Dipaksa Menikah dengan Abang Ipar

1281 Kata
Setelah menikah dengan Farel Alisa ikut ke rumah sang suami bersama dua anak kembar. Dalam satu kamar Alisa tampak telaten mengurus ke dua keponakan nya, bergantian ia gendong lalu tidur kan, profesinya sebagai bidan membuatnya terlihat berpengalaman mengurus kedua anak kakaknya mereka bukan lagi keponakan tetapi akan memanggilnya dengan sebutan Bunda. “Tidurlah sayang, tidurlah, dina bobo …ohh Nina bobo … Nina Bobo.” Alisa berdiri mengayun-ayunkan lengannya untuk menidurkan baby Akmal, bocah lelaki itu enggan menutup matanya, ia masih saja rewel tidak mau tidur, padahal kembarannya Amina sudah tertidur pulas di dalam bok bayi. “Sudah Bu, biar saya yang menidurkan, biar ibu tidur saja,” ujar suster yang membantu menjaga, saat itu, mereka sudah berusia dua bulan. “Iya sus, saya udah mengantuk bangat.” Alisa menyerahkan Akmal ke ke gendongan suster, lalu ia masuk ke kamar. Kamar yang ia tempati bersama suaminya Farel, lelaki itu sudah terlelap dalam tidurnya, mantan kakak iparnya yang sekarang menjadi suaminya, Jarang bicara padanya, bisa di hitung dengan jari dalam sehari. Dua bulan sudah ia menggantikan posisi sang kakak menjadi ibu untuk si kembar dan istri untuk mantan kakak iparnya. Seperti biasa Alisa akan tidur di samping Farel dengan pelan-pelan, dan ia akan tidur di bagian paling pinggir di ranjang milik kakaknya, ia meringkuk kan tubuhnya menandakan kalau wanita bermata bulat itu sedang takut sama suaminya. Alisa merasa mbaknya selalu mengawasinya di dalam kamar, bahkan masih bisa mencium bau tubuh kakaknya di ranjang yang ia tiduri, foto pernikahan kakaknya masih terpasang di dinding kamar. Farel bangun ingin ke kamar mandi, lagi-lagi ia melihat Alisa tidur di bibir ranjang meringkuk nyaris jatuh. “Ah, apa ia pikir aku monster yang akan memakainya, sampai dia harus ketakutan seperti itu?” Ia mengangkat tubuh Alisa, niatnya akan memindahkannya ke tengah. Namun, wanita itu terbangun dan terkejut. “Mas Farel mau apa?” tanya Alisa terbangun, ia berdiri dengan wajah takut. “Aduh, dengar Alisa, aku tidak akan menggigit kamu.” “Aku tahu Mas, tapi aku belum siap untuk melakukan tugas ku sebagai istrimu.” “Aku tahu, aku sudah bilang padamu, aku tidak akan melakukan itu sebelum mendapat persetujuan darimu jadi jangan takut.” Alisa masih berdiri dalam ketakutan. “Ah, terserah kamulah.” Farel meninggalkan Alisa yang masih mematung. Farel membawa bantal dan ia tidur di sofa. Saat Farel tidur di sofa, saat itu juga, Alisa merangkak naik ke tempat tidur, langsung tidur pulas, ia lelah mengurus si kembar yang rewel. * Ia bangun dengan sikap buru-buru , saat ia mendengar ibu mertuanya mengoceh. Ia membasuh wajahnya dan turun ke bawah. “Kamu bagaimana sih, ini sudah jam berapa?”ujar ibu mertuanya merepet seperti biasa. “Maaf Bu,” jawab Alisa “Kamu tidak ada bedanya sama mbakmu ! malas dan kotor,” rutuk wanita bermulut lepes itu. Membawa-bawa mbaknya yang sudah meninggal, ingin rasanya ia menyumpal mulut wanita tua itu dengan kain lap, tetapi Alisa orang yang baik dan lemah lembut, ia hanya diam saat ibu mertuanya mengoceh bagai kaset rusak, ia membawa dua botol s**u ke kamar si kembar. Tapi walau, sudah di kasih s**u kedua anak kembar itu masih saja rewel dan menangis “Kamu bisa diamkan mereka? kamu apa artinya ada di rumah ini, Tangisan mereka membuat kepalaku pusing!” teriak ibu mertuanya dengan marah. Alisa kaget mendengar wanita tua itu merutuk dan marah-marah, karena tangisan cucunya. Harusnya tangisan kedua bocah malang itu menjadi syair indah di rumah itu. Namun, kehadiran kedua bocah malang itu seolah-olah tidak di inginkan. Tidak ada salah satupun dari anggota keluarga itu yang menunjukkan rasa sayang pada mereka berdua, membuat hati Alisa dipenuhi banyak pertanyaan … ‘Ada apa ini? Kenapa semua anggota keluarga ini seolah-olah tidak menginginkan kehadiran mereka?’ tanya Alisa dalam hati. Bahkan Farel selaku ayah tidak pernah melihat ataupun bertanya tentang mereka berdua. ‘Ada apa Mbak, dosa apa yang kamu lakukan sampai anak yang kamu lahirkan ke dunia ini ikut di benci? tapi tenang Mbak, aku akan menjaga mereka seperti anakku sendiri’ ucap Alisa, ia membersihkan botol s**u si kembar di dapur, saat ia naik ke kamar atas Farel sudah berangkat kerja seperti biasa ia pergi tanpa pamit. “Bu, kenapa nenek mereka, tidak suka melihat cucunya sendiri?” tanya suster, ”maaf kalau saya lancang, baru kali melihat seorang nenek memaki dan memarahi cucu yang baru lahir,” ujar suster. Ia tidak tahan dengan ocehan wanita tua itu. “Entahlah sus, saya juga bingung, biarlah Allah yang melihat dan menilainya, saya hanya manusia biasa, tidak mampu berbuat apa-apa,” ujar Alisa menyodorkan botol s**u untuk diberikan untuk Akmal yang tangisnya lebih kuat. “Ibu berangkat kerja saja, biar saya menjaga, nanti kalau ibu itu datang , kami akan mengasuh sama - sama.” “Ok, baiklah.” Alisa memberi kecupan hangat untuk kedua anak kembar, lalu ia turun ingin berangkat kerja, saat turun bertemu nenek lampir sang ibu mertua. “Hadeh, ke sini mau ngapain kalau tetap bekerja, dan orang yang mengurus anak ini, kenapa tidak bawa saja ke rumah orangtuanya?” ujar Ibu mertuanya dengan ocehan-ocehan. Alisa hanya diam menganggap ocehan ibu mertuanya hanya radio rusak. “Aku berangkat assalamualaikum,” ujar Alisa. “Iya, iya pergilah, tidak usah pulang sekalian,” ucap wanita berkerudung hitam itu dengan tatapan sinis, “hadeh … nasib apa yang aku terima punya satu anak tetapi mendapat menantu yang gak bisa di atur? satu sudah mati, kini adiknya menggantikannya, tetapi dua-duanya sama kurang ajar ,” ucap ibu mertuanya sembari berdecak pinggang melihat ke arah Alisa yang berangkat kerja. Satu bulan sudah ia menjadi menantu di rumah itu sebagai menantu menggantikan kakaknya yang sudah di panggil ke aripannya. Tetapi satu bulan itu tidak sekalipun ia mendapat perlakuan baik dari keluarga suaminya. Bahkan Farel suaminya bersikap dingin dan bersikap acuh padanya. Alisa tidak di inginkan jadi menantu di rumah itu, tetapi hal itu tidak membuat wanita cantik bermata bulat dan berprofesi sebagai bidan itu menyerah maupun putus asa. Ia menjaga dan merawat kedua anak kembar anak yang di lahirkan Ratna. * Saat tiba di rumah sakit tempat ia bekerja, seorang pria bertubuh kekar menunggunya. “Mas Dimas …?” “Iya ini aku, akhirnya kita bertemu Sa, setelah selama ini kamu selalu menghindar dariku, sekarang jelaskan padaku apa yang kamu lakukan?” Wajahnya mengeras tangannya mengepal kuat. “Ayo kita cari tempat untuk mengobrol Mas.” Alisa membawa ke taman samping rumah sakit lalu ia duduk di kursi besi panjang di tengah taman rumah sakit. “Baiklah, sekarang katakan padaku ada semua ini, kenapa kamu mempermainkan ku dan keluargaku?” “Mas, maafkan aku jika aku mengingkari janji, tetapi saat ini aku sudah jadi istri orang lain, tolong lupakan tentang hubungan kita.” “Apa hanya itu penjelasan yang aku terima? setelah lima tahun kita menjalin hubungan lalu kamu memutuskan ku hanya dalam satu hari, lelucon apa yang kamu berikan padaku?” “Kakakku meninggal dan orang tuaku memintaku menikah dengan kakak iparku untuk menjaga kedua keponakanku yang baru lahir.” “Lalu bagaimana denganku Alisa, bagaimana denganku …!?” “Mas bisa mencari wanita yang lain dan lupakan aku, benci aku sebanyak yang kamu butuhkan agar mas bisa bangkit” “ Bicara gampang Alisa, tetapi kamu tidak memikirkan hatiku yang hancur, kamu tidak memikirkan perasaan keluargaku yang sudah menganggap mu sebagai putri mereka, apa kamu tahu betapa kecewanya ibuku? Mana mungkin kamu menikah dengan lelaki lain di hari aku akan melamar kamu, kamu tega sekali dan sangat jahat.” “Iya aku akan menanggung semuanya Mas, pergilah dan lupakan aku.” Lelaki yang berprofesi sebagai tentara itu hanya diam, saat Alisa meninggalkannya di kursi taman, apa yang di lakukan Alisa padanya membuat hidup lelaki berambut cepak dan bertubuh tegap itu hancur. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN