Sampai malam Hannan belum juga pulang. Lila mondar-mandir di apartemen, resah sendiri. Dia bimbang ingin mengantarkan makanan ke rumah sakit, tapi takut jika makanan itu hanya berakhir di kotak sampah lagi. Lila cukup tahu diri kalau Hannan sangat benci dan jijik padanya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanya menunggu di apartemen, berharap suaminya baik-baik saja dan segera pulang. Beberapa kali Lila menggenggam ponselnya, ingin menghubungi Hannan, tapi selalu ragu. Takut dimarahi lagi, akhirnya dia hanya bisa duduk pasrah, menahan cemas yang makin menekan dadanya. Pukul sembilan malam, Hannan akhirnya kembali. Wajahnya tampak sangat lelah, langkahnya pun berat seolah hampir kehilangan tenaga. Lila yang sedang tiduran di sofa sambil memainkan ponsel, langsung bangkit menyambut suaminya.

