3. Dream

1781 Kata
“Sssst, Aura, mau lihat mereka latihan dance nggak?” tanya Shafa yang memang hari ini kebagian menemani Aurora berkeliling di gedung ST Entertainment. Aurora memang terbiasa dipanggil Aura karena terkadang namanya terlalu panjang untuk dilafalkan dan sedikit sulit sehingga dia tak pernah keberatan orang menyingkatnya dengan nama Aura. “Mereka siapa?” tanya Aurora, saat ini mereka bertiga baru saja memesan kopi di cafe khusus gedung tersebut. “Sunshine, siapa lagi? Tadi aku tanya sama crew mereka, dan katanya mereka sedang latihan di lantai sepuluh,” ucap Shafa. “Memangnya kita boleh masuk gitu aja?” tanya Aurora sambil menyeruput es kopinya. “Boleh, kan ada Shane nanti minta bantuan dia,” ucap Shafa. “Yuk kalau boleh,” timpal Aurora antusias, melihat idol favoritnya latihan secara langsung adalah salah satu impian Aurora sebagai fangirl. Selama ini, dia  hanya mampu melihat mereka latihan dari layar kaca, dan aplikasi video berbayar yang dimiliki di ponselnya. “Kita coba dulu,” ujar Shafa. Aurora pun langsung berdiri dengan wajah sumringah sementara Aresta menggeleng saat diajak. “Aku tunggu di sini saja ya, kamu tahu kan aku nggak ngerti K-pop aku takut bosan di dalam, dan suasana jadi canggung,” ucap Areta. “Yah terus kamu nanti juga bosan disini?” rungut Aurora. “Nggak, tenang saja, aku bisa main game, nonton drama korea atau video call pacarku, nggak masalah. Sudah sana, nanti keburu mereka sudahan latihannya,” ucap Aresta seraya mendorong pelan tubuh sahabatnya. Sungguh dia tak mau menghalangi impian sahabatnya, namun dia tak mau jika kehadirannya hanya mengganggu mereka karena dia yang tak terlalu menyukai boy group itu atau boy grup manapun. “Benar nih tidak apa-apa?” tanya Shafa yang diangguki oleh Areta. “Aku juga mau pesan makanan, tenang saja, have fun ya,” ucap Aresta sembari mengedipkan sebelah matanya. Shafa pun mengajak Aurora menuju tempat latihan, dia yang mempunyai id card karyawan tentu tak akan dicurigai meskipun ke tempat yang bukan wilayah kerjanya. Setelah keluar dari lift, Shafa berjalan tenang menuju tempat latihan, beberapa staff memperhatikan Aurora dan Shafa namun sikap Shafa yang tenang seraya memainkan id card yang menggantung di lehernya seolah menegaskan bahwa dia karyawan gedung tersebut membuat para staff itu tak menegur kehadiran mereka. Shafa mengintip dari balik celah pintu yang terbuka menuju ruang latihan yang dikelilingi oleh dinding berlapis cermin. Suara musik berdentum dan berhenti ketika Shafa menjulurkan kepalanya karena bertepatan dengan waktu istirahat sejenak mereka. “Shane, ssst Shane,” panggil Shafa. Shane yang sedang menenggak air minum di botol mineralnya pun menghampiri Shafa. Shafa berbicara dengannya dalam bahasa korea seraya menunjuk Aurora. Shane pun mengangguk dan mengajak Shafa serta Aurora masuk ke dalam ruang latihan, ada beberapa kameramen dalam ruangan itu yang memang khusus merekam sesi latihan mereka. “Kami sedang latihan untuk video clip berikutnya,” ucap Shane sambil menunjuk kursi memanjang tempat para member Sunshine meletakkan tas dan peralatan mereka agar Aurora dan Shafa bisa duduk dan melihat mereka latihan dari kursi tersebut. Sementara Aurora melihat beberapa anggota berbincang di depan kamera. “Yuk latihan lagi,” panggil Yohan ke sekeliling ruangan memanggil ke lima anggotanya sesaat matanya bertemu pandang dengan Aurora, Yohan pun tersenyum hangat sementara Aurora justru tampak terpaku melihatnya, pria itu hanya mengenakan kaos singlet polos tanpa lengan, keringat tampak membanjiri bajunya, tampak sangat seksi di mata Aurora yang memang sangat mengidolakannya. “Baiklah, kalian yang tenang ya dan jangan mengambil gambar,” ucap Shane seraya mengedipkan matanya. Aurora dan Shafa menunjukkan ibu jari mereka berdua tanpa bersuara hingga Shane tersenyum lebar dan meninggalkan mereka berdua menuju bagian tengah ruangan besar itu. Musik kembali mengalun, tampak Yohan dan Shane saling berbisik dan mengangguk lalu mereka melanjutkan latihan mereka. Dan lagi-lagi Aurora merasa ingin menitikkan air mata haru, bayangkan dia bisa melihat idolanya secara langsung sedang latihan seperti ini, sangat di luar nalarnya. Mungkin orang-orang secara umum tak mengerti apa yang dirasakannya dan menganggap bahwa dia berlebihan, namun tak ada yang lebih menyenangkan bagi seorang fans melainkan melihat idolanya secara langsung, bertemu dan bisa menyapanya. Mungkin jauh lebih membahagiakan dibandingkan apapun di dunia ini. “Keren ya mereka?” bisik Shafa di telinga Aurora yang hanya mengangguk dengan mata tak lepas dari pemandangan indah di hadapannya. Ketika melihat seluruh anggota itu lengkap menari diiringi musik, sesekali istirahat untuk menyamakan gerakan dan tertawa karena suatu hal yang lucu. Empat belas tahun bukan waktu yang singkat untuk mereka yang memang telah mengarungi dunia entertainment sejak awal debut, hubungan mereka sudah seperti keluarga sangat hangat dan tampak saling menyayangi, Aurora kini bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri. Bahkan mereka sudah menjadi traine beberapa tahun sebelum debut, sehingga waktu mereka memang lebih banyak dihabiskan bersama. Selang satu  jam kemudian, mereka menyelesaikan latihan menari mereka dan saling berhigh five lalu menuju tas mereka yang mana berada di dekat Aurora, jantung Aurora hampir berhenti berdetak menyaksikan pria-pria yang fotonya menghiasi dinding kamar, bahkan kini secara nyata berada di dekatnya. Aurora sampai menganga memperhatikan mereka yang mengelap keringat dengan handuk khusus dan saling berbincang. Hingga pria bertubuh paling tinggi menoleh ke arah Aurora sambil tersenyum. Aurora tentu mengenalnya, dialah Mark idol yang dijuluki sang raja variety show. Karena dia yang memang hampir menguasai seluruh acara variety show di negara itu, sikapnya sangat lucu dan hangat, dia seusia dengan Shane, Yohan, juga Chann sementara dua anggota lainnya berusia satu tahun dibawah mereka. “Hello, where you come from?” tanya Mark sambil menimang apakah kata berbahasa Inggris yang diucapkannya sudah benar, kepada Aurora, imbuhnya, “Malaysia, Thailand or Indonesia?” tanyanya. “Dia bisa bahasa Korea,” kekeh Shane sambil mengedipkan matanya kepada Aurora. “Kamu bisa?” tanya Mark. Aurora pun berdiri sambil menggangguk. “Aku dari Indonesia, namaku Aurora,” ucap Aurora dengan suara yang bergetar, tak hanya suara karena tangannya tampak bergetar. Sementara Shafa hanya cengengesan dibelakang Aurora. Melihat tingkah fans terhadap idolanya memang sangat lucu dan dia bisa menyaksikan secara langsung kejadian itu. Jika Aresta tak terlalu menyukai boy grup, beda dengan Shafa yang menyukai boy grup hanya saja boy grup kesukaannya justru bukan berasal dari perusahaan tempatnya bekerja.   “Aurora, oh seorang princess, namanya seperti tak asing,” ucap Mark lagi seraya mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Aurora dan menyebutkan namanya. Aurora menerima uluran tangannya sambil tersenyum lebar untuk menyamarkan gugupnya. “Dia penulis drama yang dibintangi Shane,” ucap Yohan dari balik tubuh Shane, menghampiri Aurora untuk mengambil tasnya yang terdapat di dekat Aurora. “Wow, selamat datang di Korea,” ucap Mark. Aurora hanya tersenyum dan mengangguk. Hingga ketiga anggota lainnya menghampiri Aurora karena mereka juga cukup penasaran dengan penulis dibalik drama yang dibintangi sahabat mereka, tak ayal nama Sunshine kembali bersinar ketika drama itu mendapatkan rating yang sangat tinggi. Aurora merasa sangat gugup berhadapan dengan ke-enam anggota itu. Bahkan Shane mengenalkan Aurora kepada tiga teman lainnya dan mereka pun menyalami Aurora dan menyapanya dengan sangat ramah. Shafa pun berdiri dan mendekat ke arah Shane. “Aurora ini fans kalian sejak awal debut,” ucap Shafa membuat ke enam anggota idol grup itu terkejut. “Serius?” tanya Austin, anggota termuda di grup itu. Aurora mengangguk. “Aku punya semua album kalian sejak awal debut,” ucap Aurora. “Usia kamu berapa?” tanya Adam, Adam berwajah sangat khas dia merupakan cerminan pria macho yang wajahnya sangat manly dan diidamkan para wanita, dia juga yang sering membuat lagu untuk Sunshine. “Dua puluh tujuh,” jawab Aurora sembari terbata. “Ah nggak mungkin kamu fans sejak debut, kita debut sudah empat belas tahun itu berarti umur kamu saat itu tiga belas tahun,” ucap Austin yang memang terkenal paling usil. Mark hanya menggeleng dan menyenggol sikutnya. Sementara Austin justru tersenyum menyeringai layaknya devil. “Serius, aku suka dari sekolah menengah pertama, saat itu aku bahkan menabung dari uang jajan dan pemberian orang tuaku untuk membeli album pertama, kalian sangat booming saat pertama debut, hampir seluruh temanku menyukai kalian, termasuk aku,” ucap Aurora yang memang sangat mengingat masa itu. Adalah masa yang bisa dibilang paling membahagiakan dalam hidupnya, orang tuanya masih ada bersamanya dan mendukung dia yang menyukai idol grup karena Aurora semakin giat belajar saat menyukai mereka, mulai membangun impiannya sehingga mereka yang saat itu masih hidup berkecukupan memberikan fasilitas untuk Aurora membeli apa yang disukainya. Diantara teman-teman yang menyukai idol grup musiman, Aurora justru bertahan menyukai mereka sampai kini. “Apa nama akun kamu AuroraxYohan?” tanya Chann memastikan. Aurora pun mengangguk, namanya pernah dimention Chann saat Chann live di akun you-tubenya. “Ah benar dugaanku,” ucap Chann, mengingat pertanyaan yang dia ajukan saat live tentang berapa lama para penggemarnya menyukai mereka dan sejak kapan? Saat itu Aurora menulis sejak sekolah menengah pertama, karenanya Chann mengingatnya. Adam pun mengacak rambut Aurora dengan gemas, “anak kecil sudah suka orang dewasa, saat itu.” Tingkah Adam tentu membuat dirinya disoraki oleh teman-temannya. Mark bahkan menariknya karena tangan Adam bisa merusak tatanan rambut Aurora. Aurora hanya menggeleng seraya tertawa mereka memang benar-benar ramah. “Mau foto bersama?” tanya Chann yang tentu diangguki oleh Aurora, sementara Shane dan Yohan hanya saling tatap dan tersenyum. Mereka membentuk barisan dengan Aurora di tengah, diapit keenam anggota itu, yang disampingnya tentu Yohan, sementara di sisi sebelahnya ada Adam yang lagi-lagi memegang kepalanya sambil berfoto, tubuh mungil Aurora memang membuatnya terlihat jauh lebih kecil diantara mereka yang bertubuh tinggi itu. “Siap-siap setelah ini banyak haters muncul di akun kamu ketika kamu upload foto ini,” goda Adam. Sementara Aurora hanya tersenyum lebar dan menoleh ke arahnya bertepatan dengan bidikan foto yang diambil Shafa, lalu dia pun mengambil satu gambar lagi dengan gaya bebas, kali ini Yohan merangkul Aurora dan menjauhkan tangan Adam dari kepala Aurora. Mereka berfoto dengan senyum ceria meski lelah tampak di wajah mereka. “Kamu harus edit foto itu sebelum di apload ya, kami tanpa make up saat ini,” kekeh Mark membuat Aurora tertawa dan mengangguk, dia tahu sebagai idola, mereka memang terbiasa mengenakan make up namun saat latihan mereka jarang mengenakannya. “Pasti,” ucap Aurora sambil mendekap ponselnya dengan wajah sumringah, lalu satu persatu pun meninggalkan Aurora dan Shafa termasuk Shane yang memang ada urusan lain. Hanya tersisa Yohan di sana juga crew yang merapikan alat-alat. “Setelah ini mau kemana?” tanya Yohan sambil berjalan keluar ruangan bersama Shafa dan Aurora. “Mau istirahat di hotel, besok baru jalan-jalan,” ucap Aurora, terus memegangi d-adanya yang berdegup kencang. “Mau mampir ke apartmen aku?” tanya Yohan membuat Shafa dan Aurora membelalakkan mata. Tak menyangka Yohan terlewat ramah sampai mengajaknya ke tempat tinggalnya. Aurora bahkan sampai lupa caranya bernapas karena terlalu terkejut. Haruskah dia ikut kesana? Dia sangat menginginkannya, namun ... dia mempunyai pertimbangan sendiri. Dan dia sangat dilema saat ini. ***    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN