Chap 4

800 Kata
KALAU ADA TYPO BENERIN YA! TQ ALL. . Hari ini hari ke 3 berada di Desa neneknya, Angkasa, pemuda 18 tahun itu memutuskan untuk bangun bagi dan berjalan-jalan, kakinya sudah agak mendingan dan ternyata hanya kesleo. kemarin saat ia mengantarkan makanan ke rumah Angkara tiba-tiba saja kakinya mengeluarkan bunyi 'tuk' khas tulang diiringi rasa sakit hebat namun hanya sementara,dan akhirnya ia tidak merasakan sakit lagi. Udaranya sangat segar, kiri kanannya terdapat pepohonan yang membentang sejauh mata memandang, suasananya pun juga sangat tenang, seolah Angkasa tengah berada di bumi lain padahal dia sedang berada di hutan. Dasar kurang kerjaan! jalan-jalan kok di hutan belantara. Flashback Pertama dia hanya berjalan-jalan biasa, mengitari rumah-rumah, sesekali menghafal jalan agar tidak tersesat. Namun ketika dirinya sampai area lahan padi ia melihat sesuatu yang lain. sebuah hutan yang sangat hijau dan lebat dibelakang lahan itu. Tidak besar, mungkin kira-kira 20 Km persegi, tetapi sangat menarik perhatiannya. "Maaf pak, Kenapa ada hutan disitu? kenapa gak dijadiin lahan aja sekalian" Tanya nya pada seorang yang sedang lewat. Si bapak itu terkejut saat melihat hal yang ditunjuk Angkasa. " Hutan itu dibiarkan soalnya dulu itu ada yang bunuh diri ndek sana mas, banyak makhluk yang nunggu. Dulu ada orang yang nebang hutan itu, baru aja 1 pohon ditebang mendadak semua orang yang nebang itu pada sakit semua dan beberapa meninggal, Lebih baik masnya ndak usah kesana." terang bapak itu. Angkasa pun memandang hutan itu lagi. Hutan yang sangat hijau dan indah, pasti udaranya sangatlah segar disana, di tambah pohon-pohon yang rindang. Kisah yang diceritakan si bapak itu tak membuatnya takut akan tetapi malah membuatnya di selimuti oleh rasa penasaran. Dan akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam hutan itu. Tatkala dirinya berjalan-jalan menghirup udara segar, Angkasa melihat siluet seorang wanita untuk sepersekian detik yang membuat hatinya berdegup tak karuan. Ia handak melangkahkan kakinya mundur, Ingin pergi, namun rasa penasaran melihat si hantu itu sangat lah besar, hingga sebuah ide konyol terlintas dipikirannya. Ia memutuskan untuk melihat hantu itu kemudian setelah melihatnya dengan jelas ia akan berlari sekencang angin. tap... tap... tap... "Elo?! ngapain lo disini!" Pekiknya kaget, bukan hantu yang ia temukan, malah Angkara yang menggelar piknik pribadi disana dengan sebotol minuman dan beberapa camilan. Angkara yang juga kaget bangun dari duduknya. Untuk sejenak Angkasa terpukau dari penampilan sederhana Angkara. Gadis itu memakai kaus oblong biru gelap, diiringi celana training yang juga berwarna hitam dengan 3 garis merah berdiri dengan rambut ponytail yang di ikat sekenanya. menyisakan poni se dagu yang membuatnya sangat imut. hanya saja ia memiliki wajah yang sangat tidak ramah. Tanpa aba-aba Angkara memakan cardigan abu-abu dan memasukkan peralatan pikniknya ke dalam tas, Angkasa bingung melihat Angkara yang tiba-tiba pergi. "Eh mau ngapain?" "Pergi" Ucap si gadis singkat. "Gak usah! piknik lo belum selesai kan" Angkasa mencegah, merasa tidak enak karena menggangu me time dari Angkara. sebegitu terganggu nya kah dirinya terhadap Angkasa hingga Angkara ingin cepat-cepat kabur begitu melihat Angkasa.  Pemuda itu menghela napas melihat Angkara yang hampir selesai mengemasi pikniknya, " Lo nggak usah pergi, gue aja yang pergi." Finalnya membuat Angkara berhenti memasukkan peralatan pikniknya ke tas. ia menatap lelaki di depannya dengan satu alis terangkat. "Sorry ganggu waktu lo" Ucap Angkasa sebelum dirinya pergi meninggalkan tempat itu, meninggalkan Angkara yang juga tak enak hati namun berusaha tidak memikirkannya. Baru 3 langkah berjalan Angkasa berhenti Apa dia anti sosial? Atau cuma dia penyendiri? pikirnya dalam hati kemudian berbalik menatap Angkara yang masih acuh dengan wajah murung. Ia melihat wajah Angkara sebentar Angkasa kemudian mengukir senyuman manis dan berkata."Lo tenang aja, gue nggak akan kasih tau siapapun kalau lo di tempat ini kalau lo emang nyari tempat sendiri"          Angkara membeku, lidahnya pun juga kelu, hatinya seolah menghangat mendengar kalimat sederhana yang di ucapkan oleh Angkasa. Gadis itu pun mendongak, menatap Angkasa dengan teliti, lubuk hatinya mencermati setiap kata sederhana yang terucap dari sang empu. Matanya menatap intens Angkasa mencari senoktah niat jahat yang ada didalamnya, namun nyatanya nihil. Ia malah merasakan aura ketulusan yang memancar dari lelaki itu. Apa sekarang ada orang yang paham? Angkara mengangguk dan tersenyum manis, senyum yang hanya sangat jarang ia tampilkan. Sebuah senyum penuh ketulusan pertama yang ia berikan pada orang yang mengenalnya setelah sekian lama. Angkasa tentu saja membalas senyuman itu dan pergi, yang dengan tanpa sadar hati seorang Angkara juga telah ia bawa pergi. Angkasa, Lelaki itu sepertinya telah mendapat sebuah kepercayaan dari Angkara. dan juga Cinta nya?  Benarkah? semudah itu! Apa itu cinta? atau... Angkara yang terlalu lugu hingga menyebut nya sebagai cinta? Setelah Angkasa pergi gadis itu tampak kembali murung. Ia memutar otaknya, berpikir keras Apakah seorang Angkara bisa jatuh cinta? Apa ini cinta? Dan apa yang harus ia korbankan lagi untuk sebuah perasaan manusiawi ini?  Apakah akan baik-baik saja jika ia biarkan seorang Angkasa, remaja 18 tahun itu masuk dalam dunianya? Ya.. dia harap. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN