuat tubuhnya membeku tak berdaya. Rayuan manis itu membingungkan otak Persephone yang mati -matian membangunkan kesadarannya yang pingsan. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana karena tidak hanya melanggar nasehat ibu dan temannya, dia justru merasa semakin tertarik pada pria misterius yang memikat layaknya cahaya di malam hari. Persephone merasa semakin menyedihkan di dengan siksaan akan larangan ibunya dan perasaan yang mulai tumbuh dan bersemi tak terkendali. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN