Part 3

978 Kata
Part 3 Kartini mendekati seorang wanita tua yang sedang menampi beras dan memisahkan antara beras yang buruk dan kerikil debu debu halus juga ikut beterbangan menyisakan butiran beras yang bagus diatas tampah. Kartini perlahan mendekatinya dia membantu memilah dan membuang beras yang masih ada kulit arinya.Memang tidak banyak tapi takut kalau nanti termasak dan mengganggu ketika dimakan karena biasanya akan keras. "Mbok, apa boleh kalau besok Kartini ke kota sama Warsiti ? " Kartini dengan ragu-ragu menyampaikannya kepada si Mboknya walaupun tadi Warsiti sudah bilang tapi dia tidak tenang kalau dia tidak berbicara langsung dengan wanita yang selama ini membesarkannya Dengan sepenuh hati. Wanita tua itu menghentikan aktifitasnya, memang perjalanan sebutir nasi tidaklah singkat bagaimana kerja keras petani menyemai bibit sampai memanen memerlukan banyak waktu dan tenaga setelah jadi beras pun masih harus dipilah lagi agar tidak tercampur dengan kerikil atau medang istilah yang digunakan untuk remahan kulit ari yang tercampur dengan beras dengan di tampi maka medang akan terbang menyisakan butiran beras yang bersih. Dia mendekati Kartini masih membawa tampah di pangkuannya. Anyaman bambu yang berbentuk bulat itu kini berisi butiran-butiran beras yang bersih wanita itu masih mengoreknya takut kalau ada kerikil yang tersisa. "Warsiti memang bilang ke si Mbok katanya banyak yang masih kurang, si Mbokmu ini tidak tahu, nduk kalau pernikahan sekarang banyak sekali brekutengnya beda sama Mbokmu dulu yang penting pakai baju bagus sama hiasan janur sudah cukup." wanita itu bergumam namun terdegar dengan jelas di telinga Kartini. "Iya, Mbok pernikahan Kartini kan cuma sekali walaupun kita orang biasa tapi Kartini juga harus berusaha memberikan yang terbaik buat tamu-tamu kita nanti ya to, Mbok biar gak jadi omongan apalagi calon suami Kartini adalah anak juragan nanti biar keluarga kita tidak malu menyambut mereka." ucap Kartini bagaimanapun Kartini harus bisa menyiapkan pernikahan sebaik mungkin. Mampu memberikan sambutan seistimewa mungkin. "Tapi, Nduk entah mengapa kok firasat si Mbok nggak enak, ya kamu pergi sama Warsiti saja , Nduk?" Kali ini wanita tua itu menuangkan beras yang sudah bersih ke dalam gentong penyimpanan agar sewaktu-waktu menanak nasi, beras sudah siap untuk dimasak. "Sudah, lah Mbok Kartini kan sudah dewasa bisa jaga diri." Kartini meyakinkan lagi si Mbok nya agar mau mengizinkannya. "Ya sudah kalau begitu kamu harus hati- hati bilang sama Warsiti kalau naik motor jangan ngebut-ngebut." "Iya, Mbok." Kartini kembali ke kamarnya dan memikirkan apa saja yang akan dia beli. Walaupun Kartini tidak sekaya calon suaminya tapi dia mempunyai banyak tabungan hasil menjual sayuran memang selain padi ada sawah yang khusus ditanami sayuran. Sebelum berangkat sekolah Kartini ke sawah memanen sawi atau kacang panjang atau bayam yang tumbuh subur. Berapapun hasilnya dia sangat bersyukur bisa untuk uang saku dan sisanya ditabung. Hingga sekarang tabungang Kartini lumayan banyak. Kartini berencana membeli kosmetik seperti yang dikatakan Warsiti juga beberapa peralatan dapur yang kurang. Kartini juga berencana membeli Kebaya untuk ibunya agar bisa dikenakan pas hari H nanti. Dia membuat daftar apa saja yang akan dibeli. * Warsiti melihat dirinya di cermin, hari ini dia akan pergi ke kota dengan Kartini. Dia sudah memakai pakaian terbaiknya karena akan mengendarai motor milik Kusno. "Rencana hari ini tidak boleh gagal." Dia berbicara sendiri dengan pantulan dirinya di cermin. "Kamu mau kemana warsiti, pagi pagi begini? " Bik Nem langsung masuk ke kamar Warsiti. "Aku mau ke kota sama Kartini." "Baiklah kalau gitu jangan lupa belikan Emak baju yang bagus juga dong, nanti biar gak malu dilihat tetangga." Bik Nem yang hobi menggunjig sama seperti Warsiti juga sangat bersemangat untuk pamer. "Beres, pokoknya nanti kalau rencanaku berhasil, aku belikan deh." Jawab warsiti sambil mengambil tas yang dia gatung di tembok. "Rencana, apa? " Bik Nem belum mengerti dengan apa yang dimaksud dengan Warsiti. "Sudah , Warsiti pergi dulu." Dia langsung ke rumah Kartini dan melihat Kartini juga sudah bersiap. "Ayo, Kar kita berangkat nanti biar gak terlalu panas." Kartini yang memang sudah siap dengan daftar belanjaan langsung naik ke motor yang dikendarai Warsiti. Mereka melalui jalan yang membentang di tengah area persawahan beberapa jalan rusak dan berkelok-kelok. " Warsiti, jangan ngebut-ngebut jalanya rusak." Kartini mengeratkan pegangannya ke tubuh Warsiti. Mereka akhirnya memecah keheningan desa dan lambat laun jalanan semakin bagus dengan banyak pertokoan yang ada di kanan kiri jalan selain itu kendaraan juga mulai banyak yang lalu lalang. "Jadi kita kemana dulu? " Tanya Warsiti. "Terserah kamu saja deh aku ngikut aja." Kartini mengikuti Warsiti akhirnya Warsiti menuju ke sebuah toko pakaian. "Kita kesini dulu ya aku mau cari baju." ucap Kartini langsung memarkirkan motornya di depan sebuah toko pakaian yang cukup lengkap mereka kemudian masuk ke dalam dan memilih. " Kar, kamu pilih dulu ya aku mau mencoba ini di kamar ganti." Warsiti kemudian membawa sebuah baju dan masuk ke sebuah ruangan khusus untuk berganti pakaian rupanya dia tidak hanya mencoba pakaian tapi mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang. Setelah itu dia keluar seperti tidak terjadi apa-apa. "Ayo dong pilih lagi sepertinya ini bagus." * Di sebuah rumah terlihat beberapa pemuda sedang berbincang salah satu dari mereka membaca sebuah pesan kemudian tersenyum. Beberapa yang lain sibuk merokok dan mengobrol tak tentu arah. Kusno yang berbadan gelap dan bergigi kuning mengeluarkan seringai menyeramkan. Dia memang sudah lama menginginkan Kartini. Tapi Kartini tidak pernah sedikitpun menaruh hati kepadanya. Kartini selalu menutup diri dan menutup pertemanan dengan siapapun. Dia seperti boneka cantik dalam kaca yang hanya bisa dilihat dari kejauhan. Pengumuman mengenai rencana pernikahan Kartini membuatnya mendidih dia tidak ingin siapapun kecuali dirinya bisa mendapatkan Kartini. Dia berpikir gadis cantik itu harus jatuh kedalam pelukannya bagaimapun caranya. Dengan satu tepukan dia menjadi perhatian orang di sekitarnya. Dia berdiri kemudian memberikan komando. " Sepertinya target kita sudah berada di kota, kita harus berangkat sekarang dan mencari tempat yang aman." Beberapa orang hanya mengangguk mereka sudah mengerti apa yang menjadi tugas masing-masing. Memang terkadang uang adalah sebuah alasan sederhana untuk bisa melakukan sesuatu sesuai perintah pemegang uang. Apapun dilakukan untuk mendapatkan uang. Orang-orang itu entah apa yang dijanjikan Kusno kepada mereka pastinya mereka hanya patuh dengan apa yang diperintahkan. Satu persatu mengambil motor dan melakukannya ke tempat yang sudah disepakati. Entah apa rencana yang mereka susun untuk Kartini. Sekarang Kartini sedang berbelanja tanpa mengetahui apapun rencana Warsiti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN